curhatibu.com

Materi Ukhuwah,...

“Sesuatu yang dulu kita sesali, sering menjadi hal yang disyukuri saat ini...
Karena pandangan atas diri dan hidup di mata kita, sangatlah sempit dibanding 'pandangan' Allah dalam skenario yang telah digariskanNya untuk kita...”
1. Pertemuan dengan kalian
2. keberadaan kita di kampus ini (mungkin sempat merasa sesal, kenapa ahirnya memutuskan memilih di sini. Merasa, sepertinya, saya akan lebih baik jika di tempat lain, dan sebagainya,... tapi, jangan sampai sesal itu pun datang di akhir karena kita menyianyiakan kesempatan berada di sini.
3. pertemuan dengan kelompok liqa (kelompok yang kalian dapat telah dipilihkan Allah,...dengan setiap gabungan karakter yang ada,...plus minus dari masing-masing, dsb,...mungkin pernah merasa tidak nyaman, atau ada sesal di sana,..tapi, jangan sampai sesal itu pun datang di akhir karena kita sempat menyakiti satu sama lain...)
4. amanah di kampus (jika kalian mendapat amanah di A, maka mungkin itu disesali sekarang, tapi nanti, mungkin akan disyukuri. Yg penting dijalani dengan baik, agar rasa sesal tidak lagi muncul di belakang karena tidak maksimal melaksanakan tugas)
5. dipertemukan dengan banyak karakter manusia (mungkin ketika harus berkenalan dengan saya, atau dengan teman lain, kita mungkin pernah terbersit perasaan sesal, ”Kenapa harus bertemu dengan orang seperti ini???”, tapi sungguh, semoga kita tidak turut menyesal di akhirnya karena tidak mampu mengambil pelajaran, dan menjadikannya ajang berlatih mengelola hati saat bertemu dengannya.
Intinya, mungkin saat ini kita menyesal, tapi jangan sampai kita menyesal pula di ahirnya, karena sungguh, kita bisa membuat situasinya menjadi hal yang disyukuri. Sedemikian indahnya skenerio Allah, jika kita mau berpikir dan memahaminya,...

Pada Rasulullah Muhammad Saw
Teladan kita dalam mencintai,...
Kadang yang sering kita lakukan, ”kita mencintai satu orang, dan menyakiti yang lainnya. Kita membersamai seseorang, dan meninggalkan yang lainnya. Kita berkata baik pada seseorang, dan menjelekkan yang lainnya.”
Lalu bagaimanakah kita? Sudahkah kita meneladani bagaimana seorang Amr bin Ash yang merasa dirinya istimewa dan paling dicintai oleh Rasulullah... Ya, beliau merasa seperti itu hingga karena keyakinan menjadi seorang yang paling dicintai rasulullah. ”Ya Rasul, siapa yang paling kau cintai?”, ”Aisyah”,...dari kalangan laki-laki?... ”Ayah Aisyah,...trus Umar,...trus Utsman....” Amr tidak meneruskan pertanyaan itu karena kuatir Amr bin ash mendapat urutan paling akhir. Sudahkah kita sanggup seperti itu?

Okelah, kalau kita tidak sesempurna itu. Paling tidak, kalau kata Yahya bin Muadz,
”Jadikanlah tiga hal sebagai sikapmu terhadap orang-orang mukmin:
Jika tak bisa memberi manfaat, maka jangan membahayakannya;
Jika tak bisa membahagiakan, maka jangan membuatnya sedih;
Jika tak bisa memuji, maka jangan mencacinya.”

Satu lagi, bahwa rasul sangat mengenal sahabat-sahabatnya. Kalian gimana?
Games-menge-test bagaimana mereka sudah mengenal satu sama lain.
KARAKTER yang MUNGKIN BELUM diketahui oleh yang lainnya; Hal yang disukai, dan tidak disukai. Bukan yang sifatnya umum/bisa dilihat, itu materi perkenalan zaman dulu..:p

Silahkan disimpan,...
Mengapa saya melakukan games ini?
Karena terkadang
”Kita memperlakukan orang seenak diri kita, tanpa peduli dengan perasaan orang yang bersangkutan”

Kisah bagaimana Rasul dan sahabat-sahabat begitu saling mengenal satu sama lain?
Beda umar dan ustman. Suatu saat, seekor unta zakat terpisah dari rombongan, dan Umar mencarinya di padang pasir yang waktu itu sedang membara, yang kering, panas, dan pasir yang berterbangan. Ketika melewati rumah ustman, ustman tau, dan menyuruh umar masuk biarlah pembantunya yang akan mencarikan unta itu. Tapi umar tidak berkenan. ”Demi Allah, benarlah Dia dan juga Rasul-Nya. Engkau memang bagaikan Musa. Seorang yang kuat lagi terpercaya”

Beda lagi dengan cara Rasul memperlakukan Sa’d ibn Abi Waqqash dan Abu Bakar
Waktu itu, Sa’d sakit, dan ingin mewasiatkan seluruh hartanya, tapi dilarang oleh Rasul. Dua pertiga, setengah, pun dilarang, sepertiga sudah cukup banyak, “Sesungguhnya engkau tinggalkan keluargamu dalam keadaan kaya dan mampu adalah lebih baik daripada kau tinggalkan mereka dalam keadaan fakir dan meminta-minta.”

Berbeda dengan jawaban Rasul pada Abu Bakar, yang tak pernah ditolaknya jika Abu Bakar akan menginfakkan seluruh hartanya. “Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”, “Kutinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya”

“Jangan mengukur orang dengan baju kita sendiri, atau baju milik tokoh lain lagi. Tidak ada yang berhak memaksa sesamanya untuk menjadi sesiapa yang ada di dalam angannya.”

1. berilah nasehat yang tulus pada saudara yang diberi amanah memimpin umat, tetapi jangan membebani dengan cara membandingkan dia terus menerus lepada Umar bin Abdul Aziz
2. berilah nasehat lepada saudari yang tengah diamanahi kekayaan, tetapi jangan membebaninya dengan cara menyebut-nyebut selalu kisah berinfaqnya ‘Abdurrahman ibn Auf
3. berilah nasehat pada saudara yang dianugrahi ilmu, tetapi jangan membuatnya merasa berat dengan menuntutnya agar menjadi Zaid bin Tsabit yang menguasai bahasa ibrani dalam empat belas hari

“Nabi tak pernah meminta Sa’d menjadi Abu bakar.. pahamilah setiap pribadi dengan setiap karakternya. Selebihnya, jadikan diri kita sebagai teladan, tanpa menuntut orang untuk menjadi teladan pula.”

Satu lagi kisah,…ketika sudah kenal, kita paham, maka tumbuhlah kepercayaan itu.

Maka begitu yang ada dalam kisah 2 orang sahabat,yang sedang mengalami perselisihan. Hingga akhirnya mereka mendapat kesempatan bertemu. Pemuda A berkata kepada pemuda B, ”Mengapa akhir-akhir ini ketika kita bertemu, kau nampak selalu menghindar dariku?”, pemuda A menjawab, ”Tidak lama lalu, ada yang menyampaikan berita kepadaku tentang dirimu, tetapi aku yakin engkau tidak akan suka. Apa jawab pemuda B, ”Oh,...aku tidak peduli”. Lha?kenapa?, lalu pemuda B berkata:
”Karena jika apa yang engkau dengar itu adalah BENAR KESALAHANKU, maka aku yakin engkau akan MEMAAFKANNYA, namun jika itu TIDAK BENAR, maka aku yakin engkau TIDAK AKAN MENERIMANYA.”


Kisah Abu bakar yang datang pada majelis Rasul dengan wajah yang risau. Kemudian, rasul berkata kepada sahabat yang sedang duduk mendengarkannya, ”Sahabat kalian ini, sedang kesal hati. Maka berilah salam padanya dan hiburlah hatinya”
Lalu Abu Bakar bersimpuh di hadapan Rasul, ”Antara aku dan putra Al Khaththab, ada kesalahpahaman. Lalu dia marah, dan menutup pintu rumah. Aku merasa menyesal. Maka kuketuk pintunya, kuucapkan salam berulangkali untuk memohon maafnya. Tapi, dia tidak membukakannya, tak menjawabku, dan tak juga memaafkan”
Selesai Abu Bakar berkisah, Umar datang dengan resah.
Lalu, nabi berkata, ”Sungguh aku diutus pada kalian, lalu engkau berkata ”Aku Dusta!””
Wajah beliau nampak memerah, campuran antara murka dan rasa malunya.
“Hanya Abu Bakar seorang, yang langsung mengiyakan. Lalu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Masihkah kalian tidak takut pada Allah untuk menyakiti sahabatku??“
Lalu, umar beristighfar, berlinang air mata, dan berjalan simpuh mendekat. Tangis Abu Bakar lebih keras, derai air mata berlinang, dan dia berkata, „Tidak Rasul, ini bukan salahnya,...demi Allah, akulah memang yang keterlaluan., lalu dia memeluk Umar, menenangkan bahu yang tergoncang. Mereka menyatukan rasa dalam dekap uhuwah menyembuhkan luka-luka yang ada.

Dan lihatlah,sahabatku … insan-insan terbaik ini pun tak lepas dari uji dalam ukhuwah mereka. Dan begitu pun kita, dan disini aku berada di posisi ‘Umar yang (mungkin) menyakiti hambaNya, dan disini aku berada di posisi Abu Bakr yang( mungkin) memang keterlaluan.
“ masihkah aku tidak takut menyakiti hamba Allah yang dicintaiNya, yang berkorban di jalanNya ??? “
Sungguh, sebenarnya aku takut. dan maafkan aku ,,,
Semoga aku berada diantara kemaafan sahabat-sahabatku atas ukhuwah yang belum kutunaikan haknya. Dan ketahuilah, kita hidup dalam kemaafanNya.
“ ya Rabb ,,,
Izinkan aku mencintai sahabat-sahabatku baik di kala ia ridho atasku dan baik di kala ia enggan atasku ,,,
Izinkan aku mengasihi sahabat-sahabatku baik di kala ia bahagia denganku dan baik di kala ia benci denganku ,,,
Izinkan kami mencintai karenaMu, hingga ujian dalam ukhuwah ini bisa kami lewati dengan kefahaman kami dan keridhoanMu. “

”Saya ingin mencintai mereka,...dan saya ingin mencintai sahabat-sahabat yang mereka cintai,...saya ingin menempatkan persaudaraan kita pada tempat yang tepat,... yang tidak menyakit di suatu saat tiada,...dan tidak juga terhilang meski lama tak bersua,.. karena cinta yang ada, semata karena Allah,... karena persaudaraan yang berdasar aqidah,. Yang tidak pun mengenal tempat, suku, darah, dan apapun,... dan yang pasti, karena kita disatukan dengan tali-tali ukhuwah yang begitu indah,.. tali ukhuwah yang begitu panjang,..hingga sanggup melingkar luas namun rapat,... rapat menyatu dalam ketepatan yang tetap,.. tetap dengan dasar yang kuat mantap,...”

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)