curhatibu.com

Rumahku, Surgaku

Bukan surga, tapi serambinya
Rumahku hanyalah sebentuk bait
tempatnya melabuh rindu, membagi tawa dan pangkuan,
lalu wewangian surga semilir bersama tahmid
tempat menegak malam dengan zikir
menggigil dan tangis pertobatan
rumahku adalah rasa aman dalam genggam jemari Ar-Rahman
rumahku adalah juga derak kekhawatiran
agar tiada lena dalam fana
rumahkulah kutub yang mendamai hati dan sesenyum rasa
"Masuklah, berselimut, rehat!"
terkadang ia mentari yang menyala, menegur hati dan menggerak
"Keluarlah, dakwah, jihad!"
rumahku perhentian,
tempat iman diperbarui dan ruh diisi ulang
lalu aku harus keluar membukti amalan
rumahku, menawan tenteram, menggerak bandang
rumahku mungkin bukan surga, tapi insya Allah
serambinya (kutipan dari Bahagianya Merayakan Cinta, oleh Ust. Salim A. Fillah)

Indah bukan, konsep rumah tersebut? Berharap, kita bisa mempersiapkannya. Menguatkannya. Meng-ilmu-i-nya. Memantapkannya. Dan kemudian, mengamalkannya. 

Bahwa rumah adalah perhentian sementara, yang akan menghantar kita kepada kekuatan, atau sebaliknya kelengahan.

Bahwa rumah adalah penentu, yang akan memutus kita kepada kebermanfaatan, atau sebaliknya keegoisan

Bahwa rumah adalah penyeru, yang akan mengajak kita kepada kebaikan, atau kemudharatan

Bahwa rumah adalah penyegera, yang akan menyemangat kepada amal, atau melena kepada keterlalaian

Ah, rumahku surgaku... Atau sebaliknya, rumahku nerakaku? -naudzubillah-
Rumahku penghantar kepada surgaku,... atau...?

Berharap, rumah adalah pembangun jiwa, bersama impian yang kan ber-ujud nyata. Melalui tempelan berderet rapi pada dinding penyemangat di setiap sudutnya. Ah, indah. Bahkan bilik jendela membawakan rindu akan ketercapaian visi kehidupan. Bahkan pintu menjadi selaksa doa kala melewat menyeberangnya. Lalu tiap perabot menjadi sarana. Penyambung rekat setiap langkah supaya tercapai cita dengan cepat, dan tepat. 

Berharap, rumah adalah lahan pen-tarbiyah. Ia menjadi yang pertama mendidik. Ia menjadi yang utama membina. Karena pengajaran di dalamnya, tak pernah tergantikan. Ianya harus mengawal. Menanam akhlaq dan iman yang mendasar. Hingga masukan selanjutnya menjadi mantap, dasar yang kokoh pencapai lahirnya generasi teladan.

Ah, indah. Karena tiap detik paginya, adalah nasehat tersampai kepada sang anak. Karena tiap dhuhanya, ada pengingat bertaubat pada Rabb pemberi nikmat yang sering terlalaikan. Karena tiap siang yang berdatang dalam dhuhur mengalun adzan, ada dahaga yang tersegar dengan mata air tercurah dalam senda tawa peringan beban kejenuhan. Karena tiap ashar mengambang, ada dzikir tersurat dalam al ma'tsurat pelabuh doa. Karena tiap senja berhadir, ada khusyu, bahwa Allah telah mengampun dosa, dan menerima lapang tiap amal harian. Karena tiap isya berkumandang, ada kebersamaan dengan penyejuk mata, qurrata a'yun. Dan karena tiap sepertiga malam-nya, tersampai ayat suci indah, bergerak berderek menuju langit mengangkasa, menggetarkan arsy, membawa nada taubat dan permintaan hamba dengan jaminan pengijabahan.

Ya, rumahku surgaku. Pengantar menuju kematian yang pasti adanya. Pembekal untuk meraih kebaikan di akhirnya. Khusnul khatimah. Lalu tenang bersemai lentera di alam kubur. Hingga bahagia di surgaNya.

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)