curhatibu.com

Belajar dari Pulang Kampung

Pulang kampung itu saat yang tepat untuk belajar sembari berdoa sepenuh harap


Alhamdulillah.. Tahun ini adalah tahun pertama berlebaran dengan status berbeda; Yaitu sebagai seorang istri. Berharap, semoga tahun depan statusnya berbeda lagi, menjadi seorang ibu. Aamiin ya Allah...

Well... Jadi, karena sudah beda status; beda pula crita lebarannya. Yang biasanya bisa memuaskan liburan di rumah bersama keluarga (bapak, mbak, ponakan) di Blora, sekarang harus berbagi dengan keluarga di Semarang. Alhamdulillah...

Satu kesyukuran adalah kedua kota ini tidak terlalu berjarak jauh. Cuma sekitar 4 jam. Tak perlu sampai naik pesawat atau kapal laut. Cukup duduk manis di travel dan sampailah pada kedua kota. 

Hmm.. Menikah itu.. (jadi ngomongin nikah?)

Ya, menikah itu bukan sekedar mempersatukan dua insan. Menikah itu mempersatukan dua keluarga. Dan bagaimanapun juga; meskipun sudah mempunyai kehidupan sendiri setelah menikah; pulang tetap menjadi hal yang menyenangkan. Bahkan ia merupakan suatu keharusan. Bertemu orang tua, bertemu keluarga, menyambung silaturahim. Itu hal yang membahagiakan. 

Yap! Balik ke topik, pulang kampung. Pulang kampung itu saat yang tepat untuk belajar sembari berdoa sepenuh harap. Belajar apa? Banyak hal. 

Salah satunya adalah belajar birrul walidain, berbakti pada orang tua. Khususnya ini yang tinggalnya jauh dari orang tua, dan cuma beberapa kali bisa bertemu mereka dalam setahun. Wah, saat pulang kampung adalah saat yang tepat untuk menyenangkan mereka. Entah dengan mengambilkan sepiring nasi untuk sarapan, entah dengan membelikan baju lebaran, bahkan sekedar menyapa dengan wajah berseri di pagi hari yang cerah. Termasuk, bagaimana kita belajar untuk tidak pernah mengatakan "ah" atau sekedar kata "tidak" atas permintaan dari mereka. Ya, ini tidak mudah. Melakukan perintah mereka yang sesuai dengan kemauan kita, adalah hal yang sangat ringan. Tapi, menuruti keinginan mereka, yang tidak sesuai dengan keinginan kita, bukanlah hal yang mudah. Ada perasaan gengsi, ada rasa tak mau kalah, merasa dirinya yang benar, dan seterusnya. Maka, saat pulang kampung, belajarlah untuk tidak mengatakan "tidak" atas apa yang mereka inginkan, sekalipun kita merasa itu tidak cocok. (catatan: tentu atas hal-hal yang tidak menyalahi aturan Allah donk). Awalnya pasti berat, tapi rasakan, saat orang tua ridha dengan apa yang kita lakukan, maka hati kita sungguh merasa sangat bahagia. 

Selanjutnya, pulang kampung adalah saat belajar untuk menjadi anggota keluarga yang baik. Ya, anggota keluarga besar. Karena kita tidak hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak saja. Keluarga besar terdiri dari nenek, kakek, pakdhe, budhe, om, tante, sepupu, keponakan, mbah, cucu, termasuk keluarga bermasyarakat (dengan tetanga). Luangkan waktu untuk silaturahim kepada mereka. Meski pastinya terasa capek, tapi sungguh, silaturahim itu banyak membawa kebaikan. Salah satunya adalah banyaknya doa yang terhaturkan. Mau tidak mau, biasanya keluarga tahu keadaan/kabar kita. Maka, saat salam-salaman biasanya mereka akan mengelus kepala kita dan mendoakan apa yang menurut mereka sedang kita butuhkan, "Cepet lulus ya, nduk..", "Cepet nikah ya, Le..", "Cepet dapat momongan ya, Dek", dan seterusnya. Dan Allahu akbar. Semestinya kita percaya pada Allah yang Maha Mengabulkan. Apalagi saat doa itu dilantunkan dalam suasana penuh pemaafan, penuh keridhaan, setelah beribadah sebulan penuh, oleh orang orang tua kita, dan dilantunkan saat kita menjadi musafir (perjalanan) yang insyaAllah penuh berkah. Luar biasa efeknya!

Menjadi anggota keluarga yang baik, salah satunya juga dengan belajar berbagi pada mereka. Apalagi ni jika kita sudah mendapat label, "Sudah Bekerja". Hukumnya "wajib" untuk membagikan kebahagiaan kita atas rezeki yang telah Allah berikan setiap bulannya, kepada mereka. Kepada ponakan, anak-anak kecil, tetangga, cucu (saya udah punya cucu lhoo), bahkan kepada budhe atau Mbah yang sekiranya sudah tidak berpenghasilan. Sungguh, mereka sangat bahagia saat menerima itu. Dan biasanya, mereka akan langsung berucap, "Semoga ini.. semoga itu.. semoga begini.. semoga begitu...". Allahu akbar! Habis sedekah, dapat doa. Hanya berdoa saja Allah sudah berbaik hati mengabulkan, apalagi yang sebelumnya diiringi dengan sedekah. 


Pelajaran berikutnya; pulang kampung adalah saat belajar untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik. Hehe... Apalagi ni ya, yang masih baru-baru menikah, dan tinggal hanya dengan suami; jauh dari orang tua. Nah, pulang kampung ini saat yang tepat untuk kita mempelajari bagaimana seharusnya menjadi istri, dan menjadi ibu. Belajar dari orang tua kita, belajar dari kakak-kakak kita, belajar dari saudara-saudara kita. Mungkin masih ada yang saat ber-dua-an saja dengan suami tidak pernah kita lakukan, lalu melihat orang tua atau kakak, kita jadi tau bagaimana seharusnya. Termasuk menjadi ibu. Jika belum pernah menjadi ibu, lalu saat di rumah harus dihadapkan dengan momong  keponakan-keponakan kecil-kecil, adalah saat yang tepat untuk kita belajar. Hihi.. Berlari-lari ke sana kemari, membereskan mainan yang selalu berantakan, menyuapi makanan, mengganti pakaian mereka, memandikan; belum lagi ditambah dengan membantu urusan rumah tangga, mencuci baju, piring, bersih-bersih, masak. Wow.. Keren lah! Betapa kita tahu, bahwa menjadi seorang ibu itu tidak mudah. Kerjaannya tanpa batas jam kerja. 24 Jam. Ya, di sini kita belajar. 

Oke.. Itu beberapa pelajaran yang saya kutipkan di sini. Masih banyak yang lain; dan pasti teman-teman punya sekian banyak kisah untuk dijadikan hikmah setiap pulang kampung. Ya, jangan sampai, pulang kampung hanya menjadi rutinitas biasa. Tapi jadikan ia sebagai rutinitas yang selalu menambahkan ilmu kita setiap kita menjalaninya. Upayakan ada ilmu dan tambahan ketrampilan; serta ada doa yang kita harapkan untuk terijabah. InsyaAllah.. Semoga berkah ramadhan dan lebaran (pulang kampung) kali ini. Bagi yang tidak pulkam, jangan khawatir, selalu ada hikmah dalam apapun yang terjadi pada kita. 

2 comments

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)
  1. mbak windyy tulisanmu makin bagus :3

    ReplyDelete
  2. ediiis... :*
    mohon maaf lahir batiiin
    #eh, sejak kapan q dipanggil 'mbak' ama edis -_-

    ReplyDelete