curhatibu.com

"Tuhan kami adalah Allah"

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ ﴿٣۰﴾٣۰
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.

-menghela nafas-
/akhir-akhir ini sering menampilkan 'emot' menghela nafas/

Potongan ayat di atas dibahas sama Ust Yusuf Mansyur pagi tadi. Seperti biasa, di Wisatahati nya AnTV. Ah, rupanya, hati memang butuh senantiasa ditabur, atau diguyur dengan tausyah. Dengan nasehat. Heu... Tahu kan hati itu sedemikian lemahnya, ia mudah sekali terbolak balik tak menentu. Apalagi jika amal yaumiyah tak menentu. Bisa dipastikan, sehari harinya galau ga karuan. 

Baiklah, mengulas tausyah beliau tadi pagi, bahwa sungguh, ada Allah yang menjamin kehidupan kita. Oh ya, bentar, judul pembicaraan pagi ini adalah jaminan. Ya, bahwa sungguh, Allah yang telah memberikan jaminan kepada kita, atas hidup kita di dunia, maupun di akhirat. Buktinya apa? Banyak. Kita bahas satu aja lah.

Lihat saja di sekitar kita. Banyak orang-orang yang sehari-harinya bekerja memulung di jalanan. Sedang anak di rumah ada 5 orang, yang butuh diberikan sesuap nasi. Istri dan keperluan rumah tangga yang harus dipenuhi. Belum lagi jika sang orang tua ingin anak-anaknya mengenyam pendidikan. Wow. Uang hasil memulung seharian berapa sih.. Apa cukup untuk makan, apalagi sekolah? Bayar kontrakan aja bingung pakai uang apa. Tapi nyatanya apa? Cukup tuh. Mereka tetap hidup. Sehari-hari bisa makan, meski dengan lauk seadanya. Sekolah juga bisa. 

Ingat juga tak, kisah seorang dokter yang baru saja diwisuda dari sebuah universitas favorit? Orang tuanya kaya kah? Tidak. Ayahnya hanyalah penarik becak, sedangkan ibunya mengumpulkan barang-barang rongsok. Cukup untuk hidup? Cukup. Untuk sekolah kedokteran pun cukup kan?

Siapa yang menjamin? Tidak lain tidak bukan, adalah Allah. 

"Ah, mau pakai uang apa kalau kamu kuliah di sana? Emangnya bisa? Buat makan sehari-hari aja susah...!"

Pikirkan, jika sampai ada pernyataan kaya begitu, rupanya harus ada yang dievaluasi dari diri kita. Tanyakan, memangnya kita itu bisa makan karena kemampuan kita. Kita bisa hidup karena kemampuan otak kita. Kita bisa bekerja karena kemampuan fisik kita?

Tidak! Semua apa yang kita miliki hanyalah tak berdaya guna, sangat lemah, jika tiada Allah yang menjaminkannya. Maka selanjutnya, apakah kita yakin hal itu?

Atau, bahkan untuk sekadar menyatakan, "Tuhan kami adalah Allah" saja kita tak sanggup. Atau, mungkin lisan mampu mengucap, tapi rupanya hati tak sedianya bersatu menyetuju. 

Lisan berkata, "Tuhan kami adalah Allah..", tapi raga masih terkalahkan untuk bermalasan kala panggilan Allah mengumandang. Lisan berkata, "Tuhan kami adalah Allah", tapi masih saja HANYA mengandalkan diri yang lemah, tanpa menyertakan Allah dalam setiap ikhtiar yang kita lakukan. Lisan berkata, "Tuhan kami adalah Allah", tapi jiwa lupa untuk hanya berharap pada Allah, masih saja meminta memohon pada manusia, yang sejatinya sama-sama tak sanggup melakukan apa-apa. 

Selanjutnya, lisan berkata, "Tuhan kami adalah Allah", tapi kemudian ia tak menjalankan potongan ayat berikutnya, "kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka". Sehingga hanya kata. Lagi-lagi hanya kata. Tanpa ada istiqamah. Istiqamah menjalankan apa yang diperintahkan Allah, dan menjauhi laranganNya. Hanya lisan, dan tak mengalahkan nafsu untuk ibadah padaNya. Hanya lisan, lalu tak mempedulikan bekal akhirat dan hanya mati-matian mengejar harta dunia. Hanya lisan, kemudian meninggalkan Allah. 

Lagi-lagi demikian. Maka, bagaimanakah Allah akan memberikan jaminannya pada kita, jika tidak ada lagi yakin bahwa "Tuhan kami adalah Allah" serta lalai untuk "kemudian meneguhkan pendirian.."

Lebih lanjut, bagaimana mungkin malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.

-menghela nafas lagi-
-renungan pagi untuk diri sendiri-

"..............yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka.........."

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)