curhatibu.com

Peran Ibu dalam Mendidik Anak

Apa saja Peran Ibu dalam Mendidik Anak?
  1. Ibu yang menentukan keberhasilan anak nanti punya masa depan dan menjadi ahli surga
  2. Ibu yang menentukan dengan visi misi, besarnya jadi apa
  3. Ibu yang menentukan kemampuan anak dalam melaksanakan peran2nya
  4. Ibu memberi warna dan karakter pada setiap anak; ditentukan sejak hamil (missal: sabar, ikhlas, taat,  taqwa, dll), saat lahir, dan seterusnya. Berbeda-beda antara 1 anak ke anak lainnya.

Bagaimana Islam memandang kedudukan anak?
  1. Anak adalah amanah dari Allah. Bisa jadi, dengan kondisi yang harmonis dan mapan dari orang tua, tapi jika Allah belum menghendaki menitipkan amanah tersebut, tidak akan pernah bisa. Tapi jika Allah berkehendak, bisa jadi tanpa ada usaha pun berhasil. Kontribusi kita terhadap pertumbuhan anak itu sebenarnya tidak banyak. Contoh, saat anak pertama kali inisiasi dini, saat anak pertama kali bisa miring/tengkurap, dst. Itu semua sudah diatur oleh Allah. Amanah yang berat justru untuk menjaga hati nurani mereka yaitu dimulai dari usia janin 4 bulan, saat ada sumpah antara Allah dan janin. Maka, tugas kita adalah menjaga hati nurani mereka supaya tetap pada fitrah kebaikan tetap menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Hal ini dijaga sejak hamil : shalat, quran, kebaikan, dsb. Jadi meskipun jasmani anak belum tumbuh sempurna, tapi hati nurani mereka terbentuk. Pendidikan paling mendasar untuk anak : agama.
  2. Anak sebagai rizki. Maka, setelah kita berhasil menjaga amanah memurnikan nurani sang anak, anak itulah yang kemudian menjadi rizki kita. Dari awal kita hendak berhubungan, sudah berdoa : supaya Allah menjaga anak yang dirizkikan kepada kita. Begitu anak lahir, Allah menambahkan rizki kepada kita. Boleh jadi secara bilangan tidak bertambah, tapi secara keberkahan bertambah. Tadinya Cuma cukup untuk 2 orang, jadi cukup 3 orang, dst. Pun nanti ketika kita sudah tua, kita bisa jadi banyak memperoleh rizki melalui anak-anak kita.
  3. Anak adalah investasi dunia dan akhirat; tidak boleh disia-siakan. Kita harus mau berkorban kepada anak siang-malam, sepanjang waktu. Tidak boleh merasa capek dan bosan. Rasul bersabda, setelah kita meninggal ada investasi yang tidak terputus, yaitu shadaqah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang selalu mendoakan.  Peran kita sebagai ibu dalam menjadikan anak sumber investasi adalah menjadikan anak menjadi anak sholeh yang mampu mandiri dan bertanggung jawab kepada Allah. Sehingga setiap anak melakukan amal sholeh, pahala mengalir kepada ibu.

Maka, bagaimana agar Ibu berperan mendidik anak menjadi generasi yang baik?
Menjadi ibu yang sholehah. Ibu adalah teladan. Seorang bisa menjadi teladan jika sholeh; baik lahir dan batin. Ciri ibu sholehah :
  1. Ibu menjaga dan memantapkan keimanannya. Dalam kondisi apapun, iman adalah harga mati
  2. Ibu rajin ibadahnya. Kita hanya sebagai manusia biasa yang mendidik anak berdasar kemampuan kita. Sedang hati nurani anak sesungguhnya tidak bisa kita penuh. Maka, kita serahkan hal itu pada Allah. Dengan kita banyak ibadah, kita banyak komunikasi dan meminta kepada Allah untuk menggerakkan hati anak untuk berkebaikan. Ingat bahwa doa ibu adalah mustajab, didengar oleh Allah. Berkata-katalah baik pada sang anak. Mengusap kepala sang anak sembari mendoakan kebaikan. Surat Ali Imran : 159 “Tanpa ada kasih sayang dari Allah, engkau tak akan bisa melunakkan hati mereka”. Ibu harus punya cinta kasih seluas lautan. Jika kita sering lembut kepada anak, anak pun akan dekat dengan kita, betah di rumah. Jangan sampai anak dekat dengan orang lain, dan jauh dari kita. Karena saat anak bisa curhat kepada kita, maka kita akan lebih mudah menanamkan visi misi kita kepada anak. Surga itu ditentukan oleh ibu; maka kita harus rela. Tidak ada sejarah seorang laki-laki bisa menjadi orang besar, kecuali di belakangnya ada peran besar pengorbanan seorang ibu. Hanya dengan cinta; hati anak kita bisa bergerak.
  3. Ibu harus memberikan keteladanan dalam berlemah lembut. Jika kita bersikap kasar, maka anak-anak tidak bisa dibentuk dengan kelembutan-kelembutan. Kelembutan itu akan membawa banyak kebaikan yang bisa dilakukan. Emosi itu membuat hati tertutup; karena emosi itu nafsu dari syetan, mengotori pemikiran jernih. Setiap anak yang disentuh dengan kasih sayang tidak akan rela jika orang tuanya kesakitan. Anak akan berusaha bagaimana orang tuanya tetap menjaga iman sampai ajal menjemput. 
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=7YueCqS9ZY8)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)