curhatibu.com

Keteladanan itu PERLU!!!


Kajian Motivasi – Menjelang UTS + Memperingati Hari Pahlawan, oleh Ust. Masturi, Lc
OASSIS – Rabu, 9 November 2011; Taman cd kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Kembali mengenang jasa orang lain, dalam berdoa, doakanlah orang-orang terbaik…^_^
“Dan orang-orang yang memiliki hak atas kami, mereka adalah orang yang pantas kita doakan.” (Bagi orang-orang yang memiliki hak dan kelebihan atas kita)

Berbicara tentang orang terdahulu, ada makna yang bisa kita jadikan renungan. Dalam sebuah ayat, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi ini, dan peredaran siang dan malam, adalah merupakan tanda bagi orang yang berfikir, yaitu orang yang selalu mengingat Allah saat duduk dan berdiri, dan merenungkan penciptaan di muka bumi seraya berkata, sunggh Engkau ciptakan dunia ini tidak sia-sia. Maha suci Engkau, dan lindungilah kami dari api neraka”

Salah satu yang menjadi bagian dari ciptaan Allah adalah manusia. Dan manusia yang menjadi kekaguman kita adalah yang menjadi figur2 kita, yang berpengaruh bagi hidup kita.

Teladan merupakan suatu kecenderungan diri kita. Jadi mustahil seseorang tidak punya kecenderungan pada orang lain. Contoh : penyanyi, pemain bulu tangkis, tokoh, dan sebagainya. Hal yang logis dan manusiawi.

Mengapa kita harus meneladani orang lain?
Kekaguman biasanya diiringi dengan kelebihan yang dimiliki orang tersebut. Misalnya, kagum pada Muhammad Abdus Salam – salah seorang penerima nobel dari Pakistan, hobi matematika. Bambang Pamungkas – kehebatan dalam bermain bola. Kekaguman pada kecantikan juga bisa. Kekaguman ini menjadi gerbang keteladanan
  1. Kekaguman karena ada kecenderungan seseorang. Rasul pernah ditegur Allah karena pernah cenderung pada orang kafir. Dalam ayat lain, Q.S Ali Imran – kecenderungan manusia pada wanita, dsb.
  2. Keteladanan itu karena ada arah yang dia tuju (inginkan), ada cita-cita yang diinginkan. Misalnya, seorang meneladani pelukis, karena ia punya cita-cita menjadi seorang pelukis. Contoh lain, group Wali. Wali punya cita dan ingin yang dia tuju. Wali belajar di pesantren, dan kuliah di UIN, bukan akademi seni. Tapi karena ada keinginan, mereka menjadi seperti sekarang.
  3. Keteladanan itu karena ada target yang ingin dicapai dalam hidup itu. Sehingga, diambillah figure orang untuk menegaskan keinginannya tersebut
  4.  Fungsi keteladanan itu adalah untuk membuat program-program hidup kita berjalan lebih terarah. Contoh, teladan pada Sudono Salim, yang punya program2 hidup, bisa dicontoh.
  5. Keteladanan itu mampu menambah motivasi kita. Jika waktu kecil pernah menginginkan menjadi seperti seseorang, motivasinya ke sana akan lebih besar.
  6. Keteladanan itu bisa membuat kebanggaan. Jika yang diteladani adalah orang hebat, maka ada rasa kebanggan tersendiri. Orang yang diteladani ‘harus’ orang yang mampu dibanggakan.
  7. Keteladanan itu dalam rangka memudahkan evaluasi. Ada cermin untuk kita mengevaluasi diri kita atas perjalanan yang telah, sedang dan akan ditempuh.
Siapa yang paling pantas untuk kita teladani? – Rasulullah Saw! Mencakup semua alasan keteladanan itu.  Tak jarang, banyak hal dikutip dari hadits Rasulullah. Contoh lain, seorang professor mendapat gelar profesornya KARENA HADITS RASUL.

Mengapa kita harus meneladani Rasul?
  1.  Keteladanannya adalah ibadah. Ini tidak kita dapatkan dari orang lain. “Sesungguhnya di dalam diri Rasul terdapat uswatun hasanah, bagi orang yang berharap kebahagiaan di dunia dan di akherat.“ Sementara jika kepada yang lain, tidak ada nilai ibadahnya, KECUALI diniatkan karena Allah, dan dengan nilai syari’at yang dituntunkan oleh Islam.
  2. Kesempurnaan kepribadiannya. Rasul punya kepribadian yang sempurna yang tidak dimiliki yang lain. Selain rasul, mungkin punya sisi yang baik dalam dirinya, tetapi masih ada banyak kekurangan dari kepribadiannya, yang membuat kita kecewa.Agar kenal orang lain : dengan muamalah, mengadakan perjalanan bersama selama 3 hari, menginap (bermalam) di rumahnya selama 3 hari.
  3. Ada kekuatan semangat yang dimiliki Rasul, sangat kuat. Suatu saat, rasul didatangi pamannya untuk menghentikan dakwahnya, dan menerima saja tawaran orang quraisy. Apa kata rasul, “Seandainya matahari di letakkan di tangan kanan, dan bulan di tangan kiriku untuk meninggalkan dakwah ini, saya tidak akan meninggalkannya. Sampai saya mendapat kendapat kemenangan atau mati di jalan ini”
  4. Kesempurnaan kecerdasan Rasulullah. TIdak membaca/menulis (al ummiy) itu tidak identik dengan kebodohan. Hal itu hanyalah pernyataan bahwa memang wahyu bukan dari manusia. Kecerdasan apa saja:
a.       Ruhiyah ; sehat,semangat, positif
b.      Cerdas emosional
c.       Cerdas intelektual ; banyak masalah yang diselesaikan karena kecerdasannya.
d.      Kecerdasan social : rasul sangat peduli pada orang lain, bahkan sanggup tidak masak dengan memberi makanan pada orang yang membutuhkan. Rasul sanggup berbuat baik pada orang yahudi yang selalu menyakiti perasaannya. Rasul pun baik pada orang quraisy, sekalipun beliau diusir dari tanah airnya.
              Letakkan keteladanan kita pada orang lain (jika sesuai rasul) di bawah keteladanan ita pada Rasul.  Letakkan figure rasul pada posisi atas.

Bagaimana cara meneladani Rasul?
  1.   Meneladani dari sisi hati, perasaan, dan maknawiyah. Keteladanan yang tidak sepenuh hati mencintai rasul, maka tidak akan diterima. Rasul bersabda, “TIdaklah seseroang itu sempurna imannya, jika tidak mencintaiku melebihi cintanya pada orang tuanya, anaknya, dan diri sendiri.” Umar berkata, “Saya bisa mencintaimu melebihi orang tua, anak. Tapi tidak pada diri sendiri”. Rasul marah, dan umar pun menyadari bahwa memang sempurnanya iman harus mencintai rasul melebihi orang tua, anak, dan diriku sendiri. Rasul berkata, “Sekarang barulah sempurna imanmu wahai umar!”. RAsul menegaskan, “Tidaklah manusia sempurna imannya, hingga hawa nafsunya tunduk ,,,”
  2.  Keteladanan pola pikir – menyesuaikan pola pikir yang diinginkan rasul, yaitu pola pikir yang mengarah pada pola pikir Rabbaniyah. “Sungguh celaka, seorang yang membaca ayat ini”, apakah? “.“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi ini, dan peredaran siang dan malam, adalah merupakan tanda bagi orang yang berfikir, yaitu orang yang selalu mengingat Allah saat duduk dan berdiri, dan merenungkan penciptaan di muka bumi seraya berkata, sunggh Engkau ciptakan dunia ini tidak sia-sia. Maha suci Engkau, dan lindungilah kami dari api neraka”. Gunakan otak kita untuk berpikir, jangan biarkan menganggur. Setiap yang dilihat, harus ada sesuatu teladan yang diambil, sesuatu yang direncanakan, dan program yang dijalankan.
  3.  Keteladanan Prilaku. Upayakan sesuai dengan rasul, utamanya perilau yang menjadikan diri ini kuat dan sehat. Syari’at Islam ini tidak bisa dibawa oleh orang yang sakit.  Atur cara makan, olahraga, dan sebagainya. Saat ini, makanan yang ada mempercepat penyakit.
  4.  Keteladanan keseimbangan hidup.
  5.  Keteladanan belajar. Rasul bersabda, “Barang siapa yang belajar memanah, kemudian dia lupa, maka dia bukan dari golongan kita”. JANGAN BIARKAN KEAHLIAN/ILMU YANG PERNAH KITA MILIKI HILANG!!!.
Rasul mengajarkan, “Ajari anakmu berenang, dan memanah, dan mengendarai kuda”. Mengendarai kuda – maksudnya adalah semua kendaraan yang bisa dinaiki. Sehingga hidup kita mudah!!!

Pertanyaan:
1.       JIka punya keahlian kan sebisa mungkin jangan dijalankan. Nah, kalau keahlian di bidang music, gimana, ustadz?
2.       Saya dulu kan IPA, kan kita punya kemampuan IPA, masuk akuntansi. Menurut ustadz gimana ya?
3.       Kan kita boleh memiliki teladan selain rasul, nah gimana caranya agar jangan sampai mengkultuskannya atau terlalu berlebihan rasa kagumnya? Kalau sudah terjadi, bagaimana cara menghilangkan? Kalau kekaguman itu memunculkan rasa iri yang menyiksa diri kita, bagaimana, ustadz?
Jawaban :
1.       Masalah music itu adalah JIKA MUSIK itu MELENAKAN. Bukan hanya music, apapun yang MELENAKAN tidak diperbolehkan. Criteria music boleh : tidak melenakan, tidak mengantar pada maksiat, bisa melantunkan syair yang bagus dan penuh semangat, syairnya didominankan (bukan musiknya) sehingga hanya bergoyang tanpa paham isinya. Musik adalah instrument yang mengantarkan sebuah makna. Contoh: seorang Abu Mazin (munsyid), di zamannya melantunkan nasyid Al Khataib. Dia melantunkan puisi Muhammad Iqbal. Abu mazin mampu melagukan syair ini, hingga menjadi sesuatu yang bisa menggerakkan semangat orang lain. Bahkan, karena kekuatannya, dia sampai dipotong lidah!:’(

Dulu, lagu nya beda. Dulu perjuangan, sekarang penuh kesedihan,,,alay!:p
2.     
  Keahlian ipa dan akuntansi? Tidak masalah, hal itu bisa diulangi lagi. Mungkin kita bisa menjadi ahli di bidang akuntansi. INgat, bahwa, KITA TIDAK TAHU ke depan nanti kita seperti apa. Jangan jangan, kita punya keahlian-keahlian lain yang justru bisa mengantarkan kita pada kehidupan lebih baik. Maka, tetaplah belajar, apapun itu (yang bagus!). Belajarlah apapun keahlian yang mungkin kita miliki saat ini, siapa tahu akan bermanfaat di masa depan!

3.       Apabila terjadi benturan, pilihlah anjuran Rasulullah. Jangan sampai itu melebihi. Cinta itu jangan ditumbuhkan begitu saja, tapi tumbuhkan dengan logika.

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)