Supaya anak benar imanya kepada
Allah, maka hal pertama yang harus diajarkan kepada anak adalah “Allah itu
ADA!”. Jika kita mengajarkan rumah itu ada, mudah; karena kelihatan wujudnya.
Jika kita ingin mengajarkan sepeda itu ada; mudah juga. Lalu bagaimana cara
mengajarkan bahwa Allah itu ada? Apakah anak bisa melihat, meraba, memegang
Allah? Tentu tidak bisa. Di sinilah kewajiban kita sebagai orang tua untuk
menjelaskan sesuatu yang tidak kasat mata yang tidak bisa dirasakan indra, tapi
sesuatu itu ada. Jawabnya : Kita menjelaskan keberadaan Allah dengan cara
melihat makhluk ciptaan Allah.
Misalnya suatu saat kita ajak
anak jalan-jalan keluar rumah. Minta anak melihat ke atas, ada langit. Melihat
ke utara ada gunung. Melihat ke selatan ada sungai yang mengalir. Lalu tanyakan
kepada anak kita, “Nak, di atas ada langit. Siapa yang menciptakan itu? Di
depan ada sungai mengalir air, siapa yang menciptakan itu? Di sana ada
belalang, siapa yang menciptakan itu?”; “Mungkinkah makhluk-makhluk ini
tiba-tiba ada tanpa ada yang menciptakan?”. Atau pakai analogi, “Ini rumah
apakah tiba-tiba ada atau ada yang membuat?”. “Nah, kalau rumah saja ada yang
membuat, apalagi makhluk yang lebih besar dan luar biasa dari sekedar rumah,
missal gunung. Siapa yang menciptakan? Allah Swt.”
Kita bisa juga menjelaskan
keberadaan Allah dengan melihat keteraturan di alam. Misalnya, “Koq ga pernah
ya bulan justru muncul di siang hari, dan matahari justru muncul di malam
hari?”. Trus, “Kenapa ya, matahari selalu terbit di timur dan terbenam di
sebelah barat?”. Pergantian siang malam, perputaran benda-benda langit, dst.
“Ini semua menunjukkan ada yang mengatur! Yaitu Allah Swt”. Termasuk bagaimana
teraturnya sirkulasi dalam tubuh kita.
Menjelaskan sifat Rububiyah
Bahwa kita harus meyakini bahwa
satu-satunya pencipta dan pengatur
alam semesta ini adalah Allah Swt (Meyakini kekuasaan Allah Swt).
Selain Allah menciptakan alam semesta, Allah jugalah satu-satunya yang memberi rizki kepada
ciptaanNya. Kita juga harus meyakini bahwa satu-satunya yang menghidupkan dan mematikan
adalah Allah Swt.
Bagaimana cara menjelaskannya?
Yaitu dengan cara dialog. Kita ajak anak piknik ke laut, diajak melihat luasnya
laut dengan beraneka macam ikan di laut itu. Dan semua ini yang menciptakan
satu satunya adalah Allah Swt. Lalu di malam hari, kita melihat bintang-bintang
yang berjalan dengan teratur, tidak pernah bertabrakan, bumi juga selalu aman
dalam perputarannya; siapa yang mengatur? Yaitu Allah Swt. Gunung, bisa
mengeluarkan magma, abu; siapa yang mengatur? Allah Swt.
Sayangnya, banyak dari orang tua
saat ditanya anak, “Mengapa gunung meledak?”. “Karena yang Mbaurekso lagi
marah!”. Mengapa hasil panen lautan sedikit? “Karena Nyi Roro Kidul lagi
nesu!”. Wew… kita harus meyakinkan anak (terlebih dahulu meyakinkan diri kita)
bahwa semuanya hanyalah Allah yang berkuasa mencipta dan mengatur.
Lagi.. “Kita punya mata, siapa
yang memberi kita mata sehingga kita bisa melihat?”; “Hari ini kita bisa makan
enak, siapa yang berjasa?” à
semuanya dihubungkan kepada Allah. Kita ajarkan dalam keseharian, dan diajarkan
dengan cara yang mudah dicerna anak.
Menjelaskan sifat Uluhiyah
Uluhiyah adalah meyakini bahwa
satu-satunya yang berhak disembah/diibadahi adalah Allah Swt. Setelah yakin
Allah yang mencipta, mengatur dan member rizki; kita harus meyakini bahwa
satu-satunya yang berhak disembah adalah Allah Swt.
Missal anak sedang sakit, lalu
mengeluh pada kita. Kita ajarkan kepada anak,”Nak, kalau pengen sembuh,
berdoalah kepada Allah, meminta kepada Allah”. Doa adalah praktek uluhiyah, doa
adalah ibadah. Contoh lagi pas hujan yang deraaas, petir, khawatir banjir, kita
ajarkan kepada anak untuk meminta kepada Allah supaya kita diberi perlindungan
oleh Allah.
Maka salah satu petuah yang
disampaikan kepada Ibnu Abbas, “Wahai anakku, kalau kamu mau meminta, mau
memohon, mohonlah kepada Allah… kalau kamu mau meminta tolong, minta tolonglah
kepada Allah”
Kasus lagi, jika anak kita sedang
ujian, dan mengalami kesulitan. “Nak, kalau minta tolong kepada Allah ya..
Kalau mau mengerjakan ujian, baca doa dulu; supaya dibantu Allah..”
Menjelaskan nama dan sifat Allah
Mengapa perlu mengajarkan nama
dan sifat Allah kepada anak? Supaya tumbuh rasa pengagungan terhadap Allah di
dalam hati anak. Pengagungan kepada Allah ini hanya akan tumbuh jika kita
mengenal Allah. Maka, dengan mengenalkan Allah kepada anak, diharapkan anak
bisa mengagungkan Allah Swt.
Contoh : Allah punya nama Al
Qawiyyu (Yang Maha Kuat). Darimana kita mengetahui kekuatan Allah? Dalam sebuah
hadits, dan bahkan Al Quran, bagaimana Allah menciptakan tujuh lapis langit dan
bumi dalam 6 hari. Langit yang sedemikian besarnya; demikian juga bumi hanya
diciptakan dalam waktu 6 hari. Kalau kita membangun rumah saja bisa
berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Betapa kuatnya Allah.
Di antara manfaat lain mengenal
nama Allah adalah supaya tumbuh cinta dan sayang kita pada Allah. Contoh, Allah
punya nama Ar Rahman : menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah pada kita.
Kita sampaikan, “Apa saja yang telah Allah berikan kepada kita..?”,
nikmat-nikmat apa saja yang luar biasa ini adalah karunia dari Allah. Dan Allah
tidak membutuhkan balasan jasa apapun dari kita. Kita hanya disuruh beribadah
kepada-Nya. Nah, saat anak telah mengetahui kasih sayang Allah kepada kita;
maka sungguh kita beribadah itu untuk menunjukkan syukur kita atas apa yang
telah Allah berikan itu.
Biasanya, anak saat diajak shalat
akan bertanya, “kenapa sholat?”. Kita bisa menjelaskan bahwa kita shalat supaya
disayang Allah, supaya mendapat surga Allah, supaya dekat dengan Allah, dll. Ajarkan
dari kecil, bahkan sejak belum baligh, entah anak mengerti atau tidak.
Catatan penting : anak itu tidak harus mengetahui dan menghafal
istilah-istilah di atas. Yang penting jelaskan muatan istilah tersebut.
Sumber : di sini
Post a Comment