curhatibu.com

Kalau dibalik, "Apakah kita mau, diingat oleh orang lain, kekurangan-kekurangan kita?"


"Jika kau menyukai seseorang,", sapa penuh nasehat Abdullah bin Mas'ud, "ingatlah kekurangan-kekurangannya!"

Kalau dibalik, "Apakah kita mau, diingat oleh orang lain, kekurangan-kekurangan kita?"

Jawabnya? Relatif. 

Bandingkan dua kondisi dalam kutipan ini,

"Jika itu berarti kita diperlakukan sepetri anak kecil yang terus dan terus melakukan kesalahan. Jika itu berarti tatap-tatap mata akan memvonis kita, 'Kau tak pernah melakukan sesuatu dengan benar!'. Jika itu berarti pandang meremehkan dan wajah-wajah megasihani berseliweran di benak. Jika itu berarti orang selalu memasang kacamata negatif dan 'waspada' terhadap kita."


Maka, mari katakan, "No way!"

Kalau yang ini?

"Coba bayangkan, bagaimana rasanya jika segala kekurangan kita dipahami, didengarkan, diterima sebagaimana adanya. Bagaimana rasanya jika kita diberi perhatian, didukung, dan digandeng ke jalan yang benar tanpa ada rasa digurui. Bagaimana jikalau suatu hari, saat kita khilaf, maka orang yang kita cintai dan mencintai kita segera ingat, 'Oh iya, dia kan kan memang nggak bisa hal-hal begitu.' Lalu dia pun tersenyum dengan senyum pemahaman, tatapan mata penuh perhatian, dan wajah yang bicara tanpa kata, 'Aku mengerti dan aku memaafkanmu;."

Thats it! Ini dia.. Ya kan?

Ada yang bagus lagi ni, mau lanjut?

"Memang ada waktu untuk mengingat kekurangan, tapi kelak ada waktu untuk terpesona pada kelebihan. Ada waktu untuk menguji, kelak ada waktu untuk memuji. Ada waktu untuk memahami, dan kelak ada waktu untuk mengagumi."

Ya! Jadi, bagaimana?

Kata Victor Hugo, "Kebahagiaan yang paling tinggi, adalah keyakinan bahwa kita dicintai, meski bagaimanapun keadaan kita..."

Sepakat?

-Semua kutipan dalam tulisan ini diambil dari bukunya Ust. Salim, yaa.. Semoga ada hikmah yang bisa diambil-

Kramat, 4 April 2012





Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)