curhatibu.com

Pasal ke-11 - Iman Kepada Takdir


Pertemuan terakhir lalu, kita membahas, dilarang mentakwil dengan akal terhadap hal-hal ghaib yang terdapat dalam quran dan sunnah, seperti firman Allah tentang Allah bersemayam di Arys, Adam dan Musa berdebat, siksa kubur, dajjal, menggerakkan jari dalam tasyahud yang menyakitkan setan, perihal malaikat yang bertanya di kubur yang menunggu pengantarnya pulang, dll hanya bisa kita hadapi dengan IMAN, sami'naa wa atho'na. Tidak bisa kita sikapi dengan akal. Misalnya perihal malaikat yang bertanya di kubur yang menunggu pengantarnya pulang; berarti kita tinggalkan 1 orang yang menunggu, supaya malaikat tidak datang. Ini tidak boleh kita sikapi dengan akal kita seperti itu. Mau ditunggu berapa orang pun, tidak akan menghalangi munkar nakir mendatangi ahli kubur. 

Pasal 11 : Dan diantara sunnah yang telah pasti, di mana orang yang meninggalkannya adalah bukan ahlus sunnah, dan ia tidak beriman terhadap sunnah ini. 

- bukan ahlus sunnah, apakah pasti kafir? Tidak. 
- ada 1, 72, 73 ----> 1 itu ahlus sunnah (yang ikut rasul, Abu bakar, Umar dan para sahabat), 72 masih termasuk muslim tapi bukan ahlus sunnah, 73 semua umat islam. Sebelum Umar wafat, umat islam hanya 1 bersatu. Setelah Umar wafat, diawali dari jaman utsman, umat islam mulai terpecah (1. ahlus sunnah, masih mayoritas, 2. khawarij). Khawarij ini masih muslim. Kemudian bermunculan mu'tazilah, rafidhah, dll. 

Pasal 12 : Beriman kepada Takdir

Mengapa keimanan ini disebut pertama kali dalam kitab ini - sebagai pokok pokok ahlus sunnah? Karena inilah yang dipungkiri oleh sebagian yang mengaku Islam, yaitu dari kelompok Qodariyah, lalu menyusul kelompok mu'tazilah. Inilah ulama : membahas sesuatu yang sedang terjadi, masalah yang tengah terjadi. Berbeda dengan penceramah jaman sekarang : enggan membahas syirik 1 syuro, bid'ah, dll; karena takut dianggap mencari masalah. Penceramah lebih memilih membahas shodaqoh, senyum, dll. Lebih aman. Tapi ulama,karena ingin mengobati, mungkin memang nylekit, sakit. Tetap dibahas, supaya kaum muslimin itu tidak ikut terjerumus ke dalamnya. 

Takdir itu dipungkiri orang qodariyah, di jaman sahabat. Ma'bad al Juhaniy berbicara tentang takdir, ia mengatakan "bahwa takdir bukan ciptaan Allah, tapi kita sendiri yang menciptakannya sendiri. Allah punya rencana, bisa kita gagalkan dengan kelakuan kita. Misal : si fulan ditakdirkan Allah tidak naik kelas, tapi karena belajar keras - maka rencana Allah bisa berubah - akhirnya naik kelas". Mendengar hal ini, bingunglah para sahabat. 

Beriman kepada takdir, takdir ada 2 : yang baik, dan yang buruk. Allah yang menciptakan kalian, dan sekaligus perbuatan kalian. Misal : kita sholat, itu ciptaan Allah, apa yan kita sombongkan; yang ada kita harus bersyukur. Ini adalah salah satu hikmah kenapa kita harus percaya dengan takdir. 

Rukun Takdir ada 4 :

1. TULISAN

Takdir yang kita alami setiap hari, yang baik atau buruk, semua sudah dituliskan oleh Allah, tidak ada satu pun yang terlewat dari tulisan tersebut. Misal : berapa kali sholat, meninggalkan sholat, berapa kali bersin, berapa kali makan, pada detik menit ke berapa daun ini jatuh, dll. Semua sudah tertulis, jauh sebelum langit dan bumi diciptakan, yaitu 50.000 tahun yang lalu sebelum langit dan bumi ada. Yaitu di suatu tempat bernama Lauh Mahfudz. Ditulis dengan al qolam (pena) - makhluk pertama yang diciptakan Allah. Belum ada langit, bumi, malaikat, tumbuhan, matahari, surga, neraka, dll. Allah perintahkan kepada qolam, "Tulislah!". Dan tulisan demi tulisan itu terkadang dibocorkan kepada nabi dan rasul, tidak kepada yang lain. Takdir ada yang tidak bercabang, ada yang bercabang. Misal takdir yang bercabang: seorang meninggal tahun sekian, namun jika ia menyambung silaturahim maka ia akan mundur wktu meninggalnya jadi tahun sekian.

Wahyu berbeda dengan firasat. Misal Wahyu : ada seorang lelaki yang sangat berbakti pada ibunya, yaitu Uwais. Allah membocorkan info itu kepada nabi. Firasat memang ada, tetapi bukan wahyu; ia bisa menuntun seseorang untuk berbuat : mengucapkan sesuatu yang sesuai kehendak Allah, Allah yang menuntunnya. Misal Fudhail bin Iyyadh sering berdoa supaya Harun Al Rasyid dipanjangkan umurnya. Semua orang heran. Sampai ketika Harun al rasyid wafat, orang orang baru paham, bahwa memang sepeninggal Harun, orang muslim diuji dengan musibah yang sangat besar, sampai Imam Ahmad dipenjara dan disiksa oleh anaknya Harun, yaitu Al Ma'mun, Khalifah pertama yang keluar dari sunnah, yang menyimpang dari ahlus sunnah wal jamaah. Ulama ahlus sunnah disiksa. Yang paling keras siksanya : Imam Ahmad karena tidak mau mengatakan bahwa quran itu makhluk. 

Ini adalah firasat Fudhail, bukan wahyu. Allah menggerakkan Fudhail untuk berdoa hal itu. Fudhail pun tidak tau jika akhirnya nanti akan terjadi demikian. Ini firasat, bukan wahyu. Jangan pernah mengatakan bahwa si fulan merasa ajalnya sudah dekat hanya karena mengirimkan pesan2 'terakhir' kepada kita. Tidak, ia tidak dibisiki malaikat bahwa besok akan mati. Karena hanya Nabi dan Rasul yang diberi tahu akan mati, itupun sesaat sebelum nyawa dicabut. Nah, Allah yang menggerakkan hamba yang akan meninggal itu; bukan mendapat wahyu dari Allah. 

CATATAN DI RAHIM IBU, selain catatan di lauh mahfudz; yaitu pada saat 4 bulan berada di rahim ibu kita. Catatan itu diulang lagi, khusus untuk masing-masing kita. Sebelum kita 9 bulan dalam rahim ibu, kita adalah bersama ayah kita (yaitu sejak ayah kita lahir, di sulbi ayah), sampai ayah menikahi ibu, dan air mani ayah masuk ke rahim ibu. Jadi lebih lama dengan ayah sebenarnya; sehingga manusia itu dinasabkan kepada ayah, bukan kepada ibu. 

Catatan di dalam rahim ibu ini Allah rinci menjadi 4 : ajal, rizki, amal, bahagia/celaka. Ajal dan rizki itu pasti sinkron. Selama masih ada umur, maka rizki itu masih akan ada. Jika rizki sudah habis, berarti ajal pas menjemputnya. Tentang bahagia atau celaka : Abu jahal tertulis sebagai celaka, saat berada dalam rahim ibunya. Imam Syafii, Imam Ahmad, insya Allah, di dalam rahim ibunya tertulis sebagai bahagia. 

Nah, catatan ini mengapa harus diulang kembali saat berada di dalam rahim ibu? Sifat catatan pertama (saat di lauh Mahfud) adalah 'pena telah diangkat, tinta sudah kering' --- maka tidak akan mungkin ada perubahan. Berbeda dengan sifat catatan kedua : ada beberapa kemungkinan. Misal Allah mengatakan "tulis umurnya sekian tahun!, tapi jika ia rajin menyambung silaturahim, maka tulis sekian". "Tulis ia sakit ini sampai sekian bulan, tapi jika ia rajin shodaqoh, maka ia hanya sakit sekian pekan." 

Inilah.. Seandainya lautan menjadi tinta, dan pohon menjadi pena untuk menulis firman Allah, maka tinta sudah habis, namun firman Allah masih belum habis. Yang dimaksud firman Allah di sini bukan lah alquran, namun catatan2 untuk seluruh orang, semua ada. 

Pada kemungkinan kedua ini, kita boleh bersikap atau tidak bersikap : jika ingin panjang umur, maka sambung silaturahim -- gunakan lah, manfaatkanlah, silaturahim supaya umur kita dipanjangkan oleh Allah. Ini janji Allah, raihlah janji ini. Termasuk yang ingin diluaskan riskinya, silaturahim juga. 

2. KEHENDAK

Takdir semuanya adalah kehendak Allah. Iblis tidak mau taat, adalah kehendak Allah. Crane di masjidil haram jatuh, adalah kehendak Allah. Abu Sofyan akhirnya menjadi sahabat padahal tadinya musuh, ini adalah kehendak Allah. Tidak ada kejadian yang hadir tanpa kehendak Allah. 

Lalu muncul pertanyaan, "Berarti Allah menghendaki keburukan donk?"

Nah, dalam hal ini, Ulama membagi kehendak Allah menjadi 2, yaitu 
a. kehendak kauniyah : kehendak Allah yang pasti terjadi, bisa baik-buruk, halal-haram, haq-bathil. misal firaun tenggelam tidak mau beriman pada musa, dll
b. kehendak syar'iyyah : kehendak Allah yang pasti baik, tidak mungkin buruk. Nah, tentu terkait kehendak ini, pastinya Allah menghendaki seluruh kaum muslimin sholat, Allah menghendaki orang yang sholat itu sholat sebagaimana nabi sholat. Apakah semua terjadi? Tidak semuanya bisa terjadi. 

Sama dengan masalah hidayah, jika kita tidak membaca penjelasan ulama, kita akan bingung dengan 2 ayat ini : 
- Nabi Muhammad tidak bisa memberi hidayah kepada orang yang beliau cintai
- Nabi Muhammad bisa memberi hidayah menuju jalan yang lurus
Di sinilah, para ulama tampil : bahwa hidayah ada 2, yaitu hidayatu taufiq dan hidayatul bayyan. Hidayah taufiq hanya milik Allah, misal tadiinya kafir, kemudian masuk islam, ia mendapat hidayatu taufiq. Nabi tidak sanggup mengubah seorang itu kepada muslim. Allah yang memberi. Hidayatul Bayyan : keterangan, cara sholat, haji, mencium hajar aswad, dan lain lain. Misalnya mencium hajar aswad itu harus sambil tawwaf, jika tidak bisa dicium, bisa pake tangan lambaian (tidak dicium), atau tongkat lalu dicium. Ini milik Nabi, bahwa nabi memberikan hidayah menuju jalan lurus, kapan begini begitu, bagaimana cara ini itu, dst. Ini hidayatul bayyan, bukan hidayatut taufiq. Hidayatul bayyan boleh ambil atau tidak. 

3. CIPTAAN

Takdir itu ciptaan Allah, bukan ciptaan kita. Kehidupan di muka bumi ini tidak liar, ada yang mengatur. 

4. DIKETAHUI OLEH ALLAH

Semua sudah Allah ketahui. Tentang hal ini, orang kafir pun akan tau, bahwa "Tuhan Maha Tau". Maka, para ulama, ini menjadi pertanyaan terakhir (setelah ke-3 poin di atas) untuk mengkafirkan mu'tazilah, "Allah sudah tau apa belum, apa yang besok kamu alami, dan akhir kehidupanmu?" Jika orang mu'tazilah menjawab tau, maka belum boleh kita kafirkan. Sedang jika ia menjawab bahwa Allah belum tau akhir hidup kita seperti apa, maka sudah boleh kita kafirkan.

#resume kajian ustt muhtarom

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)