curhatibu.com

Jauhi Berkata Atas Nama Allah Tanpa Ilmu


Adab ke-52 dalam menuntut ilmu (link mp3 di sini )
1. Menjauhi berkata atas nama Allah (yaitu tentang agama) tanpa ilmu, dan 
2. Hendaklah (kita tidak mau-malu) mengatakan Allahu A'lam (tidak tahu) terhadap perkara yang tidak diketahui. 
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui" (Q.S Al Araf 33)
Termasuk dosa besar adalah berbicara terkait agama tanpa ilmu. Sekarang ini betapa banyak orang yang sekedar bisa ngomong, langsung disuruh menjadi ustad. Ilmu yang dimaksud adalah belajar, belajar itu dengan guru, dan dengan waktu yang lama. 
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.(Q.S An Nahl 116)
Ibnu Mas'ud berkata, "Siapa yang tau, katakan. Siapa yang tidak tau, hendaklah mengucapkan Allahu A'lam" atau "Aku tidak tahu". Karena termasuk ilmu adalah mengatakan terhadap perkara yang tidak diketahui, "Aku tidak tahu".

Jika seorang alim meninggalkan kata "tidak tau" maka ia akan bisa berfatwa sesuatu yang salah. Bahkan kalaupun benar, benarnya itu dianggap salah, karena benarnya itu hanya kebetulan - prosedurnya salah - akibat ketidaktahuannya. Seperti kita mengerjakan soal pilihan ganda Benar-Salah yang kita kedapatan soal yang tidak kita ketahui, lalu kita jawab asal; sekalipun benar, ya kita sebenarnya tidak tau jawabannya. 

Lebih buruk dari kebodohan adalah menyampaikan sesuatu dari sumber yang tidak terpercaya, atau menyampaikan sesuatu yang saya tidak tahu. Lebih baik mengatakan, "Tidak tahu". 

Bahkan murid Imam Malik mengatakan, "jika saya mau mengatakan seluruh perkataan Imam Malik, maka akan penuh catatan saya dengan perkataan Tidak Tahu". Padahal, ini sekelas Imam Malik. 

Al Qurtubi mengatakan dalam tafsirnya surat Al Baqarah 32, " Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" : yaitu

Al Haitsan bin Jamil, mengatakan, bahwasanya Imam Malik ditanya 48 masalah, atas 32 masalah jawabannya "Laa Adri.." - saya tidak tau. Berkata Ibnu Hurmuts rahimahullahu ta'ala, "Sepatutnya bagi seorang ulama mewariskan kepada murid-muridnya (setelah sepeninggalnya) untuk mengucapkan saya tidak tau. Sehingga itu menjadi prinsip di antara mereka, sehingga tatkala ia ditanya masalah yang tidak diketahui, dia mengatakan 'tidak tau'". Inilah mengapa kaedahnya, "punya ilmu dulu sebelum berdakwah, belajar dulu sebelum jadi pemimpin. " karena kalau sudah terlanjur masuk tipi, atau jadi pemimpin, mau bilang tidak tau jadi sungkan."
Adab 53 - Memperhatikan Tingkatan Para Ulama
Kita harus mengenali ulama. Misal : siapa Imam Syafii, siapa Imam Abu Hanifah, dan ulama siapapun kita kenali dengan membaca biografinya. Supaya kita tau/kenal ulama yang sedang kita bicarakan. Salah satu kitab yang membahas biografi para ulama adalah Siyaar Alam an Nubala - Imam Adz Dzahabi. Pengetahuan kita tentang para ulama ini gunanya untuk dapat menempatkan posisi para ulama sebagaimana mestinya. 

Ulama yang derajatnya tinggi dalam ilmu, jangan direndahkan. Orang yang derajatnya rendah dalam ilmu jangan ditinggikan. Supaya tidak kebolak balik. Jangan sembarangan mengambil ilmu. Supaya kita tau apakah seseorang itu layak berbicara dan diambil ilmunya, atau tidak. Realita saat ini berbolak-balik. Semua karena tidak mengenal siapa yang berbicara. 

Para Ulama mengatakan, "Seorang guru dengan murid ibarat seorang ayah dengan anaknya. Bahkan lebih afdhol. " Tidak kenal dengan guru itu lebih jelek daripada tidak mengenal ayahnya sendiri. Ini menyakup ulama jaman dulu dan juga jaman sekarang ini. Belajar biografi para ulama itu menyenangkan, dan akan bisa memotivasi kita, banyak pelajaran yang kita dapatkan. Belajarlah biografi seseorang itu dari orang yang dikenal, bukan dari orang yang membenci orang tersebut. 

Adab 54 - Tidak Mendahului Para Ulama
Sopan terhadap para ulama. Riwayat dari Abdullah bin Umar, beliau berkata telah bersabda Rasulullah bertanya, "Beritahukan kepadaku tentang sebuah pohon yang pohon ini perumpamaannya seperti seorang muslim, yang memberi buah kepada setiap muslim dengan seijin tuhannya, dan daunnya tidak jatuh?" Kata Abdullah ibnu Umar, 'di dalam hatiku ada jawabannya : pohon kurma. Namun, aku tidak mau menjawab karena aku tau di sana ada Sahabat Abu Bakar dan Umar .' Ketika sahabat Abu Bakar dan Umar diam saja, lalu Rasulullah menjawab langsung, "maksudnya adalah pohon kurma". 

Tatkala aku telah keluar bersama ayahku, "Wahai Ayah, sebenarnya di dalam hatiku sudah ada jawabannya". Lalu ayahnya berkata, "Apa yang menghalangimu menjawab?". "Tiadalah yang menghalangiku menjawab melainkan karena di sana ada ayah dan sahabt Abu Bakar, sementara ayah dan Abu Bakar tidak menjawab".

Ini merupakan sesuatu yang menunjukkan kesempurnaan akhlaq; karena jika secara hukum boleh boleh saja seorang penuntut ilmu berbicara padahal di sana ada gurunya - jika memang ada perlunya, bukan untuk menunjukkan dirinya/mendahului gurunya.  
Adab ke 55 - Menunjukkan Kebutuhan Terhadap Ilmunya Guru
Sepatutnya bagi seorang penuntut ilmu menunjukkan kebutuhannya terhadap ilmu, menunjukkan keinginannya yang sangat terhadap ilmunya sang guru. Syeikh Abdurrahman As Sa'di saat mengisahkan Nabi Musa dan Nabi Khidir, Nabi Musa mengatakan, "Wahai tuan guru apakah saya boleh mengikuti Anda, mau belajar kepada Anda..." Nabi Musa menunjukkan kebutuhannya pada ilmunya sang guru. Dan ia saat belajar harus menunjukkan sedang rindu dan butuh atas ilmu itu. 

Berbeda dengan orang yang sombong : tidak menunjukkan kebutuhan atas ilmu guru, ia belajar tapi seakan tidak butuh, tidak mengakui bahwa ia telah mendapat ilmu. Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang murid selain menunjukkan kebutuhan akan ilmunya guru, dan berterimakasih kepada guru tersebut. 


Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)