curhatibu.com

Ke Manakah Yakin itu?

Ujian berikutnya ada pada keyakinan yang naik turun. Bukan lagi sepenuhnya pasrah. Bukan lagi sepenuhnya tawakkal. Bukan lagi sepenuhnya berserah. Melainkan, seolah beralih pada, menurutkan keinginan diri. Keinginan pribadi yangberkata, "Saya harus demikian."

Pergi ke manakah keyakinan itu. Yakin atas sebuah ayat Allah, "Boleh jadi, yang engkau anggap buruk itu baik bagimu, dan yang kau anggap baik itu buruk bagimu"

Pergi ke manakah keyakinan itu. Yakin atas ayat Allah yang lain, " Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu"

Pergi ke menakah keyakinan itu. Yakin atas janji Allah bahwa ada tiga hal yang tidak akan pernah tertukar, waktu tempat dan siapanya. Rezeki, Jodoh, dan Kematian. 

Pergi ke manakah keyakinan itu. Yakin bahwa "Wanita baik untuk laki-laki yang baik, wanita keji untuk laki-laki yang keji"

Pergi ke manakah keyakinan itu. Yakin atas perkataan Allah lembut, "Katakanlah bahwa aku dekat. Mintalah, maka akan ku kabulkan!"

Pergi ke manakah keyakinan itu? Bukankah "Diciptakan hidup dan mati manusia itu tidak lain hanyalah ujian, siapa yang lebih baik amalnya"

Pergi ke manakah? Coba cari lagi. Ke mana?
-diam-

Ya diamlah sejenak. Hilangkan segala kekhawatiran. Hilangkan segala prasangka. Hilangkan segala kesedihan. Istighfar. 

Lalu, dengarlah. Ada suara lembut berbisik. Lembut. Lembut sekali. Dengarkan ia. 
"Hai, selami hatimu. Dalam, dan lebih dalam. Maka dengarlah, ayat-ayat cintaNya bersahutan. Bersahutan! Dan mereka menasehatimu. Mengingatimu.. Lembut. Tak menyalahkan. Tak melemahkan. Tapi menguatkan."

-rupanya, keyakinan-keyakinan itu hanya sedang bersembunyi. Di sudut-sudut hati. Menanti dipanggil mesra. Panggillah ia dalam doamu. Dalam shalat-shalat malammu. Dalam dhuhamu. Dalam puasamu. Dalam dzikirmu. Dalam tilawahmu. Dalam setiap ikhtiarmu mendekatkan diri pada jejak terdekat dengan Nya, sang pemilik hati. Ingat, ada Allah, mintalah padaNya. 

"Jika memang ini adalah perintah Allah, maka Ia tak akan pernah menyia-nyiakan kita..", begitu kalimat yang diucapkan ketika Nabi Ibrahim diperintahkan "meninggalkan" istrinya saat itu. Menenangkan. 

Ya, jika ini memang perintah Allah, maka Ia tak akan pernah menyiakan. Ikhtiar terbaik, adalah pertanda prasangka baik kita padaNya. Selanjutnya, tawakkal ada di atas semuanya. Karena Allah, yang lebih tahu segalanya. 

"Saya tidak tahu ini rahmat atau musibah, saya hanya berprasangka baik pada Allah..." --- lagi, untuk kesekian kali ku dendangkan kalimat ini. Karena ku tahu, ia menasehat lembut, tak melukai. 

*menghela nafas*

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)