curhatibu.com

Lakukanlah hal kecil, dengan ikhlas, untuk mendapat pelajaran besar!

Beberapa jam lagi, masa magang di tempat ini usai. Pekan depan, berganti ke tantangan yang lain. Saya ingin berkisah sejenak. Maaf, ini masih jam kantor. Tapi, sesungguhnya, sedang tidak ada tugas yang harus dilakukan. Maka semoga menulis dan membagikan pengalaman bisa menjadi hal yang manfaat untuk mengisi kekosongan.

-as secretary-
Menjadi sekretaris seorang kepala subdirektorat itu menyenangkan. Ya, inilah yang saya kerjakan empat hari terakhir. Menempati meja depan ruang kasubdit, yang kebetulan memang kosong. Mbak 'Uni' yang semestinya duduk di sini sudah beberapa saat lalu mutasi ke bagian lain. Jadilah, saya yang masih belia (he..) ini menjaga meja kramat sekretaris.


Tak terlalu banyak yang dikerjakan. Memang, bulan maret ini adalah masa-masa senggang untuk Anggaran III. Sehingga, pekerjaan yang terlihat dikerjakan oleh pegawai di sini tidak terlalu banyak. "Tunggu bulan depan, volume kerja naik!", demikian kata kasi Tata Usaha, Pak Eko, yang juga mengantarkanku magang di tempat ini.

"Ini mbak, tolong diantar ke dalam ya...", begitu biasanya kata perintah dari kasi atau orang-orang yang membutuhkan tanda persetujuan pak (pelaksana harian) kasubdit daduktek, Pak Suharno. 

"Jadi, kalau ada surat dari bawah, dilihat dulu perihalnya. Kalau suratnya tentang revisi dan pengesahannya, silahkan diserahkan Mas berbaju biru di tengah itu. Kalau perihal undangan, langsung serahkan ke direktur ya, lewat saya saja. Selain itu, langsung masuk ke ruang kasubdit. Oke?", setidaknya demikian yang dijelaskan oleh Mas Aris, selaku sekretaris pak direktur Anggaran III. 

Kemudian, penjelasan dari pegawai di sini, yang hampir semuanya adalah lulusan STAN, "Ini kalau yang datang surat tanpa lembar disposisi, tempel dulu disposisi subdit, baru masukkan ke ruang kasubdit."

Selain itu, tugas mengantar surat menjadi hal yang sangat menyenangkan untukku. "Ini, kan ada tulisannya disposisi ke Anggaran IIIA, B, C, D, E, diantar ke lantai 12 ya", dan saya pun segera beranjak ke lantai atas, naik tangga. Masuk sebuah ruangan. Cukup luas, karena memang di sanalah terdapat kelima subdirektorat itu. Entah sudah kali ke berapa aku mondar-mandir keluar masuk ke sana. Dan saya, senang. Bertemu dengan banyak orang, mengenal situasi di sana. Jadi semakin tahu fungsi-fungsinya.

"Setiap menerima surat atau nota dinas, bacalah isinya! Dengan begitu, kamu akan tau apa yang sebenarnya dilakukan di sini, proses apa yang berjalan di sini, siapa saja yang berkepentingan di sini. Dan wawasanmu akan semakin luas. Jadi, nanti kalau dihadapkan dengan pekerjaan sesungguhnya, sudah tidak kaget, sudah pemanasan dulu," begitu pesan Pak Eko, setiap mampir lewat  meja kramat saya. 

Selain itu, beberapa kali saya diminta fotokopi dokumen. Lumayan, pertama kalinya bersentuhan dengan mesin fotokopi. Dan saya belajar fotokopi. Awalnya, hanya melihat bagaimana orang fotokopi di sana. Lalu, saya coba sendiri. Mudah. Meski beberapa kali kertas macet tengah jalan, steples tidak dilepas sehingga nyangkut, mesin mogok tak mau jalan, kertas ukurannya salah, trus kertas habis dan harus nyari2 stok kertas, padahal sudah diburu bapaknya, dsb. Banyak salah sih, tapi dari situ saya belajar. Ya, jadi tahulah bagaimana cara fotokopi, ngisi kerts, ganti ukuran kertas, mencet2 jumlah copian, dsb.Beberapa kali juga bantuin nyeteples dokumen. Tidak banyak. Tapi besar2 juga. Dokumen untuk rapat dengan DPR, dengan kementerian, dsb.

Di hari ke-tiga, dapat tugas menghitung jatah cuti pegawai. Hemm.. Sebenarnya, sebelum magang, sempat mendapat orientasi tentang berapa jatah cuti tahunan, bagaimana kalau jatahnya masih, alasan apa yang diperkenankan cuti, dsb. Tapi tetap saja, saat dihadapkan dengan kertas-kertas catatan cuti itu, saya membutuhkan penjelasan dari awal lagi. Sempat salah karena melupakan syarat diperbolehkannya penangguhan cuti seorang pegawai. Belum lagi, salah saat memasukkan hitungan cuti yang semestinya tidak mengurangi jatah cuti, tetapi saya kurangkan saja. Hal kecil, tapi sama saja mengurangi hak seseorang. Banyak salah, tapi di situ saya jadi paham, 'practice makes perfect!' itu memang benar adanya.

Hei...Satu hal yang penting untuk diingat dari sekilas perjalanan ini adalah 'lakukan hal kecil dengan ikhlas, untuk mendapat pelajaran besar!'. Pekerjaan seperti mengantar surat, fotokopi, menghitung (penjumlahan), steples dokumen, dsb adalah pekerjaan kecil, sederhana. Tidak perlu lulus DIII atau S1 untuk melakukan pekerjaan ini. Tapi dari sini lah kita banyak belajar.

  • Tidak ada pekerjaan yang kecil, yang remeh. Ianya bisa menjadi sesuatu masalah yang besar jika tidak dilaksanakan dengan baik. 
  • Mengerjakan pekerjaan kecil itu tidak ada bedanya dengan mengerjakan pekerjaan yang besar. Keduanya harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan sempurna.
  • Sesungguhnya, jika untuk hal yang kecil saja kita tidak bisa, maka bagaimana kita akan mengerjakan pekerjaan besar?
  • Bersyukurlah dengan setiap 'jatah' pekerjaan yang diberikan Allah, karena Allah sangat ingin kita belajar di sana, sebagai bekal peran kita berikutnya. 

Demikian. Sesungguhnya, masih banyak. Tapi, semoga kawan-kawan lain dapat merasakan sendiri nanti, dan berbagi hikmah dari yang dialami.. Sekian... Wallahu alam..

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)