curhatibu.com

Silsilah 63 - HIndari Mencela Anak, oleh Ust Abdullah Zaen

Salah perilaku negatif yang sering dilakukan adalah mudah mencela anak sendiri. Padahal, sering dari celaan itu menimbulkan penyesalan. Apalagi, jika yang keluar adalah kata sumpah serapah; yang terkadang saat itu tidak disadarinya kata yang keluar. Sebagai contoh : saat anak menumpahkan minuman, lalu secara spontan kita (sebenarnya) maksudnya ingin memberitahu anak, "Bukan gitu cara minum, dasar bodoh, begini lho..." Kata ulama, celaan kepada anak kebanyakan akan membawa penyesalan di kemudian hari. Teguran dan celaan jika berlebihan dosisnya, justru akan membuat efeknya kontra produktif - anak semakin nakal - sebagaimana celaan kita. 

Kita contoh nabi Muhammad, beliau orang yang sangat menghindari celaan. Pada makanan saja beliau tidak pernah mencelanya, apalagi kepada anak. Pelayan nabi pun, Anas bin Malik, tidak pernah sekalipun dicela, selama 10 tahun membantu nabi. Bahkan tidak pernah nabi mengatakan, "Mengapa engkau tidak melakukan ini, engkau tidak melakukan itu?" Jika sedemikian lembutnya nabi pada pembantunya, apalagi kepada anak sendiri, atau cucu sendiri.  

Kelembutan nabi ini tidak akan menjadikan anak menjadi kurang ajar. Justru sebaliknya, anak yang berada di bawah bimbingan nabi ini menjadi manusia-manusia yang hebat. Teringat kisah seorang pemuda mendatangi Rasul meminta izin berzina. Nabi menyikapi dengan sangat baik. Bahkan mendoakan pemuda itu di akhir pertemuan mereka. Hasilnya, sang pemuda meninggalkan perbuatan zina itu. 

Inilah. kita suka tergesa-gesa, tidak telaten, dan tidak sabar melihat hasil dalam mendidik anak. Sehingga kadang cara kita berinteraksi mendidik anak tidak tepat. 

Membiarkan anak melakukan kesalahan/hal negatif?
Tentu bukan demikian. Yang ingin ditekankan di sini adalah  :
  • tegurlah anak yang salah, namun dengan cara yang baik. 
  • senantiasa berusaha menyebutkan alasan saat menegur
  • gunakan kata-kata yang sifatnya informasi (sebaiknya kamu begini begini begini, karena ini ini...), daripada instruksi (kamu harus begini!). perlunya informasi ini supaya anak melakukan sesuatu yang kita perintahkan itu dengan hati yang lapang, bukan terpaksa. Jika anak menjalankan sesuatu dengan keterpaksaan, ia akan melalaikan sesuatu tersebut tatkala orang tuanya pergi/tidak bersamanya. Patuh sebab terpaksa; karena anak tidak tahu alasan mengapa harus patuh. 
  • sampaikan pesan dengan bahasa yang dimengerti sang anak. bisa jadi, anak itu bukannya tidak mau mematuhi perintah orang tua; namun sekedar ia tidak paham dengan pesan tersebut, atau alasan mengapa harus mematuhi perintah itu. 
  • berikan penjelasan atau perintah jangan pada 'waktu pasnya', namun sebelumnya harus diingatkan. misal mengingatkan bahwa anak main jangan sore sore, diingatkannya pada siang hari. jangan pada waktu anak sedang asyik bermain. nah, nanti menjelang waktu sore, diingatkan kembali 

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)