curhatibu.com

Mereka, bidadari cahaya - edisi 1



Ukhti... Inginkah kau menjadi bidadari?
Bersanding dengan para wanita yang utama
Yang pernah tertulis dalam sejarah kehidupan manusia
Ukhti...inginkah kau menjadi bidadari?
Layaknya Haula bin Jatsi
Yang tuntutan dan doanya tercatat dalam Al Qur’an
Bukti cinta dan kedekatannya dengan Rabbnya
Ukhti,...inginkah kau menjadi bidadari?
Layaknya Aisyah ra.
Wanita mulia pernghapal Al Qur’an
Yang kecerdasan dan keilmuannya
Saksi pengemban risalah
Ukhti...inginkah kau menjadi bidadari?
Layaknya Ummi Sulaim
Yang kesabarannya menjadi saksi
Sebaik-baik perhiasan dunia, istri shalehah
Ukhti...inginkah kau menjadi bidadari?
Kulihat anggukan tegas dari kepalamu
Kulihat binar mata di wajahmu
Kurasakan gelora hamasah di jiwamu
Kau pasti ingin menjadi bidadari...
Apakah ini hanya anganmu atau citamu?
Apakah ini hanya mimpi atau orbit khayalmu?
Karena bidadari tak kenal lelah berinteraksi
Dengan beratnya da’wah
Tak kenal menyerah dalam ketaatan mengenal Rabbnya
Tak mau berpisah dengan surat cinta dariNya
Ukhti,..kuharap kita masih ingin menjadi bidadari...
Seberat apapun harga yang harus dibayar
Seberat apapun tadhiyah yang harus kita korbankan
Kita akan terus berjihad tak kenal henti
Berbekal semangat Al Qur’an
Dustur penerang jiwa
Maju ke hadapan
Mujahidah bidadari sejati...
Ukhti, mari menjadi bidadari cahaya
Yang lisannya adalah Al Qur’an
Yang kegemarannya adalah tilawah
Yang cintanya adalah hafalan
Yang hidupnya di bawah naungan Al Qur’an
Meretas dalam iman, menjadi bidadari cahaya
Baiti jannati
Karena seorang mujahid
Hanya akan lahir dari rahim-rahim mujahidah
Hanya akan tsabat dengan dukungan istri mujahidah
Hanya akan teguh dengan partner dakwah seorang mujahidah
Yang bercita-cita punya jundi hafidz-hafidzah
Yang hanya akan tercapai dengan pembinaan seorang ummi hafidzah...

Tulisan di atas, saya ambil dari sebuah blog seorang kawan. Sungguh, luar biasa. Apakah kita ingin menjadi seperti itu? Menjadi seorang bidadari? Mau? Lalu, apa yang akan kita lakukan? Banyak hal, sebagaimana yang telah tertuliskan tersebut.

“Mari menjadi bidadari cahaya
Yang lisannya adalah Al Qur’an
Yang kegemarannya adalah tilawah
Yang cintanya adalah hafalan
Yang hidupnya di bawah naungan Al Qur’an

Saya jadi teringat dengan kisah inspiratif seorang akhwat kelahiran Jakarta, yang merupakan satu dari 10 bersaudara penghafal AL Qur’an. Sejak usianya yang ke-18 tahun, dia telah menyempurnakan 30 juz hafalan Al Qur’annya. Tatkala moderator bertanya mengenai kekagumannya pada akhwat tersebut, apa yang dikatakannya?

“Ini hanya soal waktu, apakah kita mengetahuinya terlebih dahulu atau kemudian. Apakah kita mengamalkannya lebih dahulu atau kemudian…. Maka begitulah juga dengan saya di sini, Alhamdulillah, dengan izin Allah mendapat kesempatan untuk menyelesaikan hafalan terlebih dahulu dari teman-teman…Maka teman-teman juga akan mampu melakukannya!”

Ketika ditelisik lebih lanjut, beliau melanjutkan penjelasannya,

“Alhamdulillah, saya sudah mulai menghafal sejak kecil, sekolah dasar. Sehari-harinya saya melakukan setoran wajib kepada umi. Ketika menginjak bangku SMP, saya masuk sekolah islam terpadu yang ada program hafalannya. Alhamdulillah, sampai di sana, sudah ada beberapa juz yang menjadi modal hafalan saya.”

Terdiam sejenak, kemudian melanjutkan,

“Sayangnya, waktu SMA, saya jadi terlalu sibuk dengan berbagai aktivitas di sekolah. Komitmen saya menghafal qur’an diragukan. Namun, Alhamdulillah, Allah membalikkan lagi hati saya, hingga motivasi internal untuk kembali berkomitmen dengan AL Qur’an datang kembali. Hingga setelah lulus SMA, saya ikut sebuah lembaga al qur’an, dan akhirnya menyelesaikan hafalan, hingga sekarang.”

Kunci kita hidup adalah belajar. Belajar, belajar, dan terus belajar. Begitupun dengan menghafal. Proses menghafal adalah perjalanan yang panjang, bisa jadi akan terus berjalan seumur hidup kita. Maka kita harus terus belajar atasnya. Belajar menghafal dengan baik, belajar mengatasi hambatan yang datang, belajar memompa kembali semangat yang kadang sering tiba-tiba terjatuh dan lemah. Ia adalah belajar. Belajar mengendalikan diri dan hawa nafsu. Belajar untuk selalu istiqamah beribadah mendekatkan diri pada Allah. Semua itu tak lain untuk kita dapat menyiapkan hati untuk ia nya layak menerima Al Qur’an dalam hati kita.

“Teruslah belajar, karena ini adalah pilihan! Pilihan untuk menjadi pejuang atau pecundang!”.

Teruslah menghafal, karena ini juga adalah pilihan. Pilihan untuk menjadi manusia yang menempati tingkat surga tertinggi, atau hanya mampir sampai pintunya saja, atau bahkan tidak sama sekali. ini adalah pilihan, apakah kita mau memberikan mahkota cahaya pada orang tua kita, atau malah menjerumuskan mereka turut menanggung beban dosa kita? Ini adalah pilihan, tatkala kita sudah berada di jalan menuju hafidzah, akankah kita terus bertahan dan berjuang hingga mecapai pemberhentian terindahnya, atau kita berhenti dan menjadi pecundang, karena terkalahkan hawa nafsu dan kecintaan duniawi!

Saya ulang lagi kalimat-kalimat ini

“Mari menjadi bidadari cahaya
Yang lisannya adalah Al Qur’an
Yang kegemarannya adalah tilawah
Yang cintanya adalah hafalan
Yang hidupnya di bawah naungan Al Qur’an

Sudahkah lisan kita berucap ayat-ayat cintaNya? Sudahkah tilawah menjadi kegemaran kita? Sudahkan menghafal menjadi aktivitas yang kita cintai, dan sudahkah hidup dalam naungan petunjuk cahaya AL Qur’an? HIngga kita berani menyebutkan bahwa diri ini adalah calon bidadari cahaya itu…

Satu lagi yang menjadi renungan kali ini,

“Menghafal tidak hanya dihafal lafadz demi lafadz nya, melainkan harus ada pengamalan dan keimanan atasnya! Misalnya saja, kita hafal surat Al Hujurat, tapi kegiatan gunjing menggunjing masih saja dilakukan, tanpa yakin tentang ancaman atas perbuatan tersebut.”

Dilanjutkannya,
“Orang yang menghafal saja, sampai selesai 30 juz, tapi kemudian dia tidak berupaya menjaganya dengan pengulangan, pengamalan, dan keimanan, maka ia akan dibangkitkan di akhirat dalam kondisi yang cacat (lepra). Ancamannya demikian menakutkan. Namun, hal itu sebanding dengan pahala yang diimingkan Allah, yaitu derajat tertinggi, bersama para rasul, nabi, syuhada. Memberikan mahkota cahaya pada orang tua, dan sebagainya. Sungguh besar pula, dan sebanding. Maka, mari kita lakukan hal itu!”

“Kuncinya tiga hal saja!”, kata beliau, “Jaga komitmen menghafal, Disiplin dengan segala waktu program, dan Cari lingkungan terbaik yang akan membantumu menambah dan menjaga hafalanmu (cari partner yang komit dengan al qur’an)”

Maka, semoga kita menjadi bidadari cahaya itu…
Yang lisannya adalah Al Qur’an
Yang kegemarannya adalah tilawah
Yang cintanya adalah hafalan
Yang hidupnya di bawah naungan Al Qur’an

Rumah Cahaya
Hafshah’s Room, 20 November 2011

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)