curhatibu.com

Cinta Dakwah

Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akanmeminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu.Berjalan, duduk, dan tidurmu.

Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentangumat yg kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu.Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel ditubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. .. Tubuh yanghancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memangakan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayatyg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanyasebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagiorang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yangsegar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parahkemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagaijiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab jugaterlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasapun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnyadiperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjangsejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedangbermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwahbukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalahbukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersamamereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akansegera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalumenemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke manapun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaanrasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harusmengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untukmencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka.Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggodadibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakarwafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar.Tapi saking seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadikewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnyaadalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit danpengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalanAllah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karyabesar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itumereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justrujadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “ya Allah, berilahdia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang… “

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnyadikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta…

Mengajak kita untuk terus berlari…

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”

(alm. Ust Rahmat Abdullah)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)