Menjadikan quality time untuk
anak : "Saat kita punya waktu rutinitas, kita jadikan
waktu itu menjadi berkesan
bagi anak"
1. Manfaatkan waktu pagi,
karena itu adalah waktu bagus untuk menasehati dan memotivasi
anak. Waktu pagi adalah waktu
di mana anak membutuhkan kalimat-kalimat positif.
Rasulullah tiap pagi bertanya
pada sahabat, "Siapa di antara kalian yang bermimpi indah
semalam?". Ibnu Umar
pernah bercerita bahwa ia bermimpi dibawa malaikat dibawa ke
neraka. Sebenarnya itu adalah
mimpi buruk. Mimpi itu disampaikan kepada hafzah, lalu
disampaikan ke RAsul,
"Sebaik-baiknya Ibnu Umar adalah yang tidak pernah meninggalkan
shalat malam". MAka
setelah itu Ibnu Umar tidak pernah meninggalkan shalat malam. JAdi,
bagaimana mimpi yang buruk
(jika kita tidak punya ilmunya), kita 'jadikan' mimpi buruk
itu menjadi hal yang positif.
2. Manfaatkan waktu siang
untuk menyapa. RAsul jika bertemu dengan anak kecil secara
langsung, selalu menyapanya.
Siang itu masa transisi (rehat); jika dia disapa, akan
menjadi hal yang berkesan
untuk anak. RAsul jika menyapa anak kecil selalu bertanya 2
hal, "Bagaimana
kabarmu?" dan "Bagaimana kabar burung pipitmu...?" (menanyakan
hobinya).Jika anak sudah bosan
dengan pertanyaan, ganti sapaan itu dengan cerita kepada
anak; mungkin sekitar 5
menit.
3. Manfaatkan waktu malam;
untuk mendampingi anak. Anak di bawah 10 tahun wajib tidurnya
didampingi. MEngapa? Karena ia
punya pengalaman sehari-hari dan belum bisa menyeleksi
mana yang harus dibuang atau
ditampung. MAka, waktu sebelum tidur adalah saat bertanya
pada anak, "Hari ini apa
saja yang kakak lakukan?". Jika pengalamannya baik, masukkan
dalam memori. Jika pengalaman
buruk, maka hapuskan!. Misal : tadi anak bercerita telah
memukul. Kita harus
menghapusnya, "Nak, tangan jangan dipakai memukul, tapi pakai untuk
menolong orang; atau memukul
hal-hal yang tidak baik". BAnyak anak yang terlewat atas
seleksi ini dari orang tua.
Upayakan sebelum tidur, hal positif yang dilakukan atau yang
masuk pikiran; karena hal itu
akan berpengaruh pada kehidupan berikutnya. Lebih baik
lagi; kita harus punya ritual
sebelum tidur : baca istighfar, doa, baca surat pendek,
dsb.
4. Saat naik kendaraan, adalah
waktu yang menarik dan dicontoh kan Rasul. Disampaikan
Rasul pada Ibnu Abbas saat
naik unta bersama; Rasul mengajarkan kalimat positif. Para
ahli mengatakan bahwa saat
naik kendaraan itu hati sedang gembira (dinamis, melihat
pemandangan), sehingga mudah
mendapat masukan. Jangan lewatkan momen2 di jalan; misalnya
ada pengemis, kita nasehatkan
untuk senang bersedekah. Maka, jangan sampai saat bersama
anak, pemecah kekakuan justru
mendengarkan radio/tv bersama. Jikalau kita tidak bisa
menyediakan waktu yang luas
untuk anak, minimal jangan pakai gadget/radio/tape.
Ngobrolah pada anak.
Penelitian terbaru : gadget disebut shut up game (anak diam supaya
tidak mengganggu anak). Anak
tidak imajinatif.
5. Saat makan. Ini adalah
waktu kala anak sedang bahagia, dan juga waktu kebersamaan.
Maka menjadikan kita mudah
untuk memasukkan nilai kebaikan kepada anak. Maka sunnahnya
saat makan itu ngobrol; karena
itu adalah momen sharing. Salah satu ciri keluarga yang
diberkahi adalah punya waktu
makan bersama. Apa yang dimaksud makan bersama : mengambil
lauk lalu dibagi-bagi; atau
saling mencicipi menu makanan anggota keluarga yang lain.
Ke-lima momen ini harus
dipastikan menjadi waktu pendidikan kepada anak dari orang tua.
Jangan sampai waktu itu
terlewat tanpa membekaskan kebaikan kepada anak.
Ada waktu yang insidental
juga; yang jika dimanfaatkan, bisa menjadi waktu memorable.
yaitu bagaimana saat kita
berinteraksi dengan anak; hal itu tetap berbekas (memorable)
saat anak dewasa.
Salah satu tugas pengasuhan :
bagaimana saat berinteraksi dengan anak, meskipun sedikit
tapi berkesan.
Sehingga kesalahan orang tua
bisa dimaafkan, karena kebaikannya yang lebih banyak
diingat. Yang terjadi pada
anak sekarang, sekali dimarahin sudah lupa dengan segala
kebaikan orang tuanya waktu
kecil. Hal ini karena tidak memorable.
Beberapa waktu yang dapat
menjadi memorable untuk anak :
1. Saat anak sedang sedih.
Rasul melakukan kepada Abu Umair saat kehilangan burung
pipitnya. Rasul memeluk Abu
Umair itu. Saat anak sedang sedih, ia butuh sandaran jiwa.
Siapa yang hadir saat itu akan
menjadi super hero bagi anak. Mengapa sekarang anak
banyak yang tidak dekat dengan
orang tua? Karena saat anak sedang sedih, orang tua tidak
ada. Justru teman yang baru
kenal di fb 3 hari yang menjadi super hero dia. Makanya
banyak terjadi kasus pelecehan
seksual yang terjadi akibat hal ini. Super hero bagi anak
bukan orang yang tepat. Saat
anak galau, justru musik dan bandar narkoba yang mendatangi
anak. MAka, itulah mengapa
Rasul bela-belain memeluk anak yang (sekedar) kehilangan
burung pipit. PAdahal Rasul
dalam perjalanan ke masjid Nabawi dan harus tertunda karena
itu. KEhilangan itu bukan
masalah apa bendanya; melainkan pada rasa kehilangan itu.
Rasul melakukan itu supaya
jangan sampai Abu Jahal yang hadir. Ini jugalah yang
dijadikan 'dakwah' kaum
misionaris : mencari anak-anak yang sedang sedih. MAka kita
sebagai orang tua; saat anak
lagi sedih, sehebat-hebatnya kerjaan kita, jangan sampai
anak lagi sedih kita tidak
ada. Kita kehilangan waktu memorable itu. Mungkin kita tidak
bisa hadir setiap saat, tapi
kita harus hadir saat dibutuhkan.
2. Saat anak sedang sakit.
Rasul punya pembantu seorang anak Yahudi. Nah, saat anak itu
sakit, Rasul mengatakan,
"Masuk Islamlah kamu." Dia melirik bapaknya, "Ikuti Abul
Qasim". Lalu anak itu
mengucapkan syahadat. Saat itu Rasul mengatakan, "Segala puji bagi
Allah yang melindunginya dari
siksa neraka". Saat sakit, emosi lebih mudah disentuh.
Nah, ada hal yang menarik yang
sering diabaikan : Saat berdoa pada anak, jahr-kan doa
itu. Mengapa? a. Apapun semua
harus terhubng pada Allah, b. Saya mendoakan kamu, c.
Supaya anak tau harapan orang
tua pada anak. JAdi, doalah di depan anak, dan anak
mengaminkan bersama-sama.
3. Saat anak sedang unjuk
berprestasi; hadirlah. Rasul saat lewat anak-anak latihan
memanah. LAlu rasul duduk
sebentar, tersenyum, tertawa, lalu berkata, "Teruslah memanah,
kakek moyangmu seorang pemanah!".
MAka, anak-anak itu makin semangat! HAl yang sering
diabaikan adalah saat anak
pentas, orang tua justru tidak bisa menyempatkan hadir.
Sebenarnya yang dibutuhkan
anak saat unjuk prestasi adalah bapak ibunya hadir sekedar
melihat mengacungkan jempol,
selesai. Itu saja, cukup.
4. Saat liburan. Libur bagi
anak adalah kebersamaan. Bisa dengan cara bermain bersama;
lomba lari, dll. Yang penting
bagi anak adalah kebersamaan. Saat sedang bermain Rasul
menunjukkan sosok seorang
pengasuh. Salah satu contoh adalah menyenangkan anak dengan
'pura-pura' kalah atau tidak
tau kala tebak-tebakan dengan anak. Jika main sama anak
jangan pengen menang, tapi
pengen anak gembira. Ada kalanya kita kalahkan, ada kalanya
kita menang; supaya anak juga
belajar sportif.
MAnfaatkan waktu rutinitas
dengan mengisi sesuatu yang bermakna; dan ambil waktu
memorable supaya anak ingat
saat dewasa. Inilah quality time; sehingga di manapun dan
kapan pun anak akan selalu
terikat dengan orang tuanya.
Contoh quality time
ditunjukkan antara Ibrahim dan Ismail. Yaitu saat nabi Ismail
mendapat pesan dari ayahnya
melalui istrinya untuk mengganti palang pintunya. IStri
tidak paham, tapi anak (Nabi
Ismail) paham. INilah hebatnya. Jarang ketemu, tapi paham
bahasa kode2an. MEski jarang
ketemu, tapi di benak ismail, ayahnya adalah sesuatu yang
memorable.
BEberapa permainan yang
dicontohkan Rasul :
Main ujan-ujanan
Main tebak-tebakan tangan
kanan kiri
Lomba lari
ANak yang saat kecil tidak
kuat hubungan dengan ibunya, berdampak hilangnya bonding sang
anak saat remaja kepada
ibunya.
Ingat konsep islam : Ayah
penegak aturan, Ibu pemberi kenyamanan. Jangan kebalik.
Oleh : Ust Bendri Jaisyurrahman (http://www.salingsapa.com/tv/video/detail/530/quality-time-dengan-anak.html)
Post a Comment