curhatibu.com

Al Amal -Mampukah mereka tampil sebagai problem solver, ataukah cukup menjadi problem speaker, lalu peluang terbesarnya hanya jadi problem maker. Dan hari ini banyak juga orang kaya karena jadi problem trader-


"Yang kami inginkan dari al 'amal adalah : Buah dari ilmu dan ikhlas, seperti yang disebutkan dalam Al Qur'anul karim :"Dan katakanlah, "Beramallah kalian, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat amal kalian itu, dan kalian akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kalian apa yang telah kalian amalkan" (Q.S At Taubah :105).

Adapun urut-urutan amalnya adalah:
1. Mengoreksi dan memperbaiki diri
2. Membentuk dan membina keluarga muslim
3. Memberi petunjuk dan membimbing masyarakat dengan dakwah
4. Membebaskan tanah air dari penguasa asing
5. Memperbaiki pemerintahan
6. Mengembalikan kepemimpinan dunia kepada umat Islam
7. Menjadi soko guru dunia dengan menyebarkan dakwah Islamiyah ke seluruh penjuru dunia

(Hasan Al Banna)

Banyak orang merasa telah beramal, tetapi tak ada buah apapun yang ia petik dari amalnya, baik itu perubahan sifat, kelembutan ataupun kearifan budi dan keterampilan beramal. Bahkan tak sediir di antara mereka beramal jahat tetapi mengira beramal baik. Karenanya Al Qur'an selalu mengaitkan amal dengan keshalihan, jadilah amal shalih. Kata shalih tidak sekedar bermakna baik, karena untuk makna ini sudah tersedia istilah-istilah khusus, seperti hasan, khair, ma;ruf, birr (kebaikan) dan lain-lain. Sedangkan shalih adalah suatu pengertian tentang harmoni dan tanasuknya (keserasian) suatu amal dengan sasaran, tuntunan, tuntutan dan daya dukung. Amal disebut shalih bila pelakunya selalu mengisi ruang dan waktu yang seharusnya diisi. 

Seorang pendusta atau pengingkar agama tidak selalu mengambil bentuk penghujat arogan terhadap agama itu. Ia dapat tampil sebagai pengamal yang dermawan atau bahkan pelaku shalat yang khusyu'. Namun pada saat yang bersamaan Allah menyebutnya pendusta agama, karena ia menghardik si yatim dan tak menganjurkan orang untuk memberi makan si miskin. Allah telah mengajarkan kita bagaimana bersikap benar , bahkan kepada tetangga yang Yahudi atau Nasrani. Dakwah adalah kerja yang amat mulia, karenanya harus dilakukan dengan memenuhi dua syarat utama, yaitu al ikhlas was shawab.

Ikhlas karena dilakukan semata-mata untuk dan karena ALlah. Shawab (benar) karena dilakukan berlandaskan sunnah Rasulullah Saw. Mungkin seseorang menampakkan diri berdakwah ke halan Allah, tetapi ia telah berdakwah ke jalan dirinya, demikian catatan dan komentar Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Kitabut Tauhid dan Al Allamah Abdullah bin Alawi Al Haddad dalam Ad Da'watut Taammah.

Betapa banyak amal yang menjadi berlipat ganda nilainya oleh niat yang baik dan itu tak akan terjadi bila pelakunya tak punya ilmu tentang hal tersebut. Dan demikian pula sebaliknya. Barangsiapa yang beramal tanpa melandasinya dengan ilmu, maka bahayanya akan lebih banyak daripada manfaatnya, sebagaimana amal tanpa niat jadinnya anaa (kelelahan) dan niat tanpa ikhlas jadinya habaa (debu, kesia-siaan) dan ikhlas tanpa tahqiq (realisasi) jadinya ghutsaa (buih)

Kita tak punya kekuatan apapun untuk melarang orang bekerja dalam lingkup amal Islami, bahkan mereka yang menjalaninya dengan cara yang kita nilai merugikan perjuangan. Ya, pada saatnya kita mendapat penyikapan salah dari masyarakat sebagai reaksi salah atas aksi salah yang dilakukan para aktifis amal Islami. Qadliyah (problema) kaum Khawarij dan berbagai gerakan lainnya menunjukkan fenomena para pengamal, dari yang ikhlas minus fiqh, sampai yang oportunis dan pemanfaat jargon.

Alkisah di suatu masa, seorang alim menyelamatkan seekor beruang yang terhimpitsebatang pohon besar. Sebagai tanda terimakasihnya atas jasa sang syaikh, ia berikrar untuk menjadi pengawalnya yang setia. Dan memang ia buktikan itu. Suatu hari sang tuan tertidur kelelahan. Sesuai ikrarnya, beruang menjaga tuannya dengan setia agar tak mendapat bahaya atau gangguan. Yang menjengkelkannya yaitu lalat-lalat yang hinggap pergi di wajah syaikh, membuat tidurnya tak nyaman. Inilah saatnya beruang membuktikan loyalitasnya. Ia angkat batu besar dan dihantamkannya ke seekor lalat yang hinggap di dahi tuannya. Pecah kepalanya dan entah kemana larinya lalat jahanam itu. 

HAMA-HAMA AMAL

Sebagaimana tumbuhan, amalpun terancam hama. Riya (beramal untuk dilihat), ujub (kagum diri), sum'ah (beramal untul didengar / populer), mann (membangkit-bangkit pemberian) adalah hama yang memusnahkan amal. Seorang aktifis yang berkurban dengan semua yang dimilikinya harus mengimunisasi amalnya agar di saat hari perjumpaan kelak tak kecewa karena amalnya menjadi haba'an mantsura (debu yang beterbangan).

"Mereka membangkit-bangkit kepadamu keislaman mereka (sebagai jasa). Katakanlah: Jangan kalian bangit-bangkit keislaman kalian kepadaku, bahkan sesungguhnya Allah-lah yang telah memberi karunia besar kepadamu karena ia telah membimbing kalian untuk beriman jika kalian adalah orang-orang yang benar." (Q.S 49:17)

Tidak serta merta merasa beban berat dalam beramal berubah jadi kesukaan. Kata kuncinya terletak pada : Pemaksaan, pembiasaan dan (akhirnya menjadi) irama hidup. Junaid Albaghdadi mengatakan: "Selama 40 tahun kusembah Allah, di tahun ke-40 itulah baru kutemukan lezatnya."

Pelipatgandaan kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan para sahabat tak dapat dikejar generasi manapun. Bayangkan, hanya dalam dua dekade saja telah terjadi perubahan yang sangat mendasar pada pola sikap, pandangan hidup dan tradisi bangsa Arab dan bangsa-bangsa muslim lainnya. Kerja besar taghyir (perubahan) ini sukses seperti ungkapan Sayyid Quthb dalam Maalim fit thariq berkat komitmen mereka yang 
1). Menuntut ilmu bukan sekedar mengoleksi ilmu
2). Putus dari jahiliyah kemarin dan menghayati hidup baru dalam islam, tanpa keinginan sedikitpun untuk kembali ke kancah jahiliyah
3). Bersiap siaga menunggu komando Al Qur'an sepetri prajurit siaga menunggu aba-aba komandan.

KERJA UNTUK PERUBAHAN MASYARAKAT

Kecenderungan sufi murung, sudah nampak sejak zaman Rasulullah Saw, namun selalu mendapat koreksi dari beliau. Suatu masa dalam suatu perjalanan pasukan kecil beliau, seorang mujahid terpesona oleh keindahan wahah (oase) di tengah padang pasir dengan rumpun kurma, sebongkah lahan produktif dan sumber air yang cukup seumur hidup.

Oh, alangkah nikmatnya bila aku tinggal disini, beribadah kepada Allah dan tak perlu lagi kembali ke Madinah, sehingga aku bebas dari gangguan masyarakat atau mengganggu mereka. Rasulullah segera mengoreksi: "Jangan lakukan itu, karena kedudukan kalian di jalan Allah sehari saja, menandingi 70 tahun tinggal dan beribadah di sini. "

Bahkan Imam Ali bin Abi Thalib ra mengecam para pengikutnya yang loyo dalam memperjuangkan kebenaran dan pendirian yang mereka yakini:

Oh, alangkah mencengangkan keberanian mereka dalam kebatilan
Dan lesu kalian dalam memperjuangkan hak
Oh, ajaib nian ketika kalian jadi sasaran tembak
Kalian diserang dan tak balas menyerang
Allah ditentang dan kalian senang

Hari ini ribuan surat kabar , radio dan televisi dunia bekerja sama di berbagai kawasan untuk menyebarkan fasad (kerusakan). Menyedihkan nasib di miskin, yang mampu beli TV, tetapi tak bisa makan. Hati mereka dibunuh sebelum jasad mereka dihancurkan senjata pamungkas. Kemana ribuan kader yang hanya menggerutu tanoa berbuat apapun tanpa gerutu? Apakah masyarakat dapat berubah dengan gunjingan dari mimbar masjid? Hari ini rumah ummat kebakaran, tidakkah setiap orang patut memberi bantuan memadamkan api walaupun hanya dengan segelas air; dengan pulsa, perangko dan kertas surat yang dikirimkan kepada pedagang kerusakan dan menegaskan pengingkarannya terhadap ulah mereka yang sangat menyengsarakan masyarakat dengan siaran dan penerbitan fasad, sebelum mereka mengirim darah dan nyawa mereka kesana ketika usaha santun tak lagi membawa hasil?

Banyak upaya dilakukan. Sebagian menyentuh kulit tanpa isi. Sebagian memaksakan pekerjaan berpuluh tahun dalam waktu sekejap mata. Sebagian membangun symbol-simbol tanpa peduli substansi dan tujuan untuk apa wahyu diturunkan. Mereka yang senantiasa tadabbur Al Qur’an aan melihat keajaiban ungkapan. Ketika Allah mengisahkan kedunguan ahli kitab yang bangga dengan status zahir mereka. Ia menyebutkan: “Mereka mengatakan, takkan masuk surge kecuali (yang berstatus) Yahudi atau Nasrani. Itulah angan-angan mereka.” Dan ketika ia mengisahkan sikap keberagamaan kaum beriman, disebutnya prestasi mereka: ”Barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah seraya berbuat ihsan, maka baginya ganjarannya disisi Tuhannya dan tiada ketakutan atas mereka, tiada pula mereka bersedih hati”. (Q.S Al Baqarah:111-112)

Banyak orang mengandalkan nisbah diri dengan nama besar suatu organisasi atau jama’ah, berbangga dengan kepemimpinan tokoh perubah sejarah, namun sayang mereka tak pernah merasa deficit, padahal sama sekali tidak meneladani keutamaan mereka. “Barangsiapa lambat amalnya tidak akan menjadi cepat arena nasabnya” (H.R Muslim)

APA YANG HARUS DIKERJAKAN?

Hanya pada saat kekikiran dituruti, hawa nafsu ditaati dan setiap orang kagum hanya kepada dirinya sendiri, maka ummat ini boleh mulai mendaftar koleksi orang-orang khassahnya dan meninggalkan awam yang tenggelam. Orang beramal di hari itu seperti 50 kali kerja kamu hari ini. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i)

Sebagian kerja dakwah memang kata, tetapi tak dapat dituding sebagai Cuma omong, seperti halnya penyiar dan reporter yang mengisi daftar profesi kerjanya dengan ngomong. Namun perlu dibedakan mana dakwah yang mencukupkan diri dan puas dengan memberi informasi seram kepada khalayak, atau meninabobokkan khalayak dengan mimpi-mimpi indah, atau mengingatkan bahaya seraya memberi jalan keluar. Mampukah mereka tampil sebagai problem solver, ataukah cukup menjadi problem speaker, lalu peluang terbesarnya hanya jadi problem maker. Dan hari ini banyak juga orang kayak arena jadi problem trader.

(Untukkmu kader dakwah_Ust Rahmat Abdullah)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)