curhatibu.com

Masail Jahiliyah 113 - 115

113 - Mencampur kebenaran dengan kebatilan supaya kebatilan itu diterima.
Diantara kebiasaan orang jahiliyah (dari yahudi, nasrani, dll) mereka terbiasa mencampur kebaikan dengan kebatilan. Hal ini dengan maksud ajaran kebatilan diterima. Karena jika mereka hanya menyodorkan murni kebatilan, sudah pasti ditolak. Namun jika mereka mencampurnya dengan kebaikan, kebatilan itu bisa masuk. 

Mereka mengatakan "ini benar", padahal ada bagian ajaran tersebut yang batil. Orang kafir kadang menyebutkan kebaikan atau kebenaran, yang maksudnya bukan untuk mengajak orang ikut kebenaran itu; melainkan supaya kebatilan itu bisa masuk. Maka penting bagi kita bisa membedakan mana yang benar, mana yang batil. Sehingga kita bisa meninggalkan yang batil, dan ikut yang benar. Orang yang tidak punya ilmu akan mudah sekali terpengaruh mengikut kebatilan. Pentinglah bagi kita mencari ilmu. 

Contoh : muamalah, seperti riba

Disebut bunga, dihiasi dengan perkataan "jasa" atau "margin", supaya orang tertarik. Padahal hakekatnya merupakan riba yang didapat dari keuntungan utang piutang yang terjadi. 

Contoh : amalan yang tiada tuntunan

Satu sisi amalan ada baiknya, satu sisi ada batilnya. Misalnya sholawatan. Shholawatan baik, namun dari sisi lain ada yang keliru. Seperti sholawat nariyah, di satu sisi ingin mengagungkan nabi, namun di sisi lainnya ada penggalan kalimat syirik di dalamnya. 
114 - Menyembunyikan kebenaran, padahal mengetahuinya
Orang Yahudi, nasrani, penyembah berhala dan orang kafir lain biasanya punya sifat ini, mengetahui suatu hal benar, namun mereka menyembunyikannya. Nampak jelas lagi terjadi pada ahli kitab, Yahudi dan Nasrani. Mereka menyembunyikan kebenaran dengan alasan : 

  1. Ingin dapat maslahat dunia. Misalnya ingin menjadi Bupati. Calon bupati melihat masyarakat suka perkara2 tradisi yang menyimpang syariat atau perkara yang tidak ada tuntunannya, lalu ia berkata kepada masyarakat bahwa hal2 itu boleh; padahal ia tau hukumnya. 
  2. Ingin mencari ridho manusia. Melihat orang sukanya apa, misal pake musik; maka ia dakwah pake musik. Padahal ia tau kebenaran itu, namun demi mencari ridho manusia, ia tutupi kebenaran itu. 
Kebenaran terbesar yang disembunyikan Yahudi dan nasrani adalah mereka tau bahwa akan datang Nabi Muhammad Saw, sebagaimana telah disebutkan pada kitab sucinya. 

Sifat ini tidak hanya untuk Yahudi dan Nasrani saja. Kita pun tidak diperbolehkan menyembunyikan suatu kebenaran yang kita ketahui. Orang yang menyembunyikan kebenaran, berarti mengikuti sifat Yahudi dan Nasrani. 

Syarat Taubat Atas Perbuatan Menyembunyikan Kebenaran : 
  1. Mereka harus meninggalkan amalan tersebut
  2. Mereka harus menjelaskan perkara tersebut
115 - Berkata tentang Allah tanpa ilmu
Hal ini merupakan poros kesesatan. Dosa berkata tentang Allah tanpa ilmu menurut para ulama adalah lebih besar daripada syirik. Al a'raf 33, Allah berfirman, "Katakanlah, Sesungguhnya Allah mengharamkan perbuatan keji yang nampak maupun tersembunyi, ...dan engkau berbuat syirik, dan berkata tentang Allah tanpa ilmu"

Urutannya (ke bawah semakin besar dosanya):
- perbuatan keji
- syirik
- berkata tanpa ilmu

Contoh : orang berkata, Allah mengharamkan demikian, padahal tidak ada ayat yang mengatakan seperti itu. Allah menyuruh demikian, tapi tidak ada Allah menyampaikan demikian.

Perkataan demikian ini termasuk ke dalam berdusta atas nama Allah.

Nabi saat ditanya tentang sesuatu yang wahyunya belum turun, beliau tidak mau menjawab; menunggu sampai wahyu turun. Jika nabi saja demikian, apalagi kita? Semestinya kita tidak mengatakan sesuatu sampai ilmu itu sampai pada kita. Maka jika kita tidak tahu, katakanlah "Aku tidak tahu". Perkataan ini sungguh tidak akan mengurangi kedudukan seseorang. Bahkan jika seseorang mengatakan "Aku tidak tahu" atas perkara yang  tidak diketahuinya, justru akan meninggikan kedudukannya.

Inilah orang yang takut pada Allah, yaitu takut berkata tanpa ilmu. Begitu pula dengan MENULIS. Janganlah seseorang menulis jika ia tidak ahli. Jangan berbicara dalam tulisannya tanpa ilmu sama sekali. Jika ingin menulis, tulislah yang benar yang memiliki sumber shahih dari quran dan hadits. Termasuk dalam menyampaikan muhadharah / kajian. Banyak yang tanpa ilmu, namun cepat-cepat kepengin punya buku.

[Dari kajian Ust Muhammad Abduh Tuasikal, dari link kajian.net klik di sini.]


2 comments

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)