curhatibu.com

Majelis yang INDAH


Inilah majelis yang kurindukan sejak dahulu. Majelis yang penuh cinta dan semangat menuntut ilmu Allah, di dalamnya. Majelis yang penuh kesungguhan belajar melafadz ayat-ayat Qur'an. Ya, di sini, di tempat ini. 

Di sini, kita "murni" belajar ilmu Allah, Qur'an dan Sunnah. Tidak ada ajakan bergabung ke organisasi, golongan, atau partai tertentu. Tak peduli apa latar belakang kita, tak peduli apa partai afiliasi kita, tak peduli dari golongan apa kita. Yang pasti, kita masih berada dalam satu - Islam, ya, satu ISLAM. Bukan Islam NU, Islam muhammadyah, Islam PKS, Islam "Wahabi", Islam inilah atau islam itu. Tidak. 

Dan yang begini, adalah indah, membahagiakan. Perbedaan yang terkait permasalahan khilaf memang tidak semestinya menjadi persoalan berarti. Aturannya : yakini apa yang kita lakukan itu dengan adanya ilmu yang mendasari, dengan tanpa mencela pihak lain yang punya keyakinan berbeda. Namun, untuk perbedaan yang terkait perkara pokok, atau pun yang sudah ijma'; yang telah menyimpang dari aqidah yang lurus, telah melenceng dari perkara yang sudah ijma' para ulama, adalah tugas kita mengingatkan. Barangkali mereka belum tahu, hanya ikut-ikutan, atau terbawa arus. Siapa tau, Allah memberikan hidayah melalui lisan-lisan kita kepada yang bersangkutan. Namun, jika memang hujjah telah ditegakkan, dan yang salah tak jua mau berubah malah berdalih; ya sudah..kewajiban kita menasehat sudahlah gugur. Inilah..

Ya, majelis yang indah. Saling mengingatkan, saling menyayangi, saling mencintai. Karena kita semua adalah muslim, dan setiap muslim adalah saudara kita. Jauhkan dari cela mencela, jatuh menjatuhkan, ejek mengejek; apalagi sampai "memecat" seseorang sebagai saudara hanya karena berbeda pendapat/berbeda organisasi/berbeda partai. 

Rasanya sungguh indah. Majelis yang di dalamnya diperbincangkan "apa kata Allah, apa kata Rasulullah", "apa perintah-larangan Allah, bagaimana teladan Rasulullah"... bukan majelis yang memperbincangkan, "apa kata saya, apa kata ustad saya...apa perintah saya, apa larangan pimpinan saya". Kalaupun ada, semuanya dikembalikan kepada "apa kata Allah, apa kata Rasul" atas apa yang saya,ustad,maupun pemimpin saya sampaikan. 

Semangatnya itu lho... beda. Tidak ada keinginan "terselubung" mengajak peserta majelis ikut partai/organisasi/golongannya/pendapatnya. Tidak ada. Yang ada adalah keinginan sebenarnya mengajak peserta majelis ikut Allah dan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Tak menjadi masalah, jika peserta majelis tidak mau ikut apa kata ustad, kyai, pimpinan, partai, golongan, organisasinya; yang penting para peserta majelis ikut apa kata Allah, apa kata Rasulullah. 

Kesemuanya...jika demikian, akan adem; adem sekali. Tenang. Ya.. Dan saya bisa katakan, "Ini lho Islam-ku.." bukan Islamnya partai A, B, D; bukan Islamnya organisasi F, organisasi G; bukan Islamnya negara Indonesia, Arab, atau Australia. Bukan. Ini Islam kita semua.. Islam yang berdasar pada Qur'an, dan Sunnah Rasulullah, yang dipahami berdasarkan pemahaman para salafush shalih (shahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in). Inilah Islam. 

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)