Ibu Rumah Tangga dan Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah isu yang seringkali dihadapi oleh ibu rumah tangga. Bagaimana tidak. Berbagai peran harus dilakukan setiap hari - 7/24jam. Bisa dikatakan non-stop.
Berganti peran, berganti profesi. Bangun tidur upyek di dapur - memasak, mencuci piring, menyiapkan sarapan untuk keluarga. Lalu ngurus laundry, cuci baju, jemur, lipat dan setrika.
Pindah peran lagi ke bagian kebersihan, menyapu - mengepel - merapikan barang-barang - mengelap debu - membuang sampah - merapikan mainan - mengatur buku-buku - menyiram tanaman - dan banyak lainnya. Trus ngurus anak-anak, membangunkan anak-anak, membujuk anak mandi dan beberes sebelum aktivitas pagi, sekolah, dll, melerai anak yang berantem dengan kakaknya mengelap tumpahan susu si adek di lantai, menggendong anak bayi yang habis dicubit sama kakaknya. Lalu menjadi pengasuh seharian selama kakaknya sekolah.
Antar jemput kakak pagi dan sore hari, menemani anak-anak main di sore hari. Malam hari membacakan buku dan membujuk (lagi) anak untuk bisa tidur tepat waktu. Belum urusan makan. Memastikan makanannya bergizi, dan memastikan makananya DIMAKAN oleh anak - bukan dikunyah-kunyah lalu dipeleh. Huhuhu...
Belum urusan dengan pak Suami, yang harus berangkat pagi-pagi buta, nyiapin bekal - kalau mau, lalu memastikan semua urusan rumah beres selama suami di kantor, dan siap-siap saat suami mengeluarkan kalimat,
"Uangnya koq udah habis, Mi? Dipakai apa aja?" jedeeeer. wkwkwk. hehehe.. (just kidding)
Intinya, sekian banyaknya peran ibu membuatnya WAJIB perhatian pada kesehatan mental. Karena memang perannya melelahkan dan penuh tekanan. Jangankan bisa konsultasi ke psikolog, ngobrol sama tetangga depan rumah aja ga sempet. Hehe..
Jangankan healing di pantai menikmati me time, ke indomart depan komplek aja diganduli sama anak.
Yooo... jangan lupakan diri sendiri lah, Sobat Curhat Ibu.. Kasian dirinya. memang keluarga butuh sandaran, yaitu ibu. Tapi ibu pun butuh menguatkan diri, butuh bersandar juga.
Pada artikel ini kita akan bahas tentang beberapa tips bagi ibu untuk bisa lebih perhatian dengan urusan kesehatan mental. Tanpa rasa bersalah. Hehe. Siapa yang merasa bersalah saat me time? Berpikir, "Aku koq ga bisa jadi ibu yang baik ya, malah ngurus diri sendiri" no no no.. Justru pentig, sebab akan memperbaiki kualitas khidmah nya ibu kepada keluarga. Ibu bahagia, keluarga tambah senang.
So daripada lama-lama, kita bahas yuk...
Kenali Tanda-tanda Stres dan Kesehatan Mental yang Buruk
Berdasarkan pengertian oleh unicef, stress adalah
Stres adalah perasaan yang umumnya dapat kita rasakan saat berada di bawah tekanan, merasa kewalahan, atau kesulitan menghadapi suatu situasi.
Biasanya ditandai dengan gejala fisik, emosional, dan mental. Seperti sakit kepala, sulit tidur, mual, gangguan pencernaan, nyeri, berat badan naik atau turun, mudah kesal, marah, meledak-ledak, menarik diri dari keluarga dan teman, mengabaikan tanggung jawab, kerjaan jadi tidak efisien, sulit konsentrasi, terus-terusan merasa sedih, menangis dan sebagainya. (sumber di sini)
Stres ini penyebabnya pun beragam, seperti adanya pikiran negatif tentang diri sendiri, permulaan pubertas, adanya beban belajar/hidup yang lebih besar, masalah dengan lingkungan sosial, perubahan besar dalam hidup (misalnya pindah rumah, pindah pekerjaan, dll), adanya penyakit kronis, masalah ekonomi, kehilangan orang yang dicintai, dan tidak amannya lingkungan sekitar. Perlu Ibu ketahui, selidiki, jika memang memiliki gejala di atas .
Stres harus segera diatasi karena dampaknya bisa merugikan kesehatan fisik maupun mental, hingga menyebabkan depresi serta kecemasan. Stres ini bisa memengaruhi hubungan dengan orang lain (dalam hal ini berarti dengan anak-anak, pasangan, dan keluarga), serta mengganggu produktivitas dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Nah, makanya penting bagi seorang ibu untuk lebih aware, dan mau mengakui kondisi mentalnya. Sehingga ibu bisa mengambil tindakan berikutnya, hingga jika memang perlu, konsultasi kepada ahli (psikolog).
Kunci Menjalani Hidup Minim Stres : Prioritaskan Diri
Ibu jangan mudah merasa bersalah saat "me time". Me time ini merupakan upaya kita untuk "reset" kondisi diri. Ibaratnya, kalau HP atau laptop sudah nge-hang, udahlah, restart dulu. Jadi sediakan waktu untuk diri sendiri. Entah melakukan perawatan diri, atau melakukan hobi. Me tima itu bukan bentuk egoisme seorang ibu ya. Justru, ibu yang mau "me time" itu seperti sedang mengisi energi cinta dirinya, untuk siap kembali dituang ke dalam hati anak-anak dan pasangannya.
Pilihan aktivitasnya beragam, tergantung kebutuhan ibu. Alokasi waktunya pun demikian. Bukan berarti me time itu harus seharian, atau harus jalan-jalan ke Maldives, atau harus Umroh ke Baitullah. Ya, bagus sih kalau memang ada kesempatannya. Hehe.. tapi jangan jadi alasan untuk foya-foya juga sih.
Kalau Ibu muslim, me time-nya harusnya sederhana ya, bahkan FREE. Misalnya dengan sholat, Lhah, mau sholat direngekin bocah. Hehe. ya, mungkin sholat malam (?) yang bocah masih pada tidur. Atau 1 aja deh waktu sholat, yang anak-anak bisa dipegang suami, sehingga ibu lebih mindfull sholatnya. Asal jangan pas sholat mikirin besok masak apa - ya sama aja. Fokus.
Intinya, pilih aktivitas yang disukai namun juga efektif meredakan stres ini. Iya sih, suka jalan-jalan - tapi jangan-jangan selama ini, jalan-jalannya hanya nambah stres karena harus berhadapan dengan kemacetan dan kerewelan bocah sepanjang jalan. Iya sih, suka belanja, tapi jangan-jangan habis check-out baru sadar kalau anggaran sebulan udah mau habis di pertengahan purnama - haha.. kan bukannya healing, malah puasing. (eh, pusing)
Tips Praktis untuk Merawat Kesehatan Mental Anda
Aturlah jadwal harian dengan seimbang
Miliki Teman CURHAT
Berlatih Teknik Relaksasi
Fokus Pada Saat Ini
Jaga Kesehatan Fisik
Salah satu pemicu hormon endorfin adalah dengan rutin berolahraga. Ketika berolahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan energi positif pada tubuh. Selain itu, peningkatan hormon endorfin juga bermanfaat dalam memelihara kesehatan mental.
Tantangan Dalam Merawat Kesehatan Mental Ibu
Ada beberapa tantangan, biasanya terkait waktu terbatas dihadapkan dengan tanggung jawab ibu yang "tidak terbatas". Maka perlu bagi ibu untuk merencanakan dengan cermat, dan mengidentifikasi waktu yang dapat dialokaskan untuk diri sendiri.
Kedua, SUPPORT System. Penting ibu mengenali siapa support system ibu. Tidak semua hal harus ibu yang mengerjakan. Kenali mereka, yang akan membantu ibu menyelesaikan tugas keseharian. Seperti : suami, anak, mertua, tetangga, tukang laundry, warteg depan rumah, ustadz/ustadzahnya anak-anak, teman mainnya anak-anak, teman di komunitas emak-emak, atau yang lain sebagainya. Susun strategi tentang apa yang harus dikerjakan oleh siapa. Hehe.. Intinya, ibu bukan SUPERWOMAN yang bisa mengerjakan semua hal. Hehehehe...
Ketiga, tantangan komunikasi. Ada banyak ibu yang kesulitan menyampaikan perasaannya, kesulitannya, atau kebutuhannya. Inilah pentingnya ibu harus mulai berlatih membuka diri untuk melakukan komunikasi terbuka kepada orang-orang yang dibutuhkan. Misalnya belajar menyampaikan permintaan tolong kepada suami - tanpa harus menggunakan kode HTML (eh). atau belajar menyuruh anak tanpa perlu banting perabot saat cuci piring, atau belajar menyampaikan keluhan kepada tetangga tanpa ngedumel di belakang - yang bikin capek sendiri.
Keempat, tentang mengelola ekspektasi. Ya, ibu bisa jadi punya banyak mimpi, harapan, cita-cita, ambisi - untuk diri sendiri, maupun untuk anak dan keluarga. Namun adakalanya semuanya perlu direncanakan dengan baik. Buatlah tujuan yang realistis, yang sesuai dengan kondisi ibu saat ini.
Bisa jadi, dulu saat mahasiswa, cita-cita keliling dunia menjadi salah satu list impian. Sekarang, mungkin hal itu dimasukkan ke nomor ke sekian puluh dulu. Juga termasuk urusan anak. Mungkin setelah nonton tayangan Hafidz Indonesia Cilik, ibu berambisi menjadikan anak hafal 30 juz Al Quran sebelum usia 10 tahun. Namun saat ini anak sudah 9 tahun dan masih belum lancar baca Qur'annya. Ya, udah, fokus aja dulu membenahi bacaan anak, dan urusan hafal 30 juz al quran rasanya masih kurang realistis untuk ditargetkan dalam beberapa bulan ke depan.
Penutup : Rawat Kesehatan Mentalmu
Yap, artikel ini sudah menggarisbawahi tentang pentingnya menjaga kesehatan mental bagi seorang ibu rumah tangga. Jika kesehatan mental seorang ibu itu baik, maka kualitas ibu akan semakin baik. Dengan begitu, ibu lebih bahagia dan bisa mengurus amanah di rumah dengan makin baik.
Penting bagi ibu merawat diri dengan alokasi me time, olahraga, dan mengelola ekspektasi demi hidup dan pikiran yang lebih tenang. Yuk Sobat Curhat Ibu semua, mulai dari apa yang bisa dilakukan saat ini. Kita jaga kesehatan mental. Ingat, bukan hanya anak-anak dan suami yang wajib diurus. Kita pun wajib ngurus diri sendiri. Bukan karena egois, tapi justru karena kita peduli dengan orang-orang tercinta kita.
Semoga artikel ini bermanfaat ya, bagaimana pendapatmu, Ibu? Apa saja yang Ibu lakukan untuk merawat kesehatan mentalmu? Berbagi di kolom komentar yaa agar para ibu lain pun mendapat pelajaran dan pengalaman.
Post a Comment