curhatibu.com

Kendali Persepsi


“Seringkali kita serahkan diri kita kepada kendali persepsi yang salah tentang seperti apa seharusnya kita”

Pernahkah hati kita ajak berpikir atas apa yang disampaikan orang lain? Tentang apapun itu. Mudahnya saja, kita pikirkan apa yang dikatakan orang lain pada diri kita. “Kesibukanmu sekarang apa?”. Saat kita berbangga, maka dengan segera kita sebutkan apa pekerjaan kita. Tapi, jika kita tidak merasakan hal tersebut, maka dengan cepat menjadikan satu perasaan dan pikiran tertentu, bagi orang-orang tertentu pastinya.

Kita coba memberikan contoh. Seorang sarjana tengah sibuk masuk keluar perkantoran dengan membawa stopmap berisi ijasah dan sertifikat-sertifikat lainnya. Atau, seorang lulusan SMK, yang kemudian bekerja di toko serba ada. Atau, tak tamat sekolah dan menjadi khadimat (pembantu rumah tangga). Ada juga, seorang ahli madya yang langsung mendapatkan penempatan di instansi pemerintahan. Banyak lagi contoh yang lain, silakan ditambahkan.

Ini tentang persepsi. Lagi-lagi persepsi. Alangkah baiknya jika sanggup mengendalikan persepsi-persepsi yang datang atas diri kita. Tapi akan sangat merugi jika hal itu tidak sanggup kita lakukan. Bagaimana tidak, kita akan terpengaruh dengan persepsi itu. Sayangnya, kebanyakan persepsi yang datang dari luar bukan hal yang dapat kita cerna sebagai sesuatu yang bagus untuk kita, atau sebaliknya memang sungguh itu sengaja persepsi yang disampaikan untuk menjatuhkan kita.

Terlepas dari apakah itu persepsi bagus atau tidak, kemampuan kendali kita atas persepsi itulah yang sangat menentukan kebaikan atau keburukannya.

Katakan saja, saat sarjana tadi menjawab, “Saya sedang berupaya berikhtiar mencari penghidupan terbaik untuk saya dan keluarga saya nantinya”, atau dia akan menjawab, “Saya masih nganggur, belum dapat pekerjaan juga…”

Atau seorang lulusan SMK, ‘Saya di sini bisa selalu belajar melalui buku-buku yang dijual di sini.. Saya sangat menikmati pekerjaan ini.” Atau, “Ah, ini saya Cuma jadi penjaga toko, mbak… Gaji juga tidak seberapa…”

Bagaimana dengan khadimat? “Saya niatkan di sini untuk membantu keluarga ini. Siapa tahu, saya akan membantu keluarga ini mendidik anak-anaknya menjadi orang-orang teladan juga…”, atau “Walah, mbakyu, saya ya malu, Cuma sebagai pembantu…”

Kalau yang sudah dapat pekerjaan, “Alhamdulillah, saya sangat nyaman dengan pekerjaan saya ini. Tidak terlalu berat juga, tapi gajinya, oke lah…”, atau “Wah, saya masih ingin sekolah lagi, supaya bisa terus naik karier saya”

Hmmm… Bisa jadi, orang yang bertanya pada kita ingin mengatur persepsi kita. Dan dengan kata-kata itulah menjadi satu hal yang sangat berpengaruh membentuk persepsi kita berikutnya.

Tentang profesi, banyak persepsi yang bisa kita munculkan dalam hati dan pikiran masing-masing. Dan sudah semestinya, persepsi yang kita munculkan itu semestinya bukanlah hal yang menjatuhkan kita, melainkan yang akan menguatkan dan lebih menguatkan diri kita, dalam setiapaspek hidup kita.

Maka benarlah, “Seringkali kita serahkan diri kita kepada kendali persepsi yang salah tentang seperti apa seharusnya kita”.  Karena kendali itu bisa membuat kita kuat, atau sebaliknya.

Rumah cahaya, hafshah’s room
24 November 2011

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)