curhatibu.com

Sesuatu yang dianggap baik bagi orang yang melakukan puasa

1. Menyegerakan berbuka
Banyak orang yang mengikuti tv, yaitu menyegerakan berdoa, bukan berbuka.
Jadi, seketika maghrib masuk buka dulu, baru doa.
Kalau doa dulu, nggak pas jadinya.
“Untukmu aku berpuasa, denganmu aku beriman, dan atas rizki yang kamu berikan aku TELAH berbuka”  kan belum buka,…
Puasa sah, tapi, itu menyalahi sesuatu yang utama.
Berdasar hadist Imam Bukhari dan Muslim:
”Apabila malam sudah masuk, dan siang sudah berpaling, dan matahari telah terbenam, maka orang yang berpuasa itu berbuka.”
Hadist lagi, dari Annas (pembantunya Nabi, jadi tahu betul apa yang dilakukan)
”Aku tidak pernah melihat Rasul shalat maghrib, saampai Rasul berbuka”, walaupun berbukanya Rasul hanya seteguk air
Hadisy lagi,
”Bahwasanya, Rasulullah kerap berbuka dengan kurma (yang masih setengah matang, kaya anggur, yang ketika digigit banyak airnya), jika tidak punya, rasul berbuka dengan kurma (biasa), atau nabi minum beberapa teguk air”
Bahkan, ada satu tulisan yang berbunyi, ”Berbuka dengan sesuatu yang manis itu tidak baik bagi lambung”,...TIDAK ADA DALIL BERBUKALAH DENGAN YANG MANIS! Lebih baik air putih. Coba tanya anak kedokteran. Tulisan ini ditulis oleh dokter non muslim dari suku Tionghoa, dengan dalil menurut kesehatan.
”Kenapa kurma setengah matang? Kenapa kurma biasa? Lalu kenapa air putih? Seperti itulah prioritasnya.”
Berbuka dengan apapun sebenarnya baik saja, tapi AGAMA mengarahkan sesuatu yang paling baik.
2. Melakukan sahur, dan menundanya
Jadi, sahur itu adalah sesuatu yang dimakan di waktu sahur. (Waktu sahur = ketika malam sudah lewat separo)
Di dalam hadist dikatakan,
”Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam maan sahur ada keberkahan”
Selain itu, sahur merupakan KEBIASAAN yang TIDAK dilakukan AHLI KITAB. Kita kan memang seharusnya menyelisihi apa yang dilakukan ahlul kitab. Nah, beda puasa kita dan puasa ahlul kitab ada pada MAKAN SAHUR,..meskipun kita mungkin merasa kuat jika tidak sahur.
Berbicara dari logika, AMUNISI yang dimasukkan di waktu akhir akan memberikan kekuatan lebih.
Jika kita makan sahur, maka mendapat kesunahan. Mengakhirkannya, itu lebih baik.
Dengan sahur, orang dipaksa untuk melakukan satu sikap yang baik, dan memberikan mashlahat untuk ubudiyah. Mengapa? Malaikat mendoakan orang yang sahur, selain itu, sahur itu jadi lebih sehat.
”sahur itu semuanya mendapat keberkahan, maka jangan kalian meninggalkan sahur, walaupun hanya seteguk air. Sesunguhnya Allah dan malaikat mendoakan orang yang makan sahur”
Dari sisi kesehatan, dari artikel Hikmah di Republika, penelitian oleh 2 orang yang mendapat hadiah Nobel, ”Bahwa pembuluuh darah manusia akan mengembang mulai tengah malam terakhir (waktu sahur) sampai menjelang siang (terbitnya fajar), dan secara berangsung, sel akan menggumpal pada dinding pembuluh (ini menyebabkan darah tinggi, karena darah macet). Cara alamiyah yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan GERAKAN tubuh di PAGI BUTA (waktu sahur), akan mengakibatkan gumpalan sel darah tersebut terpompa dengan gerakan orang tersebut, sehingga aliran darah menjadi kencang, akhirnya tidak ada gumpalan sel di pembuluh darah.”. Subhanallah,...
Orang yang biasa bangun waktu sahur, melazimkan tahajud, CENDERUNG TEKANAN DARAH RENDAH. Jarang DARAH TINGGI.
Ukuran waktu sahur sampai masuk subuh adalah sekitar selesainya dibaca 50 ayat
Zaid bin Tsabit pernah bercerita, ”Kami pernah makan sahur bersama Nabi, kemudian kami melaksanakan shalat Subuh. Lalu Annas bertanya kepada Zaid, ”Berapakah jarak antara selesai makan sahur dengan datangnya shalat subuh? Zaid menjawab, ”Seukuran 50 ayat”
Berdasarkan hal ini akan banyak khilaf. Hadist ini mujmal (tidak jelas ukurannya-tidak konkrit). Kalau ayat2 pendek, atau surat yang panjang2 kan beda? Lalu tentang bagaimana cara ayat tersebut dibacakan. Karena itu, ada ijtihad:bahwa 50 ayat itu seukuran 10 menit. Maka, sebelum waktu subuh datang (masuk), 10 menit sebelumnya dianjuran untuk berhenti, ini yang dikenal sebagai IMSAK.
Dalam hadits
“Hal-hal yang diharaman saat orang puasa adalah maan, minum, melaukan hub suami istri, jadi, janganlah dekat dekat dengan sesuatu yang diiharamkan oelh Allah. Itu sama dengan menggembala domba di sekitara tanah yang dilarang. “
Berdasarkan hal itu, setelah IMSAK, jeda itu orang tidak boleh makan. Bukan haram. Karena, diasumsikan besar kemungkinan dia akan makan juga di waktu subuh. TAHAN DIRI sebelum 10 menit SEBELUM SUBUH!!!
(IMSAK hanya istilah menurut bahasa)
Sama saja dengan jika punya istri yang sedang haid. Yang diharamkan itu adalah wilayah antara pusar dan lutut, untuk melakukan hubungan.
Makan di 10 menit sebelum subuh adalah bukan haram dzatnya, tapi haram wasilahnya. Melakukan hub suami istri antara pusar-lutut bukan haram dzatnya, tapi wasilahnya. Begitu pula dengan pandangan, yang mungkin menjadi washilah zina yang sebenarnya.
3. Berdoa ketika berdoa, dan selama puasa
Haditsnya, ”Sesungguhnya, bagi orang yang berpuasa bagi orang yang ebrbuka, doanya tidak akan ditolak”
Dalam hadits lain, ”Ada 3 gol yang doanya tidak ditolak, orang yang sedang berpuasa sampai berbuka, imam yang adil, dan orang terdzalimi”
Puasa yang dimaksud itu seluruh puasa lho, bukan hanya puasa ramadhan.
Banyak orang tua yang berpuasa saat anaknya ujian, biar bisa berdoa. Doa saat puasa itu diijabah oleh Allah. Maka jika kita sedang akan menghadapi hal-hal yang perlu bantuan, maka ikutilah orang tua. Maka mereka akan punya langkah sendiri tanpa diketahui. Boleh nggak puasa kaya gitu? Tidak ada yang melarang, kecuali pada waktu yang dilarang. Saat puasa, boleh berdoa apa saja.
Ada hadits,
”Telah hilang dahaga, dan telah basah tenggorokan, dan telah terdapat pahala InsyaAllah,...”
Pahala hanya Allah yang tahu, makanya Insya Allah.
Nabi saja, bilang Insya Allah. Lha kita???-.-a hanya Allah yang tahu.
Dalam riwayat lain,
”doa buka puasa”
4. Mencegah dari sesuatu yang menafikan pahala puasa
Dalam buku lain dikatakan, ”Mengisi hari-hari Ramadhan itu dengan dzikir, menghindarkan diri dari perbuatan sia-sia, berkata-kata yang mengarah pada perbuatan yang tidak senonoh, jahl (berdasarkan sesuatu yang tidak logis, bermusuhan, berkelahi) – karena akan sangat mengganggu PAHALA orang yang berpuasa. BUKAN PUASAnya, tapi PAHALAnya.
”Bukanlah puasa itu menahan diri dari makan dan minum saja, tapi puasa itu menaha dari eprbuatan yang sia-sia dan mengarah pada perbuatan tidak senonoh”
”Sayang sekali orang yang puasa yang tidak mendapat bagian dari puasanya, kecuali lapar saja”
5. Bersungguh-sungguh dalam beribadah, khususnya di 10 hari Bulan Ramadhan
Mengapa? Karena amal itu ketentuan untuk diterima atau tidaknya itu ditentukan pada masa-masa akhir. Kalau kita belajar kan ditentukan pada masa-masa ahir, yaitu ujian, bukan?
Maka dalam satu doanya, Nabi berkata,
”Ya Allah jadikanlah sebagian hariku adalah bertemude nganmu, dan sebaik umuru adalah saat akhir, dan sebaik amalku adalah masa pungkasannya”
Begitu pula saat Ramadhan, konsentrasikan amal yang lebih giat di 10 hari Ramadhan.
Apa saja yang dilakukan?
a. I’tikaf
Boleh dari awal, tapi di 10 terakhir harus lebih sungguh sungguh.
”Bahwa nabi bersungguh-sungguh di 10 hari ramadhan, tidak sama seperti sungguh-sungguhnya Nabi pada malam sebelumya”
Dari Aisyah.,
”Sesungguhnya nabi melakukan i’tikaf pada 10 hari terakhir ramadhan, sampai akhir hayatnya, dan lalu kami melanjutkannya”
Yang punya istri, dari Aisyah, ”Nabi ketika masuk 10 hari Ramadhan mengikat kainnya” – tidak berani melakukan hubungan suami istri, karena SIBUK IBADAH. Nabi menghidupkan malam-malamnya, dengan begadang, tidak seperti malam sebelumnya. Karena:
1. amal ditentukan akhir
2. ada 1 malam yang lebih baik dari 1000 bulan
6. Memenuhi/menyibukkan diri dengan dzikir, ketaatan dan kedermawanan
Nabi lebih dermawan daripada angin yang berhembus
7. Mendirikan shalat tarawih. Salah satu yang dapat menghidupkan malam adalah tarawih. Terserah, mau berapa aja raka’atnya. Yang penting tarawih.

Question/answer:
1. Witir, lalu shalat lagi???
Tahajud = shalat yang dilakukan di waktu malam. Afdhalnya, TERGANTUNG orang. Pada umumnya, orang itu afdhal nya adalah di penghujung malam. Bagi yang lain, bisa jadi, tahajud di pertengahan. Atau bisa juga di awal malam. Jadi, jika tahajud boleh dilakuan sepanjang malam, TIDAK MENGHALANGI apapun. Untuk witir sebagai penutup, konteksnya adalah untu yang tahajud di akhir. Jadi, ya tidak apa-apa kalau habis witir shalat lagi. Nah, tidak ada hadits yang menyatakan Rasul shalat tarawih. Tarawih = santai. Istilahnya Aisyah.
“Siapa yang mendirikan malam di bulan Ramadhan dengan mengharap balasan dari Allah, maka akan diampuni dosanya”
2. Apa yang saya lakukan jika ada beberapa pilihan yang sulit dipilih, jika tidak dimakan mubadzir, jika dimakan itu di waktu yang salah yang ahirnya tidak puasa karena ragu.
Jadi begini, kalau seandainya, ada 2 perkara yang saling berbenturan, sehingga kita harus mengambil salah satunya, MAKA PILIHLAH YANG PALING SEDIKIT MUDHARATnya.
Jika makanan tidak dimakan akan basi. Jika kita makan, tidak mubadzir, tapi TIDAK puasa. Masalahnya, apakah makanan itu hanya bisa dimanfaatkan oleh kita??? Kan bisa untuk orang lain. Jadi, tidak usah dimakan, tapi dihidangkan ke orang lain/makhluk lain(hewan) agar bermanfaat.
Definisi puasa = menahan diri. Memang ada hadits dari imam hakim (dalam itab al mustadrab) yang mengatakan, ”Apabila salah seorang kalian mendengar adzan, dan gelas ada di tangan, maka janganlah letakkan gelas itu sampai ia memenuhi ebutuhannya dari gelas tersebut”, artinya:isi gelasnya diminum dulu. CUMAAAN, bagi saya (ustadz) dalam rangka kehati-hatian, ya
1. Karena : hadits ini tidak disepakati. Konsteks nya berbeda dengan masa kini. Dulu banyak yang puasa karena 1 hari makan 1 kali, jadi, mereka membuat pola hidup agar 24 jam terpenuhi. Maka dia pilih waktu makan di sahur, maka dia puasa. Jadi, seandainya di waktu subuh dia kelewat makan, dia tidak aan kuat, maka tidak apa-apa. Jika dia tidak makan waktu itu, bisa tidak makan dalam 24 jam lagi.
Ada hadits, Jika disediakan makan malam, lalu datang waktu isya, maka makan dulu lah... mending mikir shalat pas makan. Tapi, lalu ada yang menegur saya, ”Dulu, sahabat itu mengejar jatah makanan, jadi waktu isya harus makan dulu”
2. Dalil ini ditentang yang lain, ”Jangan makan dan minum ketika masuk waktu subuh!”
3. Boleh nggak kalau tujuan kita ibadah itu ingin dapat pahal atau masu surga?
Boleh, kan Allah sendiri yang menjanjikan. Namun sebenarnya, jika ada orang ibadah pengen dapat pahala, itu IBADAHnya anak-anaknya. Jadi, mau ngerjain kalau tidak mendapat pahala. Padahal, jika Tidak dapat upah itu tidak menghapus kewajiban ibadah itu. Jadi, idealnya, orang ibadah itu bukan karena pahala, lakukan saja. Tapi, masalahnya, banya orang yang mau melakukan atau tidak melakukan sesuatu jika ada hadiah atau ancaman. Heu,.. jadi, tetaplah dibolehkan. Karena ayat-ayat Al Qur’an itu mengiming-imingi dengan pahala atas suatu ketaatan.

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)