curhatibu.com

Hanya Menanti Kesiapan

Bukan tak mengabulkan, hanya menanti kesiapan.
Kesiapan siapa? Kesiapan kita menerima terkabulnya harapan. Siap syukur jika sesuai ingin, siap sabar jika tak sesuai ingin. Dan yang pasti, siap menerima segala konsekuensi yang pasti akan membersamai setiap pengabulan. Konsekuensi syukur, dan konsekuensi sabar. Jadi, apakah kau sudah siap?
merenung
Ya, dan Allah lebih tahu. Allah lebih paham. 
Bukan tak mengabulkan, hanya menanti kesiapan. Kesiapan siapa? Kesiapan seorang anak sekolah untuk menjadi seorang mahasiswa. Kadang susah, sulit, ribet, harus ujian dan sebagainya. Banyak yang tidak berhasil. Lagi, hanya menunggu kesiapan.   Kesiapan menjadi seorang mahasiswa. Kesiapan lulus di PTN A, B, C; PTS D, E, F; atau PTK. Kesiapan untuk bersyukur, bukan takabur. Kesiapan untuk menabung, bukan menghambur. Kesiapan berjuang, bukan kalah perang. Karena medan kampus tak semulus sekolah menengah. Karena medan kampus tak sepolos medan di sekolah. Ia belum siap konsekuensi.
Bukan tak mengabulkan, hanya menanti kesiapan. Kesiapan siapa? Kesiapan seorang gadis alumni sarjana. Menenteng stopmap kesana kemari. Berbincang wawancara ini dan itu. Menata hati dan degup setiap penyampaian keputusan. Dan mungkin dia belum siap. Belum siap bersyukur atas kerjaannya nanti. Hingga yang ada, bukan penambahan kualitas diri, malah kelalaian karena gaji telah pasti. Hingga yang ada, bukan tambah merengkuh dekat pada Illahi, malah mencaci kalau panggilan-Nya mengingati. Hingga yang ada, haram halal tak dirasa berbatas, langsung lahap tak tebang pilih. Ah, hingga yang ada, bukan kebaikan, malah kesengsaraan.Ia belum siap konsekuensi.
Bukan tak mengabulkan, hanya menanti kesiapan. Kesiapan siapa? Kesiapan seorang gadis dewasa, telah bekerja dan bergaji raya. Namun, menanti sang kekasih hati tak jua menyapa. Di mana oh di mana. Ke mana lagi ke mana. Tak mengerti, padahal doa telah pasti. Ya, mungkin hanya menunggu ia bersiap sabar. Ya, siap sabar. Karena berumah tangga tak sederhana. Butuh mental dan ilmu nyata. Tak melulu bahagia, namun sedih pasti ada. Kecewa, bisa jadi biasa. Belum lagi, harus saling mengerti. Pemahaman yang tak bisa diperoleh singkat. Butuh waktu, pemikiran serta tenaga. Ya, biarlah. Tak apa. Mungkin ia memang belum siap dengan konsekuensi yang ada.
Bukan tak mengabulkan, hanya menanti kesiapan. Kesiapan siapa? Kesiapan seorang istri tuk berganti status menjadi ibu. Menanti sekian tahun tak jua diberi. Mengusaha sekian waktu, janin belum juga terdeteksi. Hm. Mungkin, memang hanya butuh waktu. Menunggu hingga sang istri siap. Karena tugas ibu tak ringan. Karena ilmu yang dipersiapkan tak hanya penjumlahan pembagian. Ada banyak kecakapan harus dipersiapkan. Ada banyak ilmu harus dimatangkan. Belum lagi, si bakal calon ibu itu masih belum sepenuhnya paham tentang kewajibannya sebagai seorang istri, apalagi nanti saat status ibu di tangan. Biarlah waktu diberi untuk ia menyiap diri. Ya, karena akan sangat banyak konsekuensi dan tanggung jawab dalam mendidik generasi terbaik. Dan ia, harus bersiap.
Bukan tak mengabulkan, hanya menanti kesiapan. Kesiapan siapa? Kesiapan siapa-pun, yang telah berani bermimpi, berdoa, dan berikhtiar. Ingat, hanya untuk yang berani bermimpi, berdoa, dan berikhtiar. Kesiapan ia menerima terkabulnya mimpi yang telah di-doa dan di-ikhtiar-i. Siap syukur jika sesuai mimpi, siap sabar jika tak sesua ingin. Dan yang pasti, siap menerima segala konsekuensi yang pasti akan membersamai setiap pengabulan. Konsekuensi syukur, dan konsekuensi sabar. Jadi, apakah kau sudah siap?
Ya, dan Allah lebih tahu. Allah lebih paham. Bahwa mungkin, kita belum siap menerima konsekuensi. Maka saatnya berpikir, belajar lebih rajin, menyiap lebih tegap. Hingga akhirnya, pengabulan akan dibersamaan dengan kedewasaan bersikap. Menerima konsekuensi dengan mantap. dan lihatlah, Allah memang lebih mengenal makhluk yang diciptakan-Nya. Hanya syukur dan sabar, senjata kita. dan Tawakkal berserah, pemanisnya.
Dari Suhaib r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)
-----------------------------------------------------
Tulisan ini ditujukan untuk rekan-rekan yang sedang kecewa tidak beroleh mimpinya; untuk para wanita yang tengah berputus asa menanti jodohnya; untuk para istri yang berpasrah menanti sang janin tercipta; dan bagi siapapun, yang mimpi dan doa belum diiring pengabulan atasnya. 
Diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah itu pemalu dan murah hati. Apabila ada seorang hamba mengangkat kedua tangannya memohon sesuatu kepadaNya, Allah malu untuk menolaknya sehingga dia pulang dengan tangan kosong dan sia-sia."
Bukankah tiada doa disampaikan, kecuali tiga: beroleh pengabulan langsung; beroleh penundaan pengabulan; beroleh yang lebih baik dari yang diminta; beroleh pengampunan; atau beroleh surga sebagai pengabulan. 
Wallahu alam   
[tulisan ini telah di-posting dalam blog kami, menujukeluargacahaya.blogspot.com]
 

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)