Sungguh, setiap peristiwa bersifat netral, begitupun takdir kehidupan. Atau bolehlah saya katakana bahwa ia adalah selalu baik. Ingat, selalu baik. Hanya kita, dalam menyikapi-lah, yang mengubah peristiwa menjadi ‘baik’ atau ‘buruk’.
Siapa yang kemudian menyangka, bahwa saya, kita, kalian akan
bekerja di sebuah kota yang teramat padat. Padat apa saja. Manusianya banyak,
aneka kendaraan meruap di mana-mana. Belum lagi gedung mewah betebaran, berikut
rumah kumuh yang menggeliat selalu di tepi tepinya.
Kembali pada kereta. Sebuah alternative transportasi yang
saat ini saya pilih. Saya bisa katakan murah,
cepat, nyaman. Saya juga bisa mengatakan mahal, berdesakan, sering terlambat. Nah,kembali kepada pernyataan
di awal, bahwa peristiwa adalah netral, sikap kita lah yang membuatnya menjadi
baik, atau buruk.
Ketika saya mengatakan, “Saya naik kereta kalau kerja”. Banyak
sekali yang kemudian berkomentar, “Serius? Apa ngga capek? Itu kan berdesakan?
Sering terlambat? Lalu nanti berdiri? Banyak copet? Bla bla bla….”
Lalu saat ada yang bertanya, “Berangkat jam berapa?”,
kometar berdatangan lagi, “Beneran? Apa ga pagi banget? Trus pulangnya apa ngga
kemalaman? Lalu lalu dan lalu?
Kemudian, “ongkosnya berapa?”, komentarpun datang langsung
setelah saya menjelaskan nilainya. “Wow.. mahal banget! Apa ngga kemahalan itu?
Bla bla bla..”
Dan saya, sangat bersyukur, ketika kemudian di antara sekian
banyak komentar yang datang, ada yang mengatakan, “Wah, Alhamdulillah ya..
Lebih cepet kan ya, daripada yang lain pasti akan lebih lama. Ngga papa lah
mahal dikit, toh ada kemanfaatan yang kamu peroleh kan? Wah, bisa dipake buat
muraja’ah donk? Wah, bisa dipake buat membaca buku itu. Bisa dipake
banyak-banyak doa, kan semakin sulit perjalanan, semakin jauh, insyaAllah
semoga Allah memberikan lebih mustajab doa-doanya. Wah, lebih tenang donk ya
sekarang tinggal di sana, daripada di kosan dulu kan menurut kalian terlalu
ramai ya.. Wah, subhanallah. Semoga diberi kekuatan ya.. Diberikan rezeki,
diberikan kesehatan. Wah, ingat, no pain no gain. Harus ada perjuangan,
kelelahan, kesakitan, untuk beroleh keuntungan. Wah, siapa tahu ada aneka
tulisan terinspirasi dari perjalanan, siapa tau ada ayat demi ayat bisa
dihafalkan. Wah,, ada banyak kesempatan bertemu dengan orang-orang tak
beruntung di sepanjang perjalanan, rumah-rumah kardus yang entah mereka hidup
seperti apa. Semoga membuat kita senantiasa bersyukur. Dan lain lain.. “
MasyaAllah… Subhanallah… lagi-lagi saya katakan, sebuah
peristiwa itu hanyalah netral. Sikap kitalah yang menjadikannya menjadi baik
atau buruk. Malahan ajaran agama kita menyampaikan bahwa semua yang terjadi
kepada semua muslim itu adalah baik, ketika ditimpa musibah ia bersabar, jika
beroleh kenikmatan ia bersyukur.
MasyaAllah…
Sepertinya, pelajaran berharga yang harus kita tanamkan
dalam hati dalam menyikapi setiap peristiwa adalah “Adakah engkau mengambil
pelajaran?” bukankah demikian yang sering Allah Tanya dalam firmanNya?
Sumber gambar : http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/hikmah-perjalanan-ilustrasi-_120307080157-692.jpg
Post a Comment