curhatibu.com

Memperlihatkan Amal = Riya???

  1. Mari kita lihat FAIDAH memperlihatkan atau menyembunyikan amal:
  2. Menyembunyikan amal = menjaga keikhlasan + selamat dari riya
  3. Memperlihatkan amal = agar orang-orang mengikuti kita untuk berbuat kebaikan (khusus bagi orang-orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan riya, semata ingin pahala manusia yang mengikutinya)
  4. Diantara amal yang tidak mungkin dirahasiakan : Haji, Jihad, Shalat Jama’ah
  5. Dan orang yang memperlihatkan amal hendaklah senantiasa mengawasi hatinya. Ada orang yang merasa dirinya ikhlas, namun saat kelihatan orang lain, hatinya gembira. Bukan karena mendapat pahala mereka, melainkan karena mendapat pujian.
  6. Maka, jika kita tahu diri kita lemah, jangan menipu diri dengan mengatakan “Ah, saya ingin memperlihatkan amal saya agar ditiru mereka”. Padahal ia tahu hatinya rawan. Perumpamaan orang lemah itu seperti orang bisa renang, tapi tidak pandai. Saat melihat orang tenggelam, ia ingin menolong. Tapi karena kurang pandai, ia ditarik dan akhirnya tenggelam bersama.
  7. Adapun orang yang kuat dan sempurna ikhlasnya, dan pujian menjadi enteng bagi dia, sama bagi dia pujian dan celaan, maka tak apa baginya memperlihatkan amalnya.
  8. Adapun mengenai menyembunyikan dosa, barangkali ada orang yang menyangka ia adalah riya. Padahal bukan demikian. Karena orang yang benar2 jujur pada Allah, jika jatuh ke dalam maksiat akan berusaha benar-benar menutupi dosanya. Mengapa? Karena Allah suka jika maksiat tidak kita sebar-sebarkan, kita tutup. Kadang orang merasa bangga melakukan maksiat kepada orang lain, lalu taubat, lalu menceritakan maksiatnya apda orang lain. Ini justru tanda bahwa dia belum bertaubat, ia malah ingin dosanya diketahui oleh orang-orang.
  9. Siapa yang melakukan dosa, hendaklah ia menyembunyikan diri, merahasiakannya dengan rahasia Allah. Maka, jangan menceritakan dosa-dosa kita. Orang yang menyembunyikan dosanya, akan disembunyikan diri kita oleh Allah.
  10. Selain itu, selayaknya dia juga tidak suka tampaknya dosa dari orang lain, dan tersebarnya dosa itu kepada orang lain. Hal ini merupakan pengaruh kejujuran. Terkadang, ketika kitatau aib seseorang yang melakukan maksiat secara sembunyi-sembunyi. Lalu kita sebarkan maksiat itu. Sama saja hal ini membuka aib seorang muslim.
  11. Tidak apa-apa dia tidak suka celaan manusia atas dirinya. Lumrah. Terlebih gossip-gosip yang membuat kita sibuk memikirkannya. Dengan alas an seperti ini juga, selayaknya kita tidak suka dipuji juga. Karena pujian itu akan menyibukkan hati kita atas pujian tersebut. Hal itu menyebabkan kita tidak ikhlas, dan akan terus mengarapkan pujian manusia dalam setiap amalan kita.
  12. Akhirnya, orang yang iklhas, apabila dicela tidak mengubah amalnya. Begitupun dengan adanya pujian untuknya.
  13. Adapun meninggalkan ketaatan karena takut dari riya (takut dipuji orang), ingatlah apa tujuannya. Jika pendorongnya bukan agama, jangan ditinggalkan hal itu. Misalnya shaf pertama shalat yang keutamaannya besar. Tapi jika pendorong adalah karena agama, dan mengharapkan pahala Allah, jangan sampai meninggalkan juga. Contoh : takut riya saat melakukan shalat jama’ah. Semestinya ia tetap bermujahadah shalat di shaf pertama sembari berjihad menghilangkan riya itu. Demikian pula jika meninggalkan amal karena takut orang berkata, “itu riyal lho!”. Ini juga tidak boleh. Karena kita berarti meninggalkan amal karena takut dicela orang. Betapa naïf nya meninggalka ketaatan hanya karena takut dicela sebagai orang yang riya.
  14. Apabila ada syetan berkata padamu saat shalat, “Kamu riya”, maka tambah panjangkanlah shalatmu, hingga syetan itu kesal! Jangan sampai meninggalkan amal karena takut riya. Karena sembari kita melakukan amal, kita pun harus bermujahadah untuk membersihkan hati kita dari riya tersebut

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)