curhatibu.com

Lagi Musim Wisuda



Mengingat momen wisuda, selalu membuat dada agak sesak. 

Siang itu saya ditelpon Bapak, mengabarkan bapak dan Ibu sudah sampai di rumah Om di Bogor. Mereka berdua akan datang ke wisuda saya esok paginya. 

Saya pun bersegera, bersiap. Meluncur dari rumah Qur'an, menuju ke Bogor. Saya naik bus Transjakarta, sampai terminal kampung rambutan. Perjalanan yang cukup panjang sebenarnya. Tapi saya nikmati karena saya akan segera bertemu bapak ibu dan kami akan merayakan kelulusan bersama. 

Seperti biasa, sesampai di terminal kampung rambutan, saya naik angkot nomor 90 (kalau tidak salah, sudah agak lupa) yang arahnya ke perumahan om saya. Naik angkot menikmati perjalanan, hingga pemberhentian terakhir angkot itu, yang artinya saya harus turun. Seperti biasa, turun dari sana, saya akan dijemput oleh Tante/Om karena memang tidak ada kendaraan umum yang bisa mengantar dari tempat itu ke rumah Om. 

Tak lama setelah memberi kabar, Tante datang naik motor. Alhamdulillah. Di atas motor, beliau mengabarkan sesuatu yang tidak saya duga. Ibu sakit tipes. Ya, ibu di rumah Om, istirahat. 

Hati saya "deg" kaget. Lhoh ibu pasti sudah sakit sejak sebelum berangkat. Saya yakin itu. Lalu beliau pasti memaksakan diri. 

Benarlah, sampai di rumah Om, meski tetap menyambut kedatangan saya, ibu nampak lebih lemas. Tiduran. Ya karena sakit. Saya sedih, ibu sakit.

Hingga sore harinya tiba-tiba ibu menggigil. Aku khawatir. Ak takut terjadi apa-apa pada Ibu. Aku minta ibu segera ke dokter. Tapi ibu tidak mau. Alasannya satu, "nanti kalau sama dokternya ibu ga boleh datang wisuda gimana?"

Aku takut, tapi juga bingung. Namun pada akhirnya kami sedikit memaksa. Dan ibu mau. Tapi sebelumnya ibu sudah menunjukkan pakaian2 yang akan aku pakai wisuda, yang sudah disiapkan ibu dari rumah. Dan sebelum berangkat ke rumah sakit, beliau sekali lagi memastikan apakah perlengkapan wisuda saya sudah rapi dibawa ke rumah sakit apa belum. Karena mau tidak mau, kami harus berjaga-jaga jika sampai harus ibu opname di rumah sakit. 

Baju kebaya, dan jarit instan beserta kerudung putih plus bunga hiasannya, sudah disiapkan ibu. Begitu rapi. 

Malamnya aku, ibu, bapak, om dan pakdhe berjaga di rumah sakit. Ya, ibu memang harus di rumah sakit. Tidak boleh pergi. Bisa saja memaksa, tapi aku takut terjadi apa apa ke ibu. 

Sebelum subuh, kami bangun. Ibu menyiapkan keperluan ku lagi, di atas kasurnya. Aku sudah mandi, ganti baju. Lalu diberi sedikit polesan bedak oleh ibu, dan dirapikan bajuku. 

Aku tau ibu sangat sedih karena tidak bisa hadir di wisuda anaknya. Pada saat itu, aku berjanji, "ibu, nanti ibu datangnya pas aku wisuda S1 aja nggih..." Meski pada takdirny, tidak juga tersampai. Tak apa. Allah pasti punya rencana lain, kan.

Ya, aku, om, pakdhe dan bapak berangkat ke JCC sebelum subuh. Mengejar waktu supaya tidak kena macet. Alhamdulillah sampai sana subuh. Jalanan masih lancar. Kami langsung persiapan semuanya dan ikut prosesi. Bapak hanya bisa di tribun bersama orang tua lainnya, dengan kamera hp bututnya, memotret ala kadarnya suasana wisuda waktu itu. Berharap nanti bisa ditunjukkan ke Ibu, agar ibu senang. 

Alhamdulillah setelah momen itu selesai. Saya tidak terlalu banyak waktu untuk foto bersama yang lain,atau untuk merayakannya di sana. Kami harus segera pulang ke Bogor, kasian ibu di rumah sakit sendirian. 

Ya, itulah kisah wisudaku. Sedih? Ga sih, mungkin biasa aja buat kalian. Tapi bagiku, selalu ada sesak tiap kali membahas wisuda. Entah, mungkin karena aku tidak bisa wisuda bersama ibu. Tapi semoga nanti bisa wisuda bersama di surga

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)