curhatibu.com

PENJELASAN RUKUN IMAN KEPADA ANAK – IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT

Siapapun yang hidup di dunia ini pasti ingin mendapatkan kebahagiaan. Tetapi kenyataannya, tidak setiap orang bahagia. Bagaimana untuk mendapat kebahagiaan? Kuncinya hanya satu : mengikuti garis aturan dari Allah Swt, pencipta kita.
Sebuah ilustrasi tentang seorang yang divonis dokter ahli untuk diamputasi tangan/kakinya. Alasannya, jika tidak diamputasi, penyakitnya akan menyebar ke bagian tubuh yang lain. Maka, si pasien pun masuk ke ruang operasi dengan kesiapan/kerelaan amputasi itu. Jika kita tanya pasien tersebut mengapa pasien tersebut rela? Dia akan menjawab, karena hal ini diputuskan oleh dokter yang terkenal/mahsyur dan prediksinya tepat, dan saya yakin dengan apa yang diputuskannya.
Nah, sayangnya, keyakinan tersebut tidak bisa 100 persen kita terapkan atas keputusan dari Allah Swt. Jika kita ingin baik dan bahagia hidup di dunia, maka kita harus mengikuti aturan Allah. Kenyataannya, tidak banyak orang yang yakin aturan Allah tersebut.
Contoh : kita punya 5 anak; yang paling kita sayangi adalah yang bungsu. Tapi Allah berkehendak bahwa anak yang bungsu ini yang diambil Allah terlebih dahulu. Lalu kita mengeluh dan tidak terima, “Ya Allah, kenapa anak ini engkau ambil?”. Kita tidak menyadari bahwa setiap keputusan Allah adalah yang terbaik untuk kita. Entah kita menyadari pada waktu tersebut, atau menyadarinya pada waktu belakangan. Jadi semestinya kita menerima setiap aturan dan keputusan Allah Swt.
Nah, untuk mengetahui apa saja aturan Allah Swt, kita bisa menemukannya di dalam kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para Rasul. Ini adalah prolog untuk menjelaskan perihal iman kepada kitab Allah Swt.
Kitab yang diturunkan kepada para Rasul itu banyak, diantaranya Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw; Injil diturunkan kepada Nabi Isa as; Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as; Zabur diturunkan kepada nabi Dawud as. Ada sebagian ulama menambahkan Suhuf Ibrahim, yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim.
Dari kitab tersebut, ada salah satu kitab yang kita harus ekstra meyakininya. Nabi isa diutus kepada orang nasrani, nabi Musa diutus kepada orang yahudi. Dan Al Quran diturunkan kepada kita, umat Nabi Muhammad Saw. Itulah mengapa kewajiban meyakini Al Quran adalah lebih ekstra daripada kitab yang lain. Dan khusus Al Qur’an, kita tidak bisa hanya menyebutkan nama kitabnya saja, melainkan harus mempelajari apa kandungan di dalam Al Qur’an.

Menjelaskan Kewajiban terhadap Al Qur’an : Mencintai, menghormati dan mengagungkan Al Qur’an. Mengapa? Karena Al Quran isinya adalah kalam Allah. Posisinya istimewa karena di dalamnya ada firman Allah. Penghormatan itu tidak hanya atas isi/kandungannya saja, melainkan juga harus menghormati fisik (mushafnya). Di antaranya, cara meletakkan mushaf tidak di bawah; menggunakan etika saat bersama Al Qur’an, dsb.

Menjelaskan bahwa Al Qur’an itu asli, ini merupakan keistimewaan Al Quran yang tidak didapati pada kitab yang lain. Allah sendiri yang menjaminnya, sejak diturunkan sampai hari kiamat, akan terjaga keasliannya. Dalam Al Quran Allah berfirman, “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al Quran dan Kami pula yang akan menjaganya” (Q.S Al Hijr : 9)

Menjelaskan bahwa salah satu bentuk iman kita kepada Al Quran adalah dengan RUTIN Membacanya. Makanya tidak sah seorang yang shalat tanpa membaca Al Fatihah. Allah menyuruh kita membaca Al Quran secara tartil. Di dalam dan luar shalat kita dianjurkan membaca Al Quran. Kata salah seorang sahabat, rutinlah mengkhatamkan Quran dalam sebulan. Nah, supaya anak bisa membaca Al Quran dengan baik dan benar, kita sebagai orang tua harus memprioritaskan untuk mengajarkan Al Quran pada anak kita. Jika kita tidak mampu, kita harus mengundang guru atau menempatkan anak pada sekolah-sekolah quran. Banyak orang tua yang menghabiskan uang ratusan juta untuk Bimbel Anaknya, tapi untuk al quran cukup menitipkan anak pada TPA yang gratis, dan tidak terlalu berambisi membuat anak rajin masuk TPA. L

Mengajak anak untuk Berusaha memahami Al Quran. Contoh mengajak anak membaca terjemah Quran. Lebih baik lagi, mengajak anak pada pengajian tafsir Al Quran. Mengajak anak ke majelis ta’lim yang isinya tafsir Al Quran. Meskipun daya tangkapnya mungkin belum maksimal, tapi paling tidak anak sudah akrab dengan al quran

Berusaha mengajak anak mengamalkan Al Quran. Kita harus melatihnya melalui keseharian sang anak. Contoh : melatih kejujuran anak. Mengapa kita harus jujur? Kita latih anak jujur dalam ujian. Saat anak bertanya, “temen-temen saya hampir semua nyontek, dan nilainya tinggi. Sedangkan saya, jujur tapi nilai rendah L. Mengapa kita harus jujur?” kita jawab, “karena itu diperintahkan dalam Al Quran”. Intinya, kita harus mengaitkan sesuatu yang ditanyakan anak/ditemui anak dengan Al Quran. Hal ini supaya, setiap apa yang akan dan sedang dilakukan anak akan dikembalikan kepada bagaimana Al Quran berbincang tentang hal ini. Dan kita sebagai orang tua juga harus sering belajar; mana tau si anak tetiba menanyakan tentang perihal ini itu. Sehingga kita tetap bisa mengarahkan anak kepada Al Quran.

Menjelaskan bahwa ketika Al Quran membuat suatu aturan (boleh tidaknya sesuatu), bukan dalam rangka mengekang dan menyulitkan kita. Ingat bahwa tidak ada aturan di manapun yang isinya boleh semua; tanpa ada larangan. Mengapa? Karena rasa sayang Allah. Contoh : larangan minum khamar à bukan untuk menyusahkan; tapi justru wujud kasih sayang Allah.


Sumber : di Sini

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)