curhatibu.com

Surat untuk ibu...

"Aku yang pernah engkau kuatkan. Aku yang pernah kau bangkitkan. Aku yang pernah kau beri rasa. Saat ku terjaga, hingga ku terlelap nanti. Selama itu, aku akan selalu mengingatmu... Kapan lagi ku tulis untukmu tulisan-tulisan indahku yang dulu. Pernah warnai dunia, puisi terindahku hanya untukmu. Mungkinkah kau kan kembali lagi, menemaniku menulis lagi. Kita arungi bersama, puisi terindahku hanya untukmu..."

Mendengar senandung 'puisi' ini, membuatku teringat sebuah surat. Surat untukmu, Ibuk, dan Bapak... Setahun yang lalu.. 

---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tangerang, 25 Februari 2011 (semoga surat ini sampai tepat tanggal 25 Februari)

Kepada ibu tersayang
yang dengan sayangmu membiarkanku bertumbuh dalam rahimmu
Sungguh berat pastinya,…membawa janin yang tidak ringan ke manapun ibu pergi
Namun, tak sedikitpun rasa lelah yang terungkap, apalagi terucap


Karena sayangmu padaku

Dan kemudian,
Dengan sayangmu juga, engkau berjuang keras melahirkan ku
Di iring kesakitan yang tidak semua orang sanggup menikmatinya
Di iring kesakitan yang tidak semua orang sanggup tersenyum atasnya
Di iring kesakitan yang tidak semua orang sanggup kuat atasnya


Itu karena sayangmu padaku

Sejenak kemudian, terdengar tangis bayi yang pastinya telah engkau rindukan
Dan itu tangisan kecilku. Entah mengapa aku menangis waktu itu
Mungkin, karena tidak lagi membersamai dalam rahim-mu
Tapi yang pasti, tangisku membawa bahagiamu


Membawa senyummu, senyum tulusmu yang hanya bisa terbayang, karena saat itu aku belum sanggup menatapmu. Namun, aku rasakan tulusmu, ketika engkau raih tubuhku yang masih basah, dan kemudian memberikan peluk dan ciuman hangatmu


Mungkin saat itu aku semakin kencang menangis, karena aku akan menjadi ujian bagimu, ibu..
Dan kemudian, tangisku mulai berhenti, karena merasakan hangat yang biasa terasa saat berada dalam rahimmu. Ya, hangat yang kembali ku rasa dari pelukanmu, pada tubuh mungilku.


Itu karena sayangmu padaku...

Berjalan waktu, satu dua hari kelahiran, pasti engkau sibuk meracik bumbu kasih sayang untukku. Belum lagi, engkau tak lagi merasakan sakit setelah melahirkan, karena telah disibukkan dengan acara syukuran yang bahkan kau berusaha menyiapkannya sendiri. Sebagai tanda syukurmu atas kelahiranku.

Satu minggu, dua minggu, cukup cepat mungkin perkembanganku
Dan begitu pula dengan kesibukanmu yang pasti bertambah, dan jam tidurmu yang pasti berkurang dan rasa lelahmu yang selalu kau hilangkan demi merawat tubuh kecilku. 


Itu karena sayangmu padaku..

Hingga air susu tak pernah kau sayangkan untuk ku minum. Bahkan dengan sepenuh hati engkau pelukkanku ke dadamu, dan mengarahkanku meminum air susu itu dengan tenang dan dalam hangat


Dan setahun berlalu, mungkin aku sudah mulai bisa tengkurap, merangkak, atau mungkin tertatih? Aku tak tahu pasti. Yang ku ingat, kau selalu menemani proses perkembanganku. Hingga akhirnya usiaku berjalan terus dan terus. Setahun, dua tahun. Mungkin aku sudah mulai bisa bicara, meski hanya satu dua kata kah? Tapi aku lihat engkau begitu bahagia saat mendengar celotehanku. Bukankah begitu,ibu? Saat itu mungkin aku sedang lucu-lucunya.

Tiga tahun, empat tahun. Mungkin saat itu aku sudah mulai ‘nakal’, alias ‘bandel'.
Suka nangis. Kalau minta sesuatu harus diturutin. Kalau tidak diturutin, nangis tidak berhenti. Pastinya Ibu bingung. Apalagi saat itu, engkau harus kerja juga buat mencukupi kebutuhan keluarga. Begitu juga bapak yang sering terlihat begitu lelah, meski berusaha disembunyikan atau justru terasa hilang begitu menggendongku.

Menginjak usia TK, "Ya Allah, semoga Allah memberikan balasan terbaik atas kesabaran ibu dan bapak…"

Masa Taman Kanak-Kanak, sepertinya, aku murid yang sangat penakut,..bahkan untuk ikut lomba pun susah. Mungkin sudah berulang kali ibu mengelus dada waktu itu. (maaf ya, bu, pak…). Sering menangis kalau ikut lomba.

Kemudian Sekolah Dasar, Alhamdulillah, Ibu dan Bapak memasukkan aku ke SD yang bagus. Kelas 1, 2, 3 berangkat sekolah naik becak. Pernah juga merasa iri pada teman2 yang diantar jemput ibunya. Tapi jadinya kelas 4 dijemput ibuk,dan bapak juga.

Maaf ya, buk,pak..

Waktu SD, aku orangnya tertutup sekali,..-mungkin sampai sekarang masih-
Beberapa kali ikut lomba (geguritan, tembang macapat,lomba matematika) tidak pernah bilang…hiks…aku juga bingung kenapa dulu tidak bilang…

Baru ketika saya menyadari pentingnya restu orang tua terutama ibu, aku baru bilang. Dan subhanallah, hasilnya, aku menjadi juara, setelah lomba sebelumnya (yang tidak bilang) kalah semua –padahal hanya tingkat kecamatan-

Bahkan beberapa kali terjadi insiden, aku tidak bilang…
Waktu jariku hampir putus waktu kelas 4 SD, waktu tulang tangan kananku bergeser juga tidak langsung bilang. Tapi begitu Ibuk dan bapak tahu, masya Allah, betapa paniknya ibuk dan bapak…-sekali lagi itu karena sayangmu padaku-

Bahkan karena tak ingin membangunkan dan membuatku merasa sakit, ibuk diam-diam di malam yang larut mengganti plester yang membalut jari tengahku, sangat lembut, dengan dicelupkan pada air hangat, agar sekali lagi tidak terasa olehku sakitnya…

Begitu juga ketika akhirnya aku bilang bahwa aku jatuh, dan tangan kananku tidak bisa bergerak. Dengan panik, ibuk dan bapak langsung pulang dari kerja, dan bersama bapak membawaku ke sangkal putung. Waktu itu dengan tubuhku yang sudah besar saat itu, ibuk menopangku saat tanganku dipegang oleh mbah tukang urutnya. Sungguh sakit sekali waktu itu, dan akhirnya, aku tahu bahwa ibuk tidak kuat dan tidak tega membiarkan aku kesakitan hingga menyerahkan kepada bapak,dan aku tahu, dibalik tegarnya bapak, pasti merasakan sakit berlipat dari yang ku rasa waktu itu dan aku tahu ketika aku menangis sakit karena tulangku, ibuk pun lebih merasakan sakit yang berkali lipatnya, bahkan ku melihatmu dengan air matamu…

Hingga setelah itu tak puas dengan hasilnya, ibuk dan bapak memanggil teman bapak untuk mengurut kembali. Kali ini lebih halus, aku merasa lebih bisa mengendalikan diriku…

Beberapa hari berikutnya, aku tidak masuk sekolah. Alhamdulillah waktu itu sudah minggu penerimaan rapor, jadi tidak masalah. Dan sekali lagi, untuk entah yang keberapa, tidak terhitung, ibuk merawat dengan sepenuh hati, siang malam. Mengganti perban, me’mandikan’ tanganku, menyuapiku, dan sebagainya…Begitu juga bapak, tak bosannya menawarkan teh hangat, sate, dan sebagainya. Menanyakanku, bahkan setiap sela istirahat kantor selalu disempatkan pulang ke rumah, untuk melihat kondisiku.

-Pintaku,”Muliakanlah Ibuku,,,muliakanlah bapakku,…”-

Ingat juga ketika kecil aku sering sakit,..sering sekali. Sampai rawat jalan 6 bulan, minum obat rutin, dan sebagainya. Dan semuanya ibuk yang menyediakan, meski harus membagi waktu antara bekerja juga. Namun, entah berapa jam ibuk tidur di malam harinya, hanya untuk menjagaku dan memberikan apa yang ku perlukan…dan bapak, rela menggendongku semalaman, agar panas badanku turun…

Begitu juga saat aku akhirnya harus terbaring di Rumah Sakit. Bukankah sering aku melihatmu menangis melihat kondisiku, ibu?  Dan betapa ibuk dan bapak bahagia saat aku bisa kembali ke rumah, hingga berjanji membelikan apa yang aku mau…boneka,pasaran,monopoli, apapun itu… jalan-jalan ke pasar malam, atau nonton lumba-lumba,…atau pergi ke Jakarta juga,… atau kemanapun itu,…

-Doaku, “Curahkan selalu rahmatMu kepada Ibu dan Bapak…”

Melalui SD. Lulus dari SD dengan predikat terbaik, sepertinya membuatmu begitu bahagia waktu itu,….meskipun tak sedikitpun itu mampu membalas bahkan setetes air susu yang aku minum…maupun setets keringat yang membasahi wajahmu, bapak,…

Kemudian saya masuk SMP terbaik,…berusaha memberikan yang terbaik saat SMP,… apapun ibu dan bapak berikan,… sungguh, saat-saat pulang sekolah adalah yang ku tunggu, bahkan sampai SMA, karena pasti ibuk telah siap menyambutku dengan senyum dan salam terhangat,…dan pastinya, makanan racikan special Ibuk,… pasti aku kenyang sekali,… dan pasti, bapak sering menyempatkan waktu untuk pulang juga,…

Masakan yang telah tulus Ibuk siapkan,…meski tak jarang mulut nakalku ini menginginkan makanan lain,…-semoga Allah mengampuni, dan semoga Ibu memaafkan-

Begitulah, ibu,…

Kemudian SMA, masa-masa sibukku,…dengan kegiatan di SMA. Maaf jika membuat ibuk terkadang bertanya-tanya ke mana saja saya seharian, dan entah mungkin dengan ringan saya menjawab tidak sesuai yang ibu inginkan,…

Beberapa kali ikut lomba, semuanya ibu yang menyiapkan,… bahkan hampir ketika sudah di tempat lomba, lebih banyak me’ngabaikan’ Ibu,… -astaghfirullah-

Saya lebih sibuk dengan kegiatan saya,…bahkan dengan tanpa pernah berbagi,..

Maafkan saya ibu.,..

Hingga SMA terlewati,…dan ketika menjelang memasuki perguruan tinggi,…ketegangan itu ada,.. ketika satu kesempatan gagal, ibu tetap menyemangati ku untuk mencoba kesempatan lain,… “ayo, coba aja semuanya, belum tau rezekinya yang mana”… dan Bapak menghiburku dengan mengajak makan di luar. Meski tidak banyak yang kami obrolkan, atau tak banyak yang bapak sampaikan, namun satu nasehat begitu berarti untukku, "Ayo, tidak apa-apa. Masih banyak kesempatan." hingga kemudian bangkit semangat diriku untuk kembali berjuang dan tidak putus asa…

Dan subhanallah,..ketika akhirnya, seorang teman mengabariku bahwa saya diterima di jurusan kedokteran umum. Betapa bahagianya engkau, Ibu. Bersegera ibu ke wanet bersama bapak untuk mengecek kebenaran itu, sedang aku duduk tenang di rumah. 

Dan ketika Ibu pulang dengan kepastian bahwa aku masuk kedokteran, ibu dengan bahagia dan mungkin menangis kemudian menghampiri dan memelukku, "Selamat ya, dek.. Masuk kedokteran...", meski mungkin dalam hati kemudian berfikir bagaimana mencukupi kebutuhan ketika di kedokteran nanti,…

Akhirnya, aku berhasil daftar ulang, dan ibu menemaniku mencari kosan. Akhirnya mendapat sebuah kosan. Cukup mahal aku bilang, tapi tetap ibu menyanggupinya. Meski lagi-lagi harus berfikir keras di belakang. Dua minggu di FK, ada pengumuman STAN bahwa aku diterima. Sungguh saat itu dengan keegoisanku, aku menolak untuk pindah ke STAN. Hingga kemudian aku sakit, pembengkakan di kelenjar ludah. Mbak nita datang memberikan pengertian kepada ku tentang pilihan yang harus kuambil. Berkali ibu telepon tentang keputusanku, mencoba menenangkanku dan menyerahkan sepenuhnya untukku tetap memilih apa yang kuinginkan. Alhamdulillah, keputusan diambil, aku pindah dari FK.

Sekali lagi, merepotkan Ibu, karena harus menemaniku daftar ulang STAN. Berangkat dari Blora, padahal waktu itu sedang masa puasa. Panas sangat. Ku tahu ibu lelah, namun tetap mencoba kuat.

Setelah sampai, langsung daftar ulang. Dan sekali lagi, ibuk harus menunggu proses daftar ulang yang begitu lama. Di luar, panas, dalam puasa.

Dan ketika proses selesai, dan aku menunjukkan tanda mahasiswa, betapa bahagianya engkau, Ibu. Begitukah rasanya menjadi seorang Ibu yang melihat anaknya senang…

----------------

Dan Rabb, hingga kini, belum sanggup sedikitpun aku membalas bahkan setetes air susu yang pernah ku minnum dulu. Apakah Engkau akan mengampuniku yang belum bisa berbakti pada orang tua? Belum bisa berbakti pada Ibu Bapakku?

Rabb, terlampau banyak yang telah diberikan mereka untukku, namun, tak juga ada bahagia yang bisa ku berikan sebagai balasan atas sayang mereka untukku. Bahkan untuk sekedar mengatakan “Aku sayang sama Ibu dan Bapak” saja aku tak pernah, aku tak sanggup, atau aku malu.

Entah sudah rupiah ke-berapa yang mereka keluarkan untukku, untuk hidupku di sini, untuk kuliahku di sini.

Namun, tak juga aku memberikan kabar nilai kuliah yang baik pada mereka. Tak juga aku memberikan kabar prestasi ku di sini pada mereka.

Bahkan, pulsa yang aku dapat dari uang mereka lebih sering aku pakai untuk menghubungi teman-temanku di sini, dan tak pernah ku pakai menghubungi mereka. Hingga kerap merekalah yang harus menghubungiku. Karena tidak sanggup menahan rindu mereka. Padahal, aku tahu mereka telah menahan rindu, dan tak menghubungi karena takut akan mengganggu aktivitasku di sini.

"Ya Rabb, sungguh, ampuni diri ini, yang telah lalai dalam berbakti pada Ibuk dan Bapak, yang telah lalai berbuat baik pada mereka,…"

Janji ku untuk memberikan mahkota cahaya di surga, apakah dapat terwujud, ya Allah?

Sungguh, mungkin itu hadiah yang bisa kuberikan, meskipun tak juga akan mampu membalas apa yang mereka berikan...

Tapi, sekarang, aku lebih sering terkalahkan nafsu hingga terkadang, cita-cita itu terbengkalai,…lalu bagaimana lagi aku bisa membalas segala kebaikan Ibu dan Bapak? Nilai kuliah? Nilaiku tidak cukup baik untuk dihadiahkan kepada mereka.. lalu apa ya Rabb?

Mungkin hanya 1, doa yang ku panjatkan untuk mereka, “Rabbighfirli waliwaalidaia warhamhuma kama rabbayani shaghira…” Ya Rabb, ampuni dosaku, ampuni dosa kedua orang tuaku,..lindungilah mereka sebagaimana mereka melindungiku sejak aku kecil,…

Rabb,…berikan rahmat dan petunjuk kepada Ibu dan Bapak,..berikan kemudahan dalam menjalankan ibadah haji, dan izinkan mereka senantiasa menjadi sebaik-sebaik manusia dengan memberikan manfaat terbanyak kepada sesama… izinkan di surga nanti kami tetap dapat berkumpul sebagaimana saat ini,…

Rabb, harapku, semoga Ibu dan bapak memaafkan semua kesalahan dan kelalaianku untuk berbakti pada mereka,……….Sungguh, Saya menyayangi Ibu dan Bapak,… sungguh hati ini sangat merindukannya,…merindukan senyuman mereka, merindukan nasehat mereka, merindukan panggilan mereka,.. merindukan ajakan mereka untuk makan, atau tawaran untuk makan apa yang aku suka… pun juga merindukan masakan special dari Ibuk,… merindukan ajakan Bapak untuk membeli sate atau es krim,,… Saya sangat merindukan mereka,…

Ampuni ya Rabb, jika kemudian saya sering menunda kepulangan dan membuat mereka harus kembali menahan rindu yang teramat sangat kepadaku,…bahkan sering kudengar mereka bersedih hati, atau sering ku dengar kabar mereka sakit,…mungkin mereka sangat merindukan kedatanganku,…dan aku sangat ingin menemui mereka,..namun, mereka sekali lagi tak ingin mengganggu aktivitasku dengan menyembunyikan kabar itu,…

Ya Allah, Engkau sebaik-baik pemberi balasan,… Berikan balasan terbaik kepada Ibuk dan Bapak,… sebaik-baik balasan di dunia,…dan balasan yang terbaik di akhirat yaitu mengizinkan mereka menginjak surgaMu kelak di hari akhir…

Amiiinnn,…

-----------------------
Selamat Ulang Tahun, Ibuk,…
Maaf tidak bisa memberikan bingkisan apapun,…bahkan belum bisa menemui Ibu,…
Semoga di usia yang masih dikaruniakan Allah, dapat terus memperbanyak amalan sebagai bekal kehidupan nanti,…. Serta semoga selalu mendapat keberkahan dalam hidup baik di dunia maupun di akherat. Semoga terus mampu memberi manfaat bagi sesama,…
--------------------------
Dari Anakmu yang sangat sering menyakitimu,…”Maaf atas segala salah, bu, pak,..”


--------------------------------------------------------------------------------
..end..
--------------------------------------------------------------------------------

Kau tau ibu, boleh aku menyanyikan sebait lirik ini untukmu?

"Aku yang pernah engkau kuatkan. Aku yang pernah kau bangkitkan. Aku yang pernah kau beri rasa. Saat ku terjaga, hingga ku terlelap nanti. Selama itu, aku akan selalu mengingatmu... Kapan lagi ku tulis untukmu tulisan-tulisan indahku yang dulu. Pernah warnai dunia, puisi terindahku hanya untukmu. Mungkinkah kau kan kembali lagi, menemaniku menulis lagi. Kita arungi bersama, puisi terindahku hanya untukmu..." - puisi Jikustik

Karena memang, rupanya, surat yang kukirimkan untukmu setahun yang lalu, adalah yang pertama, sekaligus terakhir untukmu... Mungkin selanjutnya, surat cinta Allah yang akan menemanimu.. Karena suratku, sebagus apapun, tak akan sampai padamu... Baik-baik di sana ya, ibu.. 

Oh ya, untuk sebulan lalu, selamat ulang tahun ya ibu... Semoga Allah memberikan kado terbaikNya untukmu...:) oke?

Eh ya, lupa, beberapa hari lalu, aku memasuki usia 22 tahun. Satu ucapan yang sangat ingin kudengar waktu itu, yaitu "Selamat ulang tahun, dek..". Dan itu darimu... Tapi, tak apalah. Nyatanya, cinta Allah padaku luar biasa. Mereka, menyayangiku, ibu... Bapak, mbak nita, saudara, sahabat... Semuanya.. Aku mendapat kado yang indah...indah...! Meskipun, tetap aku mengharap ucapan itu darimu... 

Maaf ya, Ibu, dua permintaan terakhirmu waktu itu, sampai sekarang belum bisa ku laksakan.. Semoga secepatnya aku bisa mewujudkannya...

Aku yang merindukanmu...

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)