curhatibu.com

Tiada daya kekuatan kecuali dari pertolonganMu...

“Sehatkanlah mereka… Sayangilah mereka… Lindungilah mereka… Rabb, Engkau yang Maha Berkuasa atas segalanya…”

Jadi ingat apa yang kemarin disampaikan oleh Bapak Nur Kholis, waktu beliau berkunjung ke rumah. Beliau adalah guru agama waktu saya berada di bangku sekolah dasar. Saya ingat betul, beliau yang mengajariku membaca surat An-Naas, Al Ikhlas, Al Fiil, dan surat pendek lainnya. Beliau pula yang mengajariku cara dan bacaan shalat. Dan ada satu lagu yang selalu aku ingat sampai sekarang, yaitu lagu tentang persaudaraan. Bunyi hadist sih, kaya gini,

“Janganlah benci membenci…. Janganlah hasud menghasud… Janganlah saling menghina.. Janganlah memutuskan hubungan.. Jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara, tak dibolehkan sesame muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari…. “

Lupa, itu nada lagu apa ya, yang pasti, saya masih bisa menyenandungkannya…

Benarlah pesan itu, tak boleh saling membenci, menghasud, menghina dan memutuskan hubungan. Bahkan batasnya hanya 3 hari “boleh” berdiam dengan saudaranya.

Hehe…maaf, maaf, ini hanya selingan. Tapi, ia nya merupakan kisah berharga yang diajarkan beliau.

Dan hari itu, kembali beliau hadir. Kali ini bukan dalam forum kelas melainkan langsung datang kerumah. Hehe.. bukan juga membahas hadist di atas. :D

Ya, waktu itu ibu sedang diambil sementara kesehatannya oleh Allah, hanya bisa berbaring. Cukup lemas, mungkin karena sakitnya yang sudah beberapa minggu tidak kunjung membaik, ditambah beban pikiran yang tak sedikit.
Kehadiran beliau ke rumah juga sekaligus untuk ‘nyumbang’ doa untuk keberangkatan bapak ibu ke tanah suci. Ibu tiduran di kursi ruang tengah, disediakan khusus untuk beliau istirahat sekaligus ‘menyambut’ tamu yang hadir dalam rangka walimatus safar. Walimatus safar? Ya, perjalanan haji…

“Yakinlah, bahwa Allah yang sudah mengatur semua ini. Tidak perlu ada sedikitpun keluh kesah, atau penyesalan mengapa harus sakit, mengapa tidak sembuh-sembuh, mengapa sakit pas mau haji, mengapa ini mengapa itu… tidak perlu ada! Laa haula walaa quwwata illa billah! Tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah!!! “, begitu beliau sampaikan…. –ah, jadi ingat, ayat ini yang malam ini kami baca dalam tilawah jama’i kami, surat Al Kahfi-

“Laa haula walaa quwwata illa billah! Semua ini sudah digariskan seperti ini oleh Allah.. Dan kita, tak akan mampu mengelak darinya, dan hanya mampu berpasrah padanya. Syukuri semuanya ini. Pasti akan ada sesuatu yang lebih baik di balik semua ini. Tidak ada daya kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Untuk menyembuhkan seorang hamba dari sakitnya, yang parah sekalipun, Allah tak pernah kurang jalan! Begitu juga sebaliknya. Yang penting, kita ikhtiar, berobat, berdoa mohon kesembuhan, dan terakhir, PASRAH! Ini kuncinya… kepasrahan pada Rabb yang memiliki dan menguasai alam semesta ini… ya, bu!”

“Tidak boleh ada keluh! Khusnudhanlah pada Allah, bukan su’udhan! Allah tidak akan menginginkan yang buruk untuk hambaNya… Allah selalu ingin yang terbaik. Maka berprasangka baiklah pada Allah. Allah saja selalu berprasangka baik pada kita saat kita niat melakukan dosa. Berprasangka baik bahwa kita bakal sadar, tidak jadi melakukan hal dosa tersebut.”

Kami (saya, kakak, dan ibu) yang saat itu mendengar naasehat beliau, hanya bisa terdiam. Dan ibu sudah tak tertahankan lagi air matanya.

Hmm.. semoga bisa lebih tenang, dan yakin bahwa akan sembuh.

Hari itu memang tinggal 1 hari sebelum hari pemberangkatan. Dan kondisi beliau, baru saja priksa lagi ke dokter. Sepertinya, suntikan semangat itu paling tidak, mampu membuat senyumnya kembali tampak segar. Alhamdulillah…
Satu kesyukuran lagi, esoknya, ibu bapak bisa berangkat juga. Ibu kondisi nya sudah lebih segar, meski harus tetap sangu obat dari dokter. Tak apa, semoga nanti diberi kekuatan dan kesembuhan di sana.

Ah, teringat siang itu.
Antara haru, sedih, senang… Semua menahankan tangis. Tak kutampakkan tangis itu. Malu?mungkin…. tapi entahlah… yang pasti, dada sudah sesak menahannya. Bercampurlah perasaan siang itu.

Mbak nita, yang memang sudah mengalami pembukaan 2 kehamilan sejak seminggu sebelumnya, merasa perutnya sudah bereaksi lebih daripada sebelumnya. Maka, keputusannya adalah membawa mbak Nita ke tempat praktek bidan (rumah bersalin) tak jauh dari rumahku.

Dan siang itu, tinggallah aku sendiri (tanpa mbak nita) bersama saudara-saudara lain mengantar pemberangkatan Ibu dan Bapak. Saya tak begitu paham dengan prosesi yang dijalankan untuk mengantar pemberangkatan itu. Yang pasti, pak Kyai tiba-tiba adzan. Dan itu adzan yang sangat berkesan untukku, dan pastinya untuk bapak dan ibu. Ku tahu mereka pun meneteskan air mata, seperti juga ku dan yang berhadir di situ. Sungguh ada kebesaran Allah yang kami rasakan saat itu.

Setelah adzan, beliau meneriakkan “Labbaika Allahumma labbaik…dan seterusnya…”
Rabbi…tak bisalah lagi kutahan air mata ini. Apalagi mendengar Bapak yang begitu semangat meneriakkan kalimat tersebut! Hiks…

Dan kesedihan berhadir, tatkala peluk dan cium itu terjadi. Di halaman rumah dan jalan-jalan desaku itu, ramai penduduk, rekan, saudara. Bergantian satu persatu memeluk bapak dan menyampai pesan doa untuk bapak, dan juga ibu. Dan dalam peluk itu, ada tangis, ada senang, ada haru, ada sedih. Sedih karena tak tahu apakah setelah itu akan berjumpa kembali, atau tidak. Senang dan haru karena bapak ibu diberi kesempatan untuk menunaikan ibadah di tanah suci.

Ah, apalagi, ingat saat kakak pamitan sebelum berangkat ke tempat bersalin. “Bapak yang sehat ya, di sana… Dijaga Ibu… Ibu juga yang sehat.. hati-hati…” entah apalagi yang terucap, saya sudah buru-buru kabur kebelakang, tak dapat menahan haru yang ada.

Ya Allah, tidak ada daya kekuatan kecuali dengan pertolonganmu… Sungguh…!

Dan kalian tahu, sehari setelah bapak ibu berangkat (masih transit dulu di Solo), paginya itu mbak nita melahirkan… Alhamdulillah, anak perempuan. Sarah Al Khansa..

Subhanallah…

Rahmat yang luar biasa. Sungguh! Tiada daya kekuatan selain darimu. Tiada yang mengatur semua ini kecuali Engkau yang mengaturnya, Allah…

Tak kebayang, jika mbak nita melahirkan tepat saat ibu masih terbaring, keluarga sibuk menyambut tamu yang datang. Hehe… bakal ada ibu yang masih kesakitan, tamu yang berbincang-bincang, dan ada tangis bayi meramaikan, pasti bakal kerepotan tenaga yang mengerjakan semua itu. Wah,.. Tapi Alhamdulillah, dedek bayi lahir setelah bapak ibu berangkat.
Hhe.. bahagia selalu ada pada saatnya. Begitu juga bapak dan ibu.

Allah memberikan mereka kekuatan lebih! Sungguh!
Bapak, yang hampir selalu tidak tidur tiap malam, bahkan sejak ibu masuk rumah sakit di bogor waktu wisudaku dulu, sampai saat di rumah, mengurus keperluan haji, tamu, kebutuhan ibuk, belum lagi mengurus keperluan saya, yang juga tidak banyak membantu. Ya, semuanya. Tapi, Allah memberi kekuatan lebih hingga beliau sehat bugar dan bisa melaksanakan apa yang harus dikerjakannya. Dan Ibu,  usai kabar bahagia dari lahirnya dedek kami terima, kabar dari ibu bahwa ibu usai tes kesehatan, dan hasilnya adalah siap untuk berangkat ke tanah suci. Rabbi…

Nikmat mana lagi yang akan kami dustakan ya?

Tidak ada daya kekuatan kecuali pertolongan darimu. Dan saat ini, bapak ibu juga sudah mengabari telah tiba di Jeddah! Dan saya? Harus juga berjuang. Tatkala bapak  ibu berjuang dalam ibadah hajinya, mbak nita dan mas dengan dedek baru + mas Azzam, saya harus berjuang pula di sini… berkahilah ya Allah… ridhailah kami…. Tetapkan kami selalu dalam jalanMu.. Ku Mohon…

Jurangmangutimur, 27 Oktober 2011
23:00

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)