Siapapun yang hidup di dunia ini
pasti ingin mendapatkan kebahagiaan. Tetapi kenyataannya, tidak setiap orang
bahagia. Bagaimana untuk mendapat kebahagiaan? Kuncinya hanya satu : mengikuti
garis aturan dari Allah Swt, pencipta kita.
Sebuah ilustrasi tentang seorang
yang divonis dokter ahli untuk diamputasi tangan/kakinya. Alasannya, jika tidak
diamputasi, penyakitnya akan menyebar ke bagian tubuh yang lain. Maka, si
pasien pun masuk ke ruang operasi dengan kesiapan/kerelaan amputasi itu. Jika kita
tanya pasien tersebut mengapa pasien tersebut rela? Dia akan menjawab, karena
hal ini diputuskan oleh dokter yang terkenal/mahsyur dan prediksinya tepat, dan
saya yakin dengan apa yang diputuskannya.
Nah, sayangnya, keyakinan
tersebut tidak bisa 100 persen kita terapkan atas keputusan dari Allah Swt.
Jika kita ingin baik dan bahagia hidup di dunia, maka kita harus mengikuti
aturan Allah. Kenyataannya, tidak banyak orang yang yakin aturan Allah
tersebut.
Contoh : kita punya 5 anak; yang
paling kita sayangi adalah yang bungsu. Tapi Allah berkehendak bahwa anak yang
bungsu ini yang diambil Allah terlebih dahulu. Lalu kita mengeluh dan tidak
terima, “Ya Allah, kenapa anak ini engkau ambil?”. Kita tidak menyadari bahwa
setiap keputusan Allah adalah yang terbaik untuk kita. Entah kita menyadari
pada waktu tersebut, atau menyadarinya pada waktu belakangan. Jadi semestinya
kita menerima setiap aturan dan keputusan Allah Swt.
Nah, untuk mengetahui apa saja
aturan Allah Swt, kita bisa menemukannya di dalam kitab-kitab yang diturunkan
Allah kepada para Rasul. Ini adalah prolog untuk menjelaskan perihal iman
kepada kitab Allah Swt.
Kitab yang diturunkan kepada para
Rasul itu banyak, diantaranya Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw;
Injil diturunkan kepada Nabi Isa as; Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as;
Zabur diturunkan kepada nabi Dawud as. Ada sebagian ulama menambahkan Suhuf
Ibrahim, yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim.
Dari kitab tersebut, ada salah
satu kitab yang kita harus ekstra meyakininya. Nabi isa diutus kepada orang
nasrani, nabi Musa diutus kepada orang yahudi. Dan Al Quran diturunkan kepada
kita, umat Nabi Muhammad Saw. Itulah mengapa kewajiban meyakini Al Quran adalah
lebih ekstra daripada kitab yang lain. Dan khusus Al Qur’an, kita tidak bisa
hanya menyebutkan nama kitabnya saja, melainkan harus mempelajari apa kandungan
di dalam Al Qur’an.
Menjelaskan Kewajiban terhadap Al
Qur’an : Mencintai, menghormati dan mengagungkan Al Qur’an. Mengapa? Karena
Al Quran isinya adalah kalam Allah. Posisinya istimewa karena di dalamnya ada
firman Allah. Penghormatan itu tidak hanya atas isi/kandungannya saja,
melainkan juga harus menghormati fisik (mushafnya). Di antaranya, cara
meletakkan mushaf tidak di bawah; menggunakan etika saat bersama Al Qur’an,
dsb.
Menjelaskan bahwa Al Qur’an itu
asli, ini merupakan keistimewaan Al Quran yang tidak didapati pada
kitab yang lain. Allah sendiri yang menjaminnya, sejak diturunkan sampai hari
kiamat, akan terjaga keasliannya. Dalam Al Quran Allah berfirman, “Sesungguhnya
kamilah yang menurunkan Al Quran dan Kami pula yang akan menjaganya” (Q.S Al
Hijr : 9)
Menjelaskan bahwa salah satu
bentuk iman kita kepada Al Quran adalah dengan RUTIN Membacanya. Makanya
tidak sah seorang yang shalat tanpa membaca Al Fatihah. Allah menyuruh kita
membaca Al Quran secara tartil. Di dalam dan luar shalat kita dianjurkan
membaca Al Quran. Kata salah seorang sahabat, rutinlah mengkhatamkan Quran
dalam sebulan. Nah, supaya anak bisa membaca Al Quran dengan baik dan benar,
kita sebagai orang tua harus memprioritaskan untuk mengajarkan Al Quran pada
anak kita. Jika kita tidak mampu, kita harus mengundang guru atau menempatkan
anak pada sekolah-sekolah quran. Banyak orang tua yang menghabiskan uang
ratusan juta untuk Bimbel Anaknya, tapi untuk al quran cukup menitipkan anak
pada TPA yang gratis, dan tidak terlalu berambisi membuat anak rajin masuk TPA.
L
Mengajak anak untuk Berusaha
memahami Al Quran. Contoh mengajak anak membaca terjemah Quran. Lebih
baik lagi, mengajak anak pada pengajian tafsir Al Quran. Mengajak anak ke
majelis ta’lim yang isinya tafsir Al Quran. Meskipun daya tangkapnya mungkin
belum maksimal, tapi paling tidak anak sudah akrab dengan al quran
Berusaha mengajak anak mengamalkan
Al Quran. Kita harus melatihnya melalui keseharian sang anak. Contoh :
melatih kejujuran anak. Mengapa kita harus jujur? Kita latih anak jujur dalam
ujian. Saat anak bertanya, “temen-temen saya hampir semua nyontek, dan nilainya
tinggi. Sedangkan saya, jujur tapi nilai rendah L.
Mengapa kita harus jujur?” kita jawab, “karena itu diperintahkan dalam Al Quran”.
Intinya, kita harus mengaitkan sesuatu yang ditanyakan anak/ditemui anak dengan
Al Quran. Hal ini supaya, setiap apa yang akan dan sedang dilakukan anak akan
dikembalikan kepada bagaimana Al Quran berbincang tentang hal ini. Dan kita
sebagai orang tua juga harus sering belajar; mana tau si anak tetiba menanyakan
tentang perihal ini itu. Sehingga kita tetap bisa mengarahkan anak kepada Al
Quran.
Menjelaskan bahwa ketika Al Quran
membuat suatu aturan (boleh tidaknya sesuatu), bukan dalam rangka mengekang dan
menyulitkan kita. Ingat bahwa tidak ada aturan di manapun yang isinya
boleh semua; tanpa ada larangan. Mengapa? Karena rasa sayang Allah. Contoh :
larangan minum khamar à
bukan untuk menyusahkan; tapi justru wujud kasih sayang Allah.
Sumber : di Sini
Post a Comment