curhatibu.com

Jika Jodoh Tak Kunjung Hadir



Pernah nggak sih kamu merasa resah karena jodoh tak juga kunjung hadir? Trus bertanya-tanya, “Ada nggak ya, yang mau nikah sama saya?”

Kali ini kita mau sharing2 ringan tentang jodoh nih.. oke? Kita tau kan bahwa jodoh, rejeki, kematian adalah ketetapan Allah. Yang tidak akan mungkin salah sasaran maupun salah waktu kedatangan.

Dari Abdullah bin Masud, rasulullah saw bersabda, di saat manusia masih berada dalam perut ibunya, ”….diperintahkan malaikat untuk menuliskan rezekinya (dalam h.I termasuk jodoh), ajalnya, amal perbuatannya, kebahagiaan atau kesengsaraannya…”

Nah, Jodoh itu sendiri termasuk ke dalam rezeki. Sudah ditetapkan oleh Allah. Sudah tertulis pada kitab Lauh Mahfudz. Kita sebagai manusia, tidak perlu repot-repot memikirkannya dan meresahkan, trus berandai-andai siapa pendamping kita nanti, atau kapan ya akad nikah, dan seterusnya. Toh nanti juga ketemu koq..

Nah, yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana ikhtiar kita dalam menjemput jodoh itu! Karena, yang akan Allah ganjar dengan pahala kebaikan adalah bagaimana upaya kita dalam menjaga kebersihan hati kita dari noda-noda syahwat ataupun virus virus merah jambu yang sangat rawan muncul, apalagi jika kita berada dalam lingkungan yang memungkinkan interaksi yang intens dengan lawan jenis.

Trus juga bagaimana upaya kita untuk terus menjaga kehormatan diri, misal menghindari khalwat, jalan berduaan, chat-chat yang berlebihan, apalagi sampai ke ranah pacaran.

Termasuk juga yang perlu dijaga adalah proses menuju pernikahan. Jangan sampai, karena sudah kepengen nikah, sudah terlanjur cinta; lalu nerabas rambu-rambu aturan syariat. Judulnya sih ta’aruf, tapi ternyata berduaan aja tanpa pendamping, chat pribadi kebanyakan yang kadang penting, dsb..

Nah, teman-teman, kesabaran kita dalam melewati ujian2 itulah yang akan Allah ganjar pahala kebaikan. Banyak.

Tapi ya namanya manusia, apalagi seorang wanita; yang mungkin usia koq udah di atas usia rata-rata orang menikah, temanteman seangkatan juga udah pada menggendong 2-3 anaknya. tapi koq jodoh belum juga datang, itu keresahan pasti ada; kekhawatiran, dan keinginan untuk menyegerakan pernikahan pasti ada. Trus sampai merasa ngga nyaman kalau pulkam, kalau ketemu teman; pasti bakal ditanya hal yang sama : “Kapan nikah?” agak menyebalkan bukan? Hehe..

Namun bagaimana kita harus menyikapi hal itu? Ini saya share beberapa hal, sebagian saya ambil dari nasehat teman-teman saya juga ni, siapa tau bisa lebih membaikkan perasaan kita.

Pertama : Pernikahan bukan balap lari, atau balap mobil. Bukan perlombaan, tidak ada yang menang atau kalah hanya karena lebih dahulu menikah atau terlambat. Jadi, ya udah, jangan sampai kita menjadikan pernikahan sebagai patokan seseorang baik atau tidak. Belum tentu yang menikah dulu itu lebih bahagia, atau sebaliknya. Belum tentu yang duluan punya pendamping, hidupnya lebih tenang, belum tentu. Atau juga sebaliknya. Intinya bahwa jangan jadikan pernikahan ini sebagai kriteria seseorang itu baik atau tidak; seseorang itu bertaqwa atau tidak. Tidak boleh. Ukuran baik tidaknya seseorang itu pada taqwanya, pada amalnya. Bukan dia sudah menikah atau belum.

Kedua : Allah ingin kita lebih menyiapkan diri. Agar nanti pas ketemu jodoh  sama-sama sudah siap saling mendampingi perjuangan membina mahligai rumah tangga. Pernikahan bukan untuk satu dua tahun, tapi bisa jadi untuk seumur hidup kita. Jadi tidak boleh main-main. Maka, Manfaatkan kesempatan yang masih ada, untuk sebanyak-banyaknya menggali ilmu, meningkatkan kapasitas diri, kualitas diri, mengembangkan ketrampilan, skill. Kita manfaatkan waktu yang ada untuk memperbanyak menggali ilmu, khususnya ilmu yang nanti insyaallah akan sangat berguna nih untuk fase-fase kehidupan kita selanjutnya.

Contoh :
- Ilmu agama (tauhid - menguatkan keimanan kita, mempelajari fiqih ibadah - agar semakin sempurna ibadah kita, memahami fiqih berumah tangga - agar ga pakai bertanya-tanya lagi tentang hak kewajiban pasangan suami istri, dsb, termasuk tentang muamalah, parenting dll)

Termasuk mempersiapkan Materi (kesiapan dalam hal nafkah, fisik, dll)
Juga masalah Mental (kesehatan mental, kondisi psikologis, komunikasi, positif thinking, mindset, problem solving, sabar)
Ruhiyah (ibadah, mendekat pada Allah, dll)

Memang, dalam perjalanan menikah, proses belajar terkait kehidupan rumah tangga tidak akan pernah berhenti. Akan selalu ada pelajaran yang perlu diupgrade untuk menghadapi tantangan-tantangan berumah tangga setiap harinya. Namun, semakin kita memperbanyak bekal ilmu sebelum menikah, semakin kita akan lebih siap dengan segala tantangan yang akan datang. Kita akan lebih siap menghadapi konflik2 yang mungkin hadir.

Berbeda jika kita sama sekali tidak mempersiapkan ilmu. Untuk sekedar bagaimana cara menetralkan kondisi atau emosi saat terjadi konflik saja kita kesulitan. Sekedar cara membuat teh atau kopi saja tidak bisa. Apalagi jika dihadapkan masalah besar; jangan-jangan kita jadi lebih mudah menyalahkan takdir Allah atas pernikahan kita itu, karena tauhid kita, iman kita pada takdir masih sangat tipis. Makanya, butuh ilmu, butuh belajar.

Yakin bahwa jodoh yg baik akan hadir, jika kita berusaha menjadi orang baik juga. Orang baik akan dapat orang baik, begitu juga sebaliknya. Dia akan hadir pada waktu yang paling tepat. Tidak akan lebih cepat, tidak juga sebaliknya. Yakin, ketetapan Allah adalah yg terbaik. Tetap perbanyak doa kepada Allah agar mendapat pendamping yang sholih, yang bisa menjadi imam. Jangan bosan berdoa. Jangan mudah berputus asa dengan tidak juga hadirnya jodoh. Andalkan Allah. Karena tidak ada yang sulit bagi Allah untuk tibatiba mendatangkan pasangan. Jadi, yakin saja.

Ketiga : Kuatkan semangat memperbaiki diri menjemputnya, namun dengan terus sesuaikan standar. Memang kita harus mengharap yang terbaik; tapi, harus sesuai dengan diri kita. Misalnya kita mengharap seorang hafidz quran 30 juz, sedang kita tidak juga mau belajar baca quran, masih iqro 2, kan ya gimana. Atau kita mengharap seorang yang hadir perfect di semua sisi; tentu tidak mungkin ada. Pasti akan sisi-sisi negatifnya. Yang penting, pastikan sebisa mungkin agamanya itu sesuai dengan kita. Bagi wanita, paling tidak, dia mencari imam yang tingkatan agamanya minimal sama dengan dirinya. Jangan sampai tidak mengenal agama sama sekali.

Amanah setelah menikah itu tidak ringan, sehingga bisa jadi Allah belum mempertemukan kita dengan jodoh itu karena kita memang belum siap mengemban amanah itu. Ujian akan diberi sesuai dengan kapasitas hambaNya. Maka kalau kita masih levelnya SD, tidak mungkin dapat soal ujian Perguruan Tinggi kan. So, terus belajar dan memperbaiki diri untuk layak mendapat amanah itu.

Jikalau ternyata sampai menutup usia koq jodoh belum datang. Yakinlah bahwa mungkin Allah mengabulkan doa permintaan kita atas jodoh itu, di akhirat. Bukan di dunia. Bisa jadi juga, pengabulannya itu berupa dihindarkan diri kita dari bencana. Pernah dengar kisah seorang yang hampir menikah, tapi tiba-tiba dibatalkan oleh pihak wanita. Awalnya mungkin kesal. Tapi, ternyata beberapa bulan setelahnya diketahui bahwa wanita yang gagal dinikahi nya itu menderita penyakit kronis dan harus terbaring dengan berbagai keluhan medis.

Nampaknya kegagalan itu memang menyedihkan, misalnya ada yang sama kasusnya sudah berproses sekian kali dalam pernikahan tapi ujung2nya selalu gagal, atau hampir menikah, tiba-tiba ada wabah yang mau-tidak mau prosesnya semuanya harus diundurkan. Mungkin kegagalan itu menyedihkan tapi biasanya itu karena kita belum paham apa maksud Allah dengan doa yang "ditunda pengabulannya" itu.

Keempat: Jangan terlalu menyibukkan diri dengan perkara yang berhubungan dengan “nikah”. Persiapan wajib; tapi ya jangan setiap saat kita mantengin kajian tentang nikah, datang seminar pra nikah, sharing tentang nikah, dll. Dan kaau Misalnya ikut kajian pra nikah, pastikan bahwa Ustadz pengisinya memang menyampaikan ilmu; bukan sekedar sharing-sharing merah jambunya pernikahan yang malah membuat kita semakin baper dan galau.

Jadi kalau memang kita berniat belajar fiqih nikah atau hal2 untuk persiapan nikah, pastikan kita datang di majelis yang tepat. Yang mempersiapkan ilmu, sekaligus mental kita dalam menyambut fase baru nantinya.

Karena menikah itu bukan sebuah akhir, melainkan justru awal fase yang berbeda, dengan ujian yang tidak akan lebih mudah dibandingkan sebelum menikah. Harus dipersiapkan dengan ilmu, bukan sekedar keinginan dan kebaperan semata.

Nah, supaya pikiran bisa teralihkan dari “perkara-perkara” yang terkait nikah itu; ada banyak hal lho yang bisa kita lakukan, yang akan membantu kita mengurangi keresahan datangnya jodoh kita.. Sangat wajar koq perasaan itu, keresahan itu. Tapi, sebagaimana rejeki, kalau memang belum waktunya, mau kayak gimana juga belum akan ketemu. Jadi baiknya kita manfaatkan waktu yang ada, untuk berkontribusi untuk umat, memperkaya diri dengan ilmu, dengan pengalaman, membekali diri dengan ketrampilan2 yang mungkin akan berguna nantinya, dsb.

Ada banyak hal, yang bisa jadi hanya akan bisa dilakukan sebelum kita mendapatkan jodoh; ada banyak waktu yang lebih luang, pikiran yang lebih lapang untuk melakukan banyak hal; sebelum nanti harus terbagi dengan pasangan, apalagi setelah memiliki anak-anak. Jadi, manfaatkan kesempatan yang ada untuk meraih banyak ilmu dan untuk berprestasi, di dunia maupun mempersiapkan diri berbekal untuk kehidupan akhirat.

Kalau mau di-list nih, banyak banget hal-hal yang bisa kita lakukan : peluang berbakti pada orang tua lebih banyak, bisa nabung untuk umroh bersama ayah-ibu, bisa ngasih uang saku lebih ke adek-adek, trus bisa meningkatkan kemampuan diri, belajar bahasa, duduk di majelis ilmu, mencari beasiswa S1, S2, S3, mendirikan yayasan, membuka kelas baca quran gratis untuk anak pemulung di sekitar rumah, mengajari mereka membaca, merintis bisnis, memperkaya skill (seperti belajar desain, coding), membuat berbagai macam konten yang bermanfaat di IG, youtube, podcast, menginisiasi gerakan sosial misal berbagi nasi bungkus. Banyak banget yang bisa kita lakukan. Hidup ini bukan melulu tentang urusan jodoh. Ada banyak peluang kebaikan yang Allah bukakan, bagi siapapun.

Kesimpulannya apa nih.. : apapun status kita saat ini, sadari, terima, dan lejitkan potensi diri dengan apa yang kita miliki saat ini. Bukan sibuk berandai-andai. Bukan sibuk meresahkan perkara yang sudah jelas ditetapkan Allah 50ribu tahun lalu.

Oke, selamat berkarya, teman-teman.. Banyak amanah yang menanti untuk kamu tunaikan, banyak orang-orang yang butuh mendapat sentuhan karyamu. Perbanyak manfaat, siapa tau, dari situlah, Allah menganugerahkan surga. Surga bukan hanya untuk orang yang sudah menikah saja, kan? So, yuk, kita manfaatkan waktu yang tersisa, untuk hidup yang lebih bermakna!

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 216)

Jika kita cinta pada Allah, maka apapun yang terjadi, yang menjadi ketetapan ALlah pada kita, kita akan tetap berbaik sangka pada Allah, dan yakin bahwa “bersama kesulitan ada kemudahan” ,dan juga perbanyak istighfar karena akan memudahkan datangnya rezeki dari Allah.

Kata seorang kawan, jgn rusak kebahagiaanmu dgn kekhawatiran, dan jgn rusak pikiranmu dengan pesimisme. jgn rusak kesuksesanmu dengan kecurangan, dn jgn rusak optimisme orang lain dgn menghancurkannya. jgn rusak harimu dgn melihat kembali hari kemarin.

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)