curhatibu.com

Kami Versus Korupsi

Aku ingin jadi matamu, jika kau memandang hanya pada yang baik
yang kerana nya kau berucap subhanallah
Aku kan setia menjadi tanganmu jika kau ulurkan untuk menolong yang papa dan juga menderita
aku kan mencoba mencinta dan sandarkan cinta hanya kepadaNya selamanya
cinta kan membuat lupa, cinta kan membuat luka
cinta kan Allah sebenarnya cinta
Pagi yang berkah, semoga. Menyadarkan, mengingatkan. Haru yang membiru, untuk berkumpul bersama syariat yang dituntunkan Allah untuk dipatuh.

Beberapa pelajaran yang diambil pagi ini, setelah melihat rangkaian film berjudul, "Kami versus Korupsi" yang diputar di Dhanapala.

Engkau adalah pencerminan keluargamu 


Seolah menjadi gambaran bagaimana pola didik yang diberikan dalam keluarga tersebut. Maka tak mengherankan jika suatu keluarga sering terjadi kebohongan, meski sekedar mengatakan kepada anak yang merengek minta balon, "Jangan main balon ya, nanti kalau dia meledak!" atau meminta anaknya mengangkat telepon, "Nanti bilang aja kalau ibu sedang tidak ada!"

Itu yang tersampaikan. Yang tak tersampaikan tapi rupanya terbekas dalam benak sang anak, misalnya, si bapak sering menghalalkan banyak cara untuk mendapatkan persetujuan dari si bos, misalnya dengan me-mark-up anggaran, dsb. Atau, si ibu yang petugas kantor kecamatan, mau-mau nya menerima uang untuk mempercepat proses pembuatan KTP, atau surat-surat yang lain. Atau, si ayah, yang tidak mau meloloskan SK seorang guru honorer hanya karena dalam stopmap nya tidak didapati amplop.

Maka, itu semua akan berujung kepada sang anak.
"Jagalah keberkahan perolehan hartamu, karena ia nya akan bertumbuh menjadi daging hingga menentu masa depan mu dan anak keturunanmu"

Keberkahan yang didapat dalam wujud anak, salah satunya dengan keshalehan kepribadian sang anak, atau ringan nya sang anak berbakti membantu orang tua, dan seterusnya. Tapi jika keberkahan tidak didapat, bisa jadi sang anak meniru apa yang dilakukan sang orang tua. Wallahu alam, semua bisa terjadi, dengan kehendakNya, dan maksud2Nya.

"Lakukanlah sesuatu yang benar dengan cara yang benar"

Misalnya, berkeinginan mengurus KTP. Ini kan hal yang benar, tapi kalau ujungnya ingin cepet-cepet lalu menggunakan orang dalam maka apalah artinya. Atau orang yang ingin menikah, tapi karena tidak mendapat persetujuan dari orang tua, memutuskan untuk kawin lari. Menuju KUA, rupanya membutuhkan kartu keluarga dan mengurus macam-macam lainnya. Karena ribet, lagi-lagi memakai orang dalam. Dan seterusnya.

Ada satu kutipan yang menarik.
"Mungkin saya memang salah atau bodoh dengan tidak menerima tawaran uang bapak untuk memperlancar bisnis bapak ini. Tapi, yang pasti, saya tidak akan pernah menyesalkan kesalahan dan kebodohan saya, sampai saya mati nanti!

Teringat percakapan dengan belahan jiwa, "Mas berupaya sangat berhati-hati pada hal-hal tersebut. Banyak uang yang tidak jelas fungsi dan keberadaannya. Bahkan, untuk yang sudah jelas pun perlu kita pertanyakan, apakah kita berhak menerimanya, sedangkan kita hanya bersantai bahkan mangkir dari kantor!"

"Untuk apa kita menjabat? Bukan untukku dan untukmu. Melainkan untuk kesejahteraan masyarakat, yang akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.."

Maka, air mata menetes. Menyaksikan seorang bapak, dengan kondisi yang sempit, sedang si anak bungsu terbaring bersama kompres di dahinya. Lalu uang di kotak tinggal beberapa lembar, pun tak cukup untuk sekedar beli lauk. Beras tinggal beberapa butir sudah dibersihkan untuk makan siang tadi. Sedang telur hanya tinggal 1 butir, dibelah untuk beberapa orang.

Lalu datang tawaran segepok uang, namun mempertaruhkan integritasnya dan ia menolak. Sedang sang istri tertangis sambil memeluk lebih erat anak yang ada di gendongannya. Kemudian sang ayah beranjak merengkuh kedua belahan hatinya. dan si istri berkata, 

"Lebih baik kami kelaparan tak makan, daripada harus kenyang memakan bahan bakar api neraka..."

Dan lihatlah, sepuluh tahun kemudian, nasib berbalik, berbaik hati pada keluarga tersebut. Sang anak kecil yang sakit dulu telah menjadi gadis cantik cerdas, yang kemudian berkata mantap kepada seorang kliennya, "Maaf, saya tidak bisa menerima ini, pak!", sembari mengembalikan amplop tebal itu.

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)