curhatibu.com

Melukis Cahaya

Aku ingin kembali melukiskan cahaya itu di dalam hati. Cahaya yang tertorehkan bersama butiran embun yang bertiup serta-bersama sejuk semilir fajar dini hari. 

Aku ingin kembali melukiskan cahaya itu di dalam hati. Cahaya yang tergoreskan bersama kicau beburung yang beterbang mengangkasa-i sebuah taman berair-gemericik, serta dedaunan yang menyelesak bunyi menambah irama berdawai lentik.

Aku ingin kembali melukiskan cahaya itu di dalam hati. Cahaya yang terpatrikan bersama sosok itu, seorang yang mencintai cahaya, seorang yang mendapati cahaya, seorang yang menuliskan cahaya, seorang yang me-nyebut-i cahaya dalam namanya. 

Dan baiklah. Pastilah ia-nya butuh dipaksa. Bukan untuk menyakit, melainkan lebih membuat semangat lebih menyelikit. Hingga membangunkan hati yang lama terkelam malam, tak jua bersegera menjemput cerah mentari. 

Dan baiklah. Pastilah ia-nya butuh torehan lagi asa. Tuju yang mesti terdekap, dalam satu dua tempo yang harus ditetapkan. Memang benar, targetan diperlukan. Bukan membeban, melainkan menguatkan. Mengingat jika lupa. Memasti untuk ketercapaian asa. 

Dan baiklah. Pastikan ia-nya butuh evaluasi. Karena perjalanan itu terbentang panjang. Bukan satu dua jam, atau satu dua bulan. Melainkan tahunan, bahkan sampai ajal menjelang. 

Kita tak pernah bisa membayangkan. Yang kita bisa, melakukan, mengusahakan, mengupayakan. Hasil, Allah yang berkenan. Dan kita hanya berharap, Allah memberikan keberkahan atas setiap sirip cahaya yang terlukiskan dalam hati. Bukan untuk peng-angkuh-an, melainkan peng-amal-an. Bukan untuk ke-sombong-an pada manusia, melainkan ke-takut-an pada kekuasaan Allah.

Ya, baiklah... Pasti kita bisa.. Bukankah begitu, seorang yang bernama cahaya?

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)