curhatibu.com

Ujung Penantian

Hari bahagia kini tiba
Pelaminan jadi saksi
Kau dan Aku tlah bersanding
Dalam ikatan yang suci
Selaksa cinta tumbuh bergelora
Anugerah pencipta
Karena saat cahaya memuncak, bersama sang mentari melaksa-i bumi, ia terdengar. Menggaung mengalun. lembut mendayu, tegas menepas. Lalu satu dua kalimat terucap. Panjang terdengar, tanpa jeda, juga koma. Seakan tak ragu, ujung penantian telah tiba

Terucap mesra, bersama persembahan dari pencipta langit semesta, ayat indah-Nya. Lalu terputuskan sudah, bahwa ia telah halal. Untukmu, untukku. Aku dan kamu. Atau siapa yang hari itu namanya tertulis beroleh dampingan jiwa.
Berpadu asa dalam janji
Alam pun ikut berseri
Hati trus berucap rasa
Syukur yang tiada terkira
Bertasbih memuji kuasa Ilahi
Sang pemilik cinta  
Gerimis itu pun membasahkan. Setidaknya, tak membiarkan lekuk lesung kering tanpa bekas air. Semoga itu pertanda syukur. Pertanda takut. Syukur atas nikmat yang besar, anugrah terindah beroleh tautan hati. Takut, atas janji yang telah terucap, "bahwa aku akan menjadi pemimpin-mu, imam-mu. Maka, aku tanggung pula dosamu. Maka, aku pula-lah, surga (atau) neraka-mu.."

Lalu semesta berdendang. Beriring awan yang memutih meneduhkan. Lihat saja kicau alam tak jua berhenti, hingga satu persatu rekan menghaturkan doa keberkahan. 
Sujud syukur atas karunia,
penantian ini berujung sudah
Demi pemilik jiwaku ini,
kujaga sepenuh cinta hingga akhir nanti
Gedung Cahaya, 5 September 2012
inspirasi : nasyid berjudul "Ujung Penantian" oleh Suby-Ina

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)