curhatibu.com

Semua, karena cinta...

Semua karena cinta. Mungkin, itu jawabnya. 

Karena cinta, seorang ayah bekerja siang malam. Seorang ibu rela tak tidur bermalam-malam. Sang kakak,menjaga adiknya yang pergi sendirian keluar rumah. Sang adik, membagi coklat hasil beli dari tabungannya kepada kakaknya. Seorang anak, merawat orang tuanya yang tengah renta. Hmm...

Lagi-lagi karena cinta. Saat seorang sahabat merengkuh tubuh sahabatnya, lalu memberikan bahu untuk menangis sesenggukan di sana. Saat seorang sahabat membawakan teh atau susu hangat untukmu yang kedinginan di fajar hari bersamanya. Saat seorang sahabat menyelimutimu yang terselimuti dingin di tidur malammu. Saat seorang sahabat menggapai tanganmu tuk menyeberang kelokan sungai ketika menjelajah bersamanya. Saat seorang sahabat dengan sigap membantumu bangkit ketika terpeleset di tanah lumpur cokelat, dan ia membersihkan rokmu yang belepotan. Saat seorang sahabat menggenggam tanganmu erat kala foto perpisahan. Saat seorang sahabat menepuk bahumu, meski tanpa kata, ia bersyarat, 'semangat ya!'. 

Ya, karena cinta. 

Pun, karena cinta pula, seorang hamba bangun di tengah malam. Mengucek mata yang masih saja ingin menelangkup. Dan kemudian ia menyebut namaMu, mengesakanMu. Bergegas mengambil air wudhu, khawatir syetan kembali beraksi. Lalu, ia berdiri mengenakan mukenanya. Menggelar sajadahnya, dan menyambut takbir, "Allaahu akbar..". Dimulainya bacaan. Ah, ia tersengguk. Bahkan, saat menyelesaikan ayat awal Al Fatihah, "Arrahmaanirrahim...". Lebih keras, ia terbata. Ia ulang tiga kali bacaan, "Iyyaakana'budu waiyyaakanasta'iin". Ia menangis. Sempat terhenti sejenak. Mungkin, ia tak bisa menahan tangisnya. Lalu, dilanjutkan hingga usai ayat pembuka itu.

"Yaa ayyuhalladziina aamanuttaqullaha haqqa tuqaatihi...", dan seterusnya. Surat Ali Imran 102 mengawali. Kemudian, dilanjutkan. Dan lagi-lagi, ia sesenggukan. Seingatku, surat ini sangat disukainya. Dan sepertinya, ia meresapinya. Ya, ia sedang bebincang dengan Rabb-Nya, dan kemudian, dinasehatkanlah ayat-ayat ini untuknya, untuk umat manusia. Dan begitu pulalah yang dirasakan seorang yang makmum padanya, sesenggukan menikmati indahnya ayat. Ah, karena cinta.

Karena cinta, Allah menghadiahkan ayat Qur'an sebagai petunjuk kita kembali padaNya.
Karena cinta, seorang hamba Allah melantunkan ayat itu dalam shalat di malamnya yang panjang.

Ya, lagi-lagi, karena cinta, ketika seorang kawan bertanya, "Kamu tidak apa-apa? Apakah tidak sebaiknya istirahat saja?"
Karena cinta, seorang kawan menyapa, "Bagaimana kabarmu hari ini, saudaraku?"
Karena cinta, seorang kawan berkata, "Sebaiknya, kamu tidak seperti ini, saudariku...", menasehat kebaikan.

Dan karena cinta, seorang kawan berbisik, "Aku mencintaimu, karena Allah..."

Masih ada yang lain? Ya.

Sekali lagi, karena cinta, seorang murid bertemu sang guru. Menyatakan keinginannya belajar. Ia giat, hingga tersitalah waktu tidurnya. Lalu ia taat, hingga akhirnya ayat demi ayat menjadi karunia nikmat baginya. Ya, karena cinta, ia memindah ayat Allah dalam dadanya. Hingga ia penuh, hingga semua terangkum di sana. 

Karena cinta. Ia bersendiri dalam sepi. Menikmat sunyi, dan merasai perbincangan nurani. Nurani yang tentu pasti, jika iman masih ada dalam hati. 

Karena cinta, ia berdatang silaturahmi. Ada bahagia di hati. Meski tak semudah menyampaikannya dari lisan. Namun, tertampaklah rindu kepada kawan. Kemudian mereka saling berpeluk. saling menepuk. Dan akhirnya, air mata mengalir. Tanpa kata. Tapi, hati mereka berbincang rindu. Ah, indah, sungguh indah. 

Karena cinta, ia mendekati, kemudian menasehati.
Karena cinta, ia menghampiri, kemudian berbagi.
Karena cinta, ia mendampingi, kemudian meringan-i.

Ah, terlalu banyak kisah tentang cinta. Kisah ini, selamanya (semoga) menjadi kebaikan, jika diuruti dengan tepat. Tak melenceng aturan illahi, hingga berujung laknat. Naudzubillahi mindzalik.

Karena, cintalah, yang kemudian menjadikan iri para sahabat sebab dirindui oleh Rasulullah, "Siapakah mereka?", tanyanya. Ya, "Mereka, adalah dua orang yang bertemu dan berpisah karena Allah ta'ala... Mereka saling mencintai karena Allah..."

- Rabbi, semua cinta itu, lagi-lagi aku mengatakan, "Karena cinta!", dan semuanya, hadir dan terasai, adalah semata karena cintaMu pada kami... Lalu, mengapa masih ada yang merasa sendiri? "Laa tahzan, innallaha ma'ana..." Semestinya, ayat ini menjadi bukti bahwa cinta-Mu selalu menemani -

Kramat Lontar, pk.14:25, 25 Maret 2012

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)