curhatibu.com

"Kutitip ia pada-Mu.. Dijaga dulu ya, Allah...ntar q datang lagi..." :)


"Kutitip ia pada-Mu.. Dijaga dulu ya, Allah...ntar q datang lagi..." :)

Kalau boleh mengingatnya kembali...-kalau ndak boleh juga tak apa, nggak ngaruh...-_-"
Tak lama sih, setelah sesaat saya menengoknya. Melihatnya. Sempat takut, sebelum saya beranjak memberanikan diri masuk ruangan itu. Entahlah, berkali merasa takut, antara tak tega, atau perasaan apa lah itu.

Ya, dan kuberanikan memakai jas biru-semi hijau itu. Jas spesial untuk ruangan semacam icu. Oke, saya harus masuk.

Dan kulihat ia terbaring di sana. Bersama selang-selang yang tak kupaham jelas apa fungsi masing-masingnya. Saya rasa, ada yang nyambung ke oksigen, ada yang ke infus, ada juga yang  dihubungkan ke mesin control denyut dan macam-macamnya itu.

Sayangnya, ia sedang tertidur. Kupanggil, tapi tak menjawab. Hmm… Okey, kukecup saja dahinya, “Cepet sembuh ya…”. Ku lihat nafasnya terasa berat. Sebenarnya ingin lama menatapnya, tapi, ada perasaan takut, entah apa. Atau perasaan khawatir, atau yang lain.

Kemudian aku keluar dari ruang dingin itu. Kembali ke saung tempat kami rehat dan meletakkan barang-barang.

"Kutitip ia pada-Mu.. Dijaga dulu ya, Allah...ntar q datang lagi..." :)

-Kutulis demikian di statusku. Ku lupa waktunya kapan, yang pasti, tak berapa lama sebelum maghrib hari itu.

“Nanti kita gantian ya, jaga ibu nya. Kasian kalau sendirian…”, kata Mbak Nita
“Oke, mbak….”, kata ku mengiyakan.

Adzan maghrib datang, Alhamdulillah, aku berbuka. Ada teh, telur dan roti. Lebihan makan siang, dan oleh2 dari yang jenguk.

Rencana, shalat dulu, baru beli makan besar untuk buka. Tapi, baru saja mau beranjak, langsung dipanggil budhe untuk segera masuk ruang icu lagi.

Aku kaget, tapi aku bergegas. Ada sesuatu yang menghentak. Entahlah, mungkin yang selama ini aku takutkan akan terjadi.

Ya, aku masuk ke ruang dingin itu lagi. Kali ini begitu dingin. Sedingin kakinya saat kupegang, waktu kami datang. Para dokter tampak sibuk dengan peralatan pemacu jantung. Ada yang berkutat dengan alat nafas, ada yang memantau perkembangan monitor control. Ah, aku tak begitu jelas melihat garis/grafik dan angka di sana. Aku hanya tahu warnanya, ada yang hijau, kemudian ada berubah-ubah kadang merah, dan sebagainya.

Dan kami, menyemangatinya.
“Ibu pasti bisa….Semangat ya…”

Ah, jadi ingat malam sebelumnya. Ibu bilang ke mbak nita, dan aku yang juga mendengar di dekatnya. “Ibu semangat koq, nduk, pokoknya mau dikasih/disuruh apa-apa, tak turuti. Ibu semangat pokoknya!”

Dan demikianlah ibu malam sebelumnya itu, hingga bisa tidur nyenyak, hingga sebelum fajar. Sejak fajar itu, mulai lah perutnya kembali sakit, muntah, dan sebagainya.

Hingga akhirnya, dhuhur, puncak kesakitannya. Dibawalah beliau ke icu. Aku ingat betul, saat perjalanan ke icu, keringat dingin membasahi dahinya. Saat ibu masuk ruang icu, aku memandangnya terus, tak mau beranjak. Aku takut, lagi-lagi demikian.

Hingga akhirnya, ya, seperti yang kukisahkan tadi.

Kali ini, benarlah, ku titip dia, bukan lagi satu dua jam, atau satu dua hari, tapi untuk seterusnya.  Rencana kan, hanya sampai nanti saya masuk untuk menemani. Tapi, ya begitulah jalan Allah padanya. Insya Allah yang terbaik.

"Kutitip ia pada-Mu.. Dijaga dulu ya, Allah...ntar q datang lagi..." :)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)