curhatibu.com

Doa, Ekspresi Rindu

"Jadikan rabithah pengikatnya, Jadikan doa ekspresi rindu..."
Sebait lirik pemadu kasih. Kasih indah dalam naungan cinta Illahi. Aku mengerti bahwa hati ada yang memiliki. Pun Ia pula yang menjaganya. Maka alangkah megah jika kisah terdefinisi dengan sederhana, melalui lantun lembutnya doa pengikat rindu, pengikat hati yang mengadu.

Karena rindu ada obatnya, yaitu pertemuan. Meski tak melulu hal itu terlampaui. Terkadang dekat, lebih sering terjauh. Karena rindu ada penyejuknya, yaitu doa. Kerinduan berujung doa, berupaya mengubah rasa menjadi tenaga. Tenaga pembaik, energi pembalik. Membalikkan keterlemahan menjadi kekuatan. Membalikkan kelengahan menjadi kesiagaan. Membalikkan kefuturan menjadi keber-segera-an.

Ah, aku rindu. Meski baru saja bertemu. Kerinduan itu harus berujud doa. Karena akan sia jika hanya angan tak bermakna, sekedar bumbu perasa bagi yang hati yang gundah. Bukan. Justru rindu menjadi energi. Harus menjadi energi. Maka ia perlu berakhir dengan doa. Doa kerinduan. Kerinduan akan pertemuan yang akan menguatkan. Pertemuan yang membangkitkan. Membangkitkan semangat dan melanggengkan ikhtiar penuh ketawakalan.

Di awal, kita bersua, mencoba untuk saling memahami
Keping-keping di hati, terajut dengan indah
...dan amanah tertunaikan
Berpeluh suka dan duka, kita jalani semua
Semata-mata harapkan ridha-Nya

Aku rindu, dan rindu itu harus menghasilkan. Agar dalam perjumpaan, ada kualitas tertingkatkan. Agar dalam pertemuan, ada karya dihasilkan. Agar setiap jejak bertatap, ada evaluasi terlaksanakan.

Maka,  harapku atas kerinduan ini,

Semoga kita bertemu dengan kondisi iman yang lebih baik
Untuk sosok yang kurindu, semoga kita bersua dengan kondisi iman lebih baik
Gedung Cahaya, 6 September 2012; pk. 14.11
Inspirasi : Senandung Ukhuwah by Sigma

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)