curhatibu.com

Resume Kajian Reihan Tentang Amal oleh Ust Rasikh

Berhadapan dengan rukun ini, sepertinya kita adalah orang yang sangat terbatas dalam beramal, orang yang tersyirik dalam hal ini, kecilnya amal yang kita lakukan, dibanding dengan para mujaddid dakwah terdahulu. Namun, demi motivasi kita bersama, kita coba bahas dengan perbendaharaan yang sedikit.

“Dan katakanlah, beramallah kalian, maka sesungguhnya Allah, Rasulnya, dan orang muskmin akan melihat amal kalian, …”

Mengapa ini menjadi rukun ke-3? Karena, yang pertama kita telah membahas Al Fahm pada rukun ke-1 dengan melihat fenomena di masyarakat, lalu masuk rukun ikhlas, dimana kita telah ada ilmu tentangnya, maka hendaknya kita mampu melepaskan segala pengusir hawa nafsu dan tafsiran yang jauh dari syariat tersebut. Karena betapa banyak orang yang terjatuh dari medan dakwah karena mendahulukan persepsi, keinginan, pendapat mereka tanpa mengkaji apa yang seharusnya. Maka, setelah itu, buah dari ilmu dan ikhlas adalah amal. Tidak mungkin orang dikatakan ikhlas jika hanya duduk-duduk saja. Karena itu, syair arab mengatakan, ”Ilmu yang tidak diamalkan itu ibarat pohon yang tidak berbuah”. Maka tidak ada gunanya ilmu (jihad kita untuk terus belajar) jika hanya sebatas tulisan di kertas, tanpa amaliyah yang dilakukan (hanya sedikit).

Allah memerintahkan kita kepada perintah yang wajib, ”Beramallah” – disebutkan dalam bentuk jama’. Maka amal yang dimaksud bukanlah amal sendirian, tapi amal bersama. Karena tidak akan mungkin suatu perubahan hanya dilakukan oleh 1 orang, semua harus berbuat. Sesungguhnya manusia itu adalah paling memperhatikan diri sendiri (makhluk yang paling egois), termasuk kita menuntut ilmu di sini, meskipun pengaruhnya ada pada umat. Kalau tidak duduk belajar, maka apa posisi kita di dunia ini? Apa yang akan kita katakan pada Allah, di mana pada saat itu tidak ada hal yang mendukung kita kecuali amal dan ilmu. Meski itu amal pribadi, seharusnya mampu berimbas pada masyarakat. Kebersamaan dalam beramal tersebut, menjadi suatu keniscayaan. Dalam beramal, semua sudah didahului pengetahuan, tidak mungkin beramal tanpa mengerti apa yang harus dilakukan, karena ini akan membuatnya berjalan di tempat.

Berbicara ikhlas, kalau orang beramal ingin mendapatkan kedudukan, dan tidak tercapai kemudian, maka dia akan berhenti beramal. Maka keikhlasan menjadi hal yang harus menyertai amal tersebut.

Kedudukan amal adalah sesuatu yang harus terjadi. Banyak orang mengkhayal, tanpa mau beramal. Banyak yang mengusung ide berlian, tapi ketika terjun di aktivitas amal, dia tidak melakukan apa-apa.

Ada kisah seekor tikus yang cerdas tapi tidak pernah beramal, “Mengkhayallah dalam pekerjaanmu“, tidak semua khayalan dapat ditulis atau tidak tertulis, dan banyak pula orang yang menulis, tapi tidak mampu melakukannya. Ada sebuah yayasan yang mengusung banyak ide, tapi tidak tahu apa yang harus dilakukan, sehingga berjatuhanlah mereka.

Maka sebelum melakukan amal, harus paham urutan amal, yaitu: (meski tidak merupakan sebuah kelaziman, tapi jika dilakukan sesuai urutan, maka akan terbentuk amal yang luar biasa)

Memperbaiki diri/perilaku diri sendiri, sebelum memperbaiki orang lain, meliputi memperkuat pribadi (fisik), dengan fisik kuat-pikiran jernih. Rasul mengatakan, “Ajarkan anak-anakmu berenang dan memanah“, para ulama mengatakan, “Jika kalian ingin bercanda, maka bercandalah dengan ilmu hitung-hitungan, jika kalian ingin bermain, maka bermainlah dengan melempar/memanah“. Sampai saat ini, orang Barat melatih pangeran mereka memanah dan naik kuda, bahkan sambil naik kuda mereka memanah. Ada pernyataan, “Dajjal itu terbunuh dengan tombak“. Di akhir zaman, peperangan terjadi tidak lagi dengan senjata berat, karena kekayaan alam habis, maka orang kembali menggunakan tombak, panah, dsb.

Hal-hal yang harus kita lakukan dalam rangka memperbaiki diri/perilaku diri sendiri adalah sebagai berikut:

Memperbaiki kekuatan akhlaq, karena ini yang paling berpengaruh terhadap tegaknya dakwah. Sepandai apapun orang, jika akhlaq buruk akan mendapat perlawanan. Maka, 2 unsur digabungkan yaitu kekuatan fisik dan ruhiyah. Akhlaq itu juga termasuk terhadap hewan, tumbuhan, dsb. Maka kebenaran akan semakin benar di mata orang jika akhlaq dicirikan di dalamnya. Kadang-kadang orang tidak setuju, tapi ketidaksetujuannya tidak membuatnya melakukan perlawanan balik. Jika sebaliknya, maka yang terjadi adalah pertentangan balik.
Memperkuat pengetahuan dan wawasannya, sehingga tidak seperti katak dalam tempurung. Yang benar adalah dirinya sendiri, jika yang lain berbeda, maka itu aliran sesat. Bukan seperti itu. Karena kita adalah para pencari ilmu, bukan mufti. Kalau seorang menganggaap dirinya mufti, maka ia tak akan mau belajar lagi, karena sudah menganggap diri benar. Maka belajarlah selalu.
Mampu menghidupi dirinya sendiri, bukan orang peminta, sehingga dia harus berpikir apa yang akan dia usahakan. Jika seseorang melamar seorang gadis dan bilang tidak punya pekerjaan, maka perlu dipikir-pikir lagi. Jadi, harus punya suatu keahlian. Rasul mengatakan, ”Sebaik-baiknya Amal (ma’isyah) adalah apa yang dikerjakan dengan tangannya sendiri”. Maka belajarlah hal-hal yang dapat menopang hidup kita. Selain bermanfaat untuk diri kita, bisa kita tularkan kepada orang lain untuk menopang hidup mereka. Seorang pendeta dalam agama lain, tidak pernah ada tokoh agama yang mempunyai pekerjaan lain. Tapi dalam Islam, seorang dokter mungkin adalah seorang ustadz, dst. Jadi, keluar dari pendidikan, ahli di bidangnya, pun ahli di ilmu Islam.
Menyelamatkan aqidah. Berusaha bergabung dengan orang yang benar ibadahnya. Sehingga kuat ruhiyahnya.
Melakukan mujahadah terhadap dirinya sendiri. Mujahadah adalah melakukan sesuatu yang sebenar-benarnya harus dilakukan, dan melepaskan apa yang menghalanginya dari sesuatu tersebut. Pahami bahwa amal lebih banyak dari waktu yang dilakukan

2. Memperbaiki lingkungan keluarga. Banyak kendala di da’i, ada persepsi jika kita ingin menikah, “Memilih orang yang siap akan lebih baik daripada orang yang tidak siap“, maksudnya, siap dalam arti agamanya. Karena, ketika seorang bersama istrinya, akan lebih sulit membenahinya, karena kelemahan seseorang jauh lebih banyak diketahui. Lahiriah boleh menjadi pertimbangan, tapi yang lebih penting adalah pertimbangan ahlaq dan kemauannya untuk menjadi seorang muslimah yang lebih baik. Karena perjalanan rumah tangga adalah perjalanan yang panjang, maka butuh pendamping yang siap mengarungi bersama.

3. Membimbing masyarakat sekitar. Jalan terbaik mendapatkan tsiqah di masyarakat adalah bagus di dalam membaca Al Qur’an. Ini modal utama, sebelum kita menyampaikan yang lain

4. Mempertahankan tanah airnya. Tidak sekedar berperang melawan senjata, melainkan berprang melawan pemikiran-pemikiran yang tidak benar

5. Membenahi pemerintahan, butuh taktik dan strategi matang. Apa yang harus dilakukan? Membuat pemerintah memiliki rasa tanggungjawab terhadap amal yang dilakukan. Oposisi itu tidak ada amalnya, maka sudah seharusnya kita turut mendapatkan jabatan di dalamnya, karena dari situlah kita akan memperoleh satu kesempatan membuat suatu kebijakan. Orang yang di bawah pemerintah tidak akan kuat pengaruhnya. Sedang yang di atas, akan mendapat pengaruh. Hal ini bukan sekedar kecintaan terhadap jabatan, tapi merupakan upaya memperoleh suatu kebijakan. Mengenai taktik, selama tidak bertentangan dengan aqidah islam, tidak masalah. Apalagi manusia bukanlah makhluk yang bisa melakukan perubahan seorang diri. Maka harus bergabung dengan yang lain mencari bantuan. Ingat peristiwa hijrah, Rasul meminta seorang musyrik untuk menjadi guide beliau. Tujuannya satu yaitu menjadi pemimpin. Umat Islam harus punya cita-cita untu menjadi pemimpin. Seorang ustadz yang menjadi gubernur akan lebih banyak hal yang dilakukan untuk masyarakat. Orang yang memegang jabatan di pemerintahan tidak dituntut menerapkan islam secara total, tapi bagaimana semampu mereka melaksanakan jabatan itu.

Question/Answer:

Amal di sini adalah aktivitas kita, hasil itu kembali pada Allah. Misal, kita sudah berusaha mendidik keluarga kita, tapi belum bisa baik, lalu kita putus asa untuk beranjak ke masyarakat. Jadi, meski ketika keluarga belum berhasil diluruskan, ya tidak perlu menunda kita mendakwahi keluarga. Yang penting ada usaha kita untuk berdakwah di keluarga. Urutan ini tidak bersifat mutlak, tapi bersifat amaliyah yang sudah seharusnya diterapkan, tidak harus sesuai urutan. Laukan sesuai kemampuan.
Syarat mencari pasangan hidup? Tidak ada syarat suami harus lebih tahu daripada istri. Atau istri hafidzah, suami sedang proses. Tidak masalah, yang penting keduanya harus ada kepedulian. Masalah perbaikan tidak mutlak tanggungjawab suami, atau istri secara keseluruhan, melainkan tanggungjawab siapa yang lebih dahulu mengetahui tentang suatu hal. Tapi tetap harus diperhatikan yang sekufu. Terutama dari seorang suami bagi seorang istri. Karena, selama tidak jauh, akan masih mungkin didekatkan ilmu dan kepahamannya. Yang penting akhlaq dan kemauan untuk menjadi lebih baik
Seorang da’i haru s membuat peta siapa yang menjadi muayyid (pendukung) dia, siapa yang memungkinkan untuk bekerja sama, siapa yang benar-benar menjadi musuh. Harus jelas dalam ativitas dakwah tersebut. Apa yang menjadi kaidahnya? Kita harus tahu, apa yang dimaksud ”berbeda” dan ”yang lain”. Orang non-muslim tidak boleh kita katakan berbeda, tapi itu sesuati yang lain. Ada juga di dalam sesama Islam, kadang ada sesuatu yang didengung-dengungkan sebagai perbedaan pendapat, tapi sesungguhnya itu adalah sesuatu yang lain.Nah, khilafiah yang kita maksud adalah apabila salah satu memakai al quran dan hadist, cara memakai dan memahaminya sesuai kaidah, namun kesimpulan yang dihasilkan berbeda. Hal ini benar-benar dijelaskan pada rukun pertama – Paham, mengenai khilafiah. Jadi, jangan sampai yang benar itu menjadi musuh, atau sebaliknya.

”Bahwa yang dimaksud dengan amal di sini adalah amal yang bersifat meluas, perubahan secara menyeluruh, dari mulai pribadi, keluarga, masyarakat, dan negara. Bukan hanya sekedar aktivitas harian. Semua mungkin melakukan amal, tapi amal yang dimaksud adalah amal yang dilandasi ilmu dan keikhlasan. Sehingga, tujuan yang kita inginkan dapat dicapai, karena bukan hanya sekedar letupan ide. Melainkan merupakan amal yang menyeluruh, terorganisir, dan dilandasi dengan pemahaman yang benar. ”



Alhamdulillahirabbil ’alamin,...Semoga bermanfaat

(Mohon dikoreksi jika ada yang salah/kurang tepat)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)