curhatibu.com

Majelis Ilmu


Dan satu kebahagiaan lagi adalah bertemu dengan saudari-saudari yang masya Allah sangat hobi menuntut ilmu, dan datang ke majelis2 ilmu para asatid. Mereka rela meluangkan waktu, tenaga, dan biayanya untuk datang dari satu masjid ke masjid lain. Entah dalam 1 pekan ada berapa kali jadwal mereka menuntut ilmu. 

Usia mereka bukanlah 20-an, bahkan yang 30-an pun tidak sebanyak yang usianya 40-50 sampai 60 tahun. Ya, anak mereka sudah beranjak dewasa. Artinya, mereka pun sudah tidak muda. Namun semangat mereka masih membara. Masya Allah. 

Tidak hanya mendatangi majelis live, tapi mereka pun ikut majelis2 online, dengan aneka media yang ada saat ini seperti whatsapp, web, dll. 

Saya hanya wow melihat semangat mereka. Sedang kita, yang masih muda-muda, masih sibuk dengan urusan duniawi (saja) yang memang kalau dituruti tidak akan ada habisnya. Mau sampai kapan? Menunggu masa usia seperti ibu dan nenek-nenek tersebut? Emang yakin, bisa sampai ke usia itu? Emang yakin, pada usia itu Allah masih memberikan hidayah iman dan semangat belajar pada kita? :( Sedih rasanya. Kita, lagi-lagi, tidak bisa menjamin apakah niat baik kita belajar akan bertahan lama, hanya bisa berdoa, berharap, sembari terus memperbaharui motivasi supaya Allah beri istiqomah. 

Salutnya lagi, adalah, mereka selalu rapi dalam berhijab, hijab syari -yang sebenarnya-. Kita tidak bisa menilai seseorang, memang, dari tampilan luar. Tapi, hijab syari nya setidaknya sudah menjawab bahwa mereka adalah seorang yang taat menjalankan perintah Allah menutup aurat. Apalagi, di jaman yang penuh fitnah, penuh syubhat; yang banyak orang memandang sebelah mata, bahkann penuh ketakutan, atau minimal sinis - meski dalam batin, tentang mereka-mereka yang telah 'menyempurnakan' hijabnya. Ah, iri saya pada mereka. 

Iri, ya, iri. Iri atas keteguhan hati mereka mempertahankan sesuatu yang sungguh berat di jaman yang penuh keterbalikan ini. Menggenggam bara api. Mungkin itu yang sedang mereka rasakan, mereka perjuangkan. Sakit, sedih, berat, pedih - tapi memang harus demikian, untuk meraih janji Allah berupa surga dan pertemuan dengan-Nya. 


Ah, masya Allah. Lagi-lagi saya beruntung bisa bertemu mereka. Meski nama mereka tak banyak yang saya tau, tapi ada perasaan senang bisa bertemu mereka, meskipun hanya dalam dunia virtual; dan meski saya belum bisa seperti mereka. 

Allah.. Jagalah mereka.. jagalah juga diri ini.. Kuatkan...


Bahkan, hanya sekedar merenungi bagaimana sikap mereka di majelis ilmu, sudah membuat saya malu. Ya, mereka datang lengkap dengan kitab rujukan yang sedang dibahas ustad, serta buku untuk menulis apa yang dibahas. Ya, mungkin sembari menunggu ada yang ngobrol, tapi lebih banyak juga yang sibuk dengan kitab nya, atau murajaah pelajaran sebelumnya, atau meminjam buku teman karena pekan sebelumnya tidak bisa hadir. Ah, masya Allah.. 

Apa ya,..saya haru dengan apa yang saya saksikan, dan saya merasakan kenikmatan mereka dalam belajar. Ya, dan saya baru merasakan apa yang namanya belajar, dan yang membuat ketagihan belajar. 

Kata seorang ustad, kalau tidak salah, beliau menjelaskan bahwa kajian rutin, yang membahas kitab ulama - lah yang akan membawa kita pada pemahaman ilmu agama ini. 

Iya sih, rasanya memang begitu. Selama ini belajar agama hanya sekilas-sekilas; tentang semua hal dibahas, tapi belum merasakan keteraturan, dan apa ya..yang akhirnya adalah merasa tidak mendapat apa-apa. Karena bahkan tentang sholat pun masih banyak yang belum saya paham. Padahal ini adalah ilmu yang wajib 'ain diketahui oleh setiap muslim. 

Semoga Allah memberi kita keistiqomahan dalam belajar. Cita-cita saya hanya satu : terus mengikuti majelis ilmu, sampai ajal menjemput. Aamiin... 

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)