curhatibu.com

Rahasia Nikmatnya Menghafal Al Quran



Rahasia nikmatnya menghafal al quran berdasarkan nasehat dari Ust Deden Mikhyaruddin

Pertama : Niat

Jangan menganggap sepele persoalan niat. Bahkan seringkali niat lebih penting daripada amalan itu sendiri. Berbeda dengan aktivitas dunia, semisal makan. Makan, jika sekedar niat, maka tidak akan kenyang; sedang makan tanpa niat, bisa kenyang. Tapi untuk urusan agama, ibadah pada Allah dalam hal ini menghafal quran, justru niat inilah yang penting. Seorang menghafal quran tanpa niat, maka menghafalnya tidak berkualitas. Apakah membaca quran berpahala jika tanpa niat? Sholat saja tidak sah jika tanpa niat. Begitu juga dengan penghafal quran; jika ia telah meniatkan menghafal quran, sekalipun belum sampai pada tujuan, maka sudah terhitung pahala.

Para sahabat ada yang disebut dengan Qurro, yaitu sahabat yang menghafal Al Quran. Qurro itu jama' dari Qori', jadi bukan huffadz. Apakah para shahabat yang disebut qurro itu hafal quran 30juz? Tidak. Lalu apa yang mereka hafal? Yang mereka hafal adalah ayat ayat yang sudah turun; karena masih banyak ayat ayat yang saat itu belum turun.

Nah mengapa mereka tetap dihitung sebagai Hafidz Quran? Yaitu karena niatnya. Seandainya mereka masih hidup sampai quran turun semuanya, niscaya mereka akan menghafal keseluruhnya.

Untuk itu, bagi kita semua, yang sudah tidak muda, dan tidak punya waktu khusus untuk menghafal lagi; maka niat jangan sampai padam. Ikhtiar menghafal quran, sekalipun satu harinya kurang dari 1 jam; lakukan. Niat jangan padam, ikhtiar jangan ketinggalan, walaupun 1 huruf. Karena andaipun Allah mengambil nyawa kita, sekalipun belum hafal 30 juz, Allah mencatat kita meninggal dalam keadaan 30 juz hafalan; karena seandainya kita bisa lebih panjang umur, maka tentunya bisa sampai selesai. Maka jangan berhenti menghafalnya.

Hafalan tidak dihitung berdasarkan ayat, melainkan HURUF

Bertambahnya hafalann kita tidak dihitung berdasarkan pertambahan ayat, melainkan pertambahan huruf, "Alhamdulillah hari ini sudah bertambah 1 huruf!". Kira kira ada tidak muslim yang tidak sanggup menambah hafalan 1 huruf per hari? Jawabnya bisa jadi tidak ada, tapi mungkin belum mengeksekusi saja.

Dan durasi menghafalnya itu bukan per hari; tapi per detik, "Alhamdulillah sudah menghafal 3600 detik..".

Waktu yang digunakan untuk berinteraksi dengan Quran, sekalipun hanya 1 huruf, sekalipun hanya 1 detik; bisa jadi Allah meridhoi hal tersebut.

Dengan menyadari hal itu, maka ini menjadi langkah awal untuk menjadikan proses menghafal itu nikmat. Niatnya apa? Niatnya karena Allah, bukan karena yang lain.

Menghafal Quran itu karena Allah, bukan karena INGIN menghafal, bukan karena INGIN khatam 30 Juz, karena itu biasanya terhubung dengan urusan dunia, juga akan membuat kita mudah kecewa jika ternyata Allah kasih kita hanya 1 atau 2 ayat yang terhafal.

Allah memberikan contoh dalam kisah Nabi Zakariya, beliau berdoa puluhan tahun untuk mendapatkan anak, dan Allah belum mengabulkan, namun Zakariya tetap mengatakan, "dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa padaMu", dalam surat Maryam. Mengapa bisa demikian? Karena Nabi Zakariya berdoa karena memohon ridho dan cinta dengan doa-doanya, terserah Allah mau mengabulkan atau tidak. Itu tanda orang ikhlas. Menghafal Quran pun demikian, jika niatnya karena Allah, ingin dicintai Allah, ingin mendapat ridho Allah, maka Hafal atau tidak hafal, hatinya tetap bahagia. 

Contoh : Kegiatan makan. Nikmatnya makan itu pas makannya, atau setelahnya? Tentu rasa nikmatnya adalah pada saat makan. Jika untuk urusan makan kita bisa paham, semestinya terkait menghafal juga demikian. Bahwa nikmatnya menghafal Quran itu adalah ketika sedang menghafalnya. Dikasih "bisa menghafal" saja sudah senang, sudah syukur; karena ada banyak yang bahkan tidak berkesempatan untuk sekedar menghafalkan. Urusan nanti kita dikasih Hafal atau tidak ayat yang kita hafal, maka itu terserah Allah.

Surat Al Alaq : ayat pertama adalah perintah membaca. Membaca yang benar adalah membaca yang bersama asma Allah. Kita menghafal quran itu menghafal bersama asma Allah, banyak malaikat yang menemani kita. Dan ujung dari iqro itu bukan menghafal, dan ujung dari menghafal itu juga bukan menghafal. Tujuan menghafal yang "bismirobbik" adalah bukan untuk menghafal 30 juz, melainkan untuk "DICINTAI ALLAH", lebih kuat sujudnya, lebih dekat kepada Allah waqtarib. Jika niatnya sudah demikian, maka dijamin tidak pernah kecewa dalam menghafal, dijamin tidak pernah kecewa, dan bahkan akan selalu ketagihan dalam menghafal al quran.

Ada 3 TAHAP dalam menghafal quran : Persiapan, proses dan penjagaan. Niat ini merupakan rangkaian persiapan menghafal quran. Dan yang paling penting dari proses persiapan menghafal quran adalah niatnya.

KEDUA : Menghafal Quran adalah Dzikir
Al Hijr Ayat 9, "Sesungguhnya aku telah menurunkan Al Quran dan aku akan menjaganya". Dalam ayat iin, quran disebut sebagai "adz dzikr". Bukan "al qurana". Kosakata yang dipilih adalah adz dikr. Makna adz dikr itu apa? Karena konteks di ayat ini adalah menghafal.

Dzikir ini maknanya 1.mengucap berulang, menyebut berulang ulang, 2. mengingat dengan hati, 3 mengulang bacaan dengan lidah dan hati. Maka ketika quran dibaca itu berdzikir, ketika quran yang dibaca itu diingat itu berdzikir, ketika quran diingat-ingat itu juga dzikir.

Menghafal quran adalh berdzikir. Karena dzikir yang paling afdhol adalah al quran. Membaca quran berarti membaca dzikir, menghafal quran berarti menghafal dzikir. Dan kegiatan menghafalnya pun adalah dzikir. Menghafal quran itu ibadah, yaitu ya dzikir itu.

Jika membaca tasbih, tahmid itu pahala besar; maka jika dibanding dengan membaca quran maka pahalanya lebih besar lagi.

Al Quran itu harus jadi pegangan. Saat kita dalam keadaan genting misalnya, peganglah pada ayat, bacalah ayat quran. Jika sudah bisa membaca quran dengan lisan, mengingat dengan hati dan mengulang ulang; maka kita sudah masuk tahap dzikir. Dan tahap inilah yang akan membuat pembacanya jadi hafal Quran.

Berdasarkan penjelasan imam Al Ghazali : ada 1 orang membaca quran 30 juz selama sekitar 12-an jam, atau semalaman. Yang satu orang lagi membaca 1 surat saja, bahkan bisa saja membacanya surat paling pendek; tapi membacanya selama 12-an jam juga, atau semalaman. Maka, pahalanya SAMA. Tetapi, yang membaca 1 surat itu UNTUNG, ayatnya jadi hafal. Bayangkan kita baca 1 ayat yang agak panjang, lalu kita baca selama 12 jam. Yang lain sudah baca 30 juz, tapi kita di ayat itu saja. Itu kita dapat bonus : jadi hafal ayat itu. Itu dzikir namanya.

Membaca sampai HAFAL itu namanya Dzikir. Oleh karena itu, karena dari awal menghafalnya it udzikir, maka setelah hafal pun TIDAK AKAN PERNAH BERHENTI membaca. Sehingga saking lancarnya, seluruh ayat bisa seperti membaca al fatihah, karena dari awal niatnya dzikir.

Ingat bahwa hanya dengan dzikir kepada Allah-lah hati akan tenang. TIDAK ADA CARA LAIN membuat hati tenang, kecuali dengan dzikir pada Allah. Dan membaca quran adalah dzikir yang paling utama; asal membacanya benar, caranya benar; tidak ada yang lebih menenangkan hatinya, kecuali ayat yang dibacanya itu. Jika membaca quran belum memberikan efek tenang, berarti bacaan qurannya belum sampai pada tahap dzikir.

Al Quran itu jodohnya hati. Yang namanya jodoh, dihalang-halangi pun pasti akan ketemu. Sebenarnya pasti akan sampai, ASAL HATI MAU MENERIMANYA. Al Quran itu NGEBET banget ingin masuk ke dalam hati yang beriman pada Allah, asal hati membuka diri untuk quran, maka masuk.

Menghafal quran yang karena dzikir, maka seperti air sungai yang mengalir; Tidak usah kita pikirkan bagaimana air sungai mengalir dari hulu ke hilir, pasti akan mengalir. Yang penting kita bersihkan sampah sampah dari sungai itu. Begitu juga dengan quran dan hati. Tidak akan disentuh quran kecuali dengan hati yang bersih dari segala kotoran hati. Agar quran betah di hati kita, maka hatinya harus bersih dari noda-nodanya (riya, ujub, takabbur, suudhon, dst) - maka bertemulah quran itu dengan jodohnya, yaitu hati seorang mukmin.

Jangan penuhi hati dengan sampah hati, dengan hoaks, dst. Sampai kapanpun ayat Quran tidak akan melekat dalam hati, selama hati melekat dengan dosa.

Katanya quran mudah dihafal, tapi koq pas menghafal sulit? Ingat bahwa quran itu hanya akan masuk ke hati jika hati bersih. Maka jika saat menghafal lalu hati tidak bersih, quran akan terus berusaha mendobrak, mengikis dosa yang membungkus hati. Semakin sering dibaca semakin mengelupas, hingga pada putaran tertentu baru sampai tembuslah quran itu ke hati. Quran baru akan masuk jika dosa itu sudah terkikis dari hati. Jadi jika saat menghafal itu susah, kita harus senang karena dengan cara itu Allah hendak membersihkan hati kita. Dan tidak ada pembersihnya kecuali ayat itu. Jadi jangan pindah ke ayat lain kalau mengalami kesulitan di suatu ayat; itu adalah pembersih hati kita. Nanti di bagian ayat lain ada bagian hati lain yang dibersihkan dari dosa, begitu seterusnya

Menghafal dengan cara ini, jadi dzikir, jadi bersih dari dosa. Jikalau ada kemudian seorang yang nampaknya tidak bermaksiat koq tetap sulit sekali nempel, udah ditambah istighfar taubat sedekah; maka bisa jadi dengan terus membaca mengingat berulang ulang, setiap pengulangannya bisa meninggikan 1 derajat. Orang tersebut bukan ditinggikan karena hafalannya yang banyak, tapi karena ayatnya yang terus diulang-ulang.

Jadi menghafal quran, bagaimana pun hasilnya, setiap prosesnya tentu akan menjadi nikmat.

Dengan metode dzikir ini, menghafal quran tidak perlu waktu lama, dan yang sudah menghafal pun tidak butuh waktu cepat. Orang yang menghafal quran tidak akan terpikir di pikiran kapan akan menyelesaikan proses menghafalnya. Maka orang yang menghafal seperti ini, menghafal quran bisa cepat, tapi ia tidak butuh cepat. JIka kebalikannya : hatinya pengen cepat, tapi ayatnya tidak mau cepat. Kita kekeuh pengen hafal, ayatnya kekeuh ga mau masuk ke hati. Cinta bertepuk sebelah tangan.

Kejar terus ayat-ayat itu. Karena pasti akan ada satu titik di mana ayat itu “terkejar”. Lama tidaknya ayat bisa masuk ke hati itu bukan kita yang ingin, tapi Allah yang karuniakan. Orang yang menghafal quran cepat atau lambat itu, tidak menjadi masalah bagi mereka. Mau menghafalnya cepat, mau menghafalnya lambat, sama saja bagi mereka. Keduanya tidak kurang nikmatnya. Ketika dikasih hafalan mudah, nikmat; tapi saat dikasih hafalan susah koq tidak nikmat, maka itu nampaknya hafalan quran belum menjadi dzikir baginya.

Jadi, mau seumur hidup pun tak apa-apa, yang penting Allah berikan kenikmatan dalam menghafal ini.

KETIGA : Murojaah

Murojaah itu mengulang hafalan sebelum masa ingat berakhir. Karena hafalan kita itu punya masa ingat. Misal kita punya hafalan 30 juz, contoh. Daya ingat missal 3 hari, berarti sehari kita harus membaca 10 juz tiap hari. Jika kurang dari 10 juz, berarti ada juz yang dihafal di luar masa ingatnya. JIka kita masa ingatnya 6 hari, sehari berarti harus murojaah 5 juz, jika kurang maka aka nada juz yang dihafal di luar masa ingatnya. JIka punya masa ingat 10 juz, sehari harus 3 juz, jika kurang dari 3 juz mengulang, akan ada juz yang dibaca di luar masa hafalnya. Biasanya kebanyakan hafidz yang mentok sampai masa toleransi hafal di sepekan sekali, jarang yang 1 bulan sekali. Ini namanya murojaah , mengulang hafalan sebelum masa ingat berakhir. Jika mengulang hafalan setelah masa ingat berakhir itu namanya menghafal kembali.

Entah kapan mulainya; ada tradisi murojaah quran setelah lupa. Entah dari niatnya, metode menghafal, karena bukan dzikir, entah darimana ;sehingga sampai ada metode murojaah setelah lupa.

Dalam surat Al Anfal ayat 2 : …tatkala dibacakan ayat quran kepada orang mukmin, maka bertambah imannya…

Ketika menghafal, yang bertambah pertama kali bukan ayatnya, tapi imannya. Mendengar ayat quran, yang pertama kali bertambah bukan ayatnya tapi imannya.

Telat murojaah itu bisa membuat hilang kenikmatannya. Contoh : saat orang membeli rumah, bagian yang ternikmat adalah saat membeli atau mengisi rumah itu? Atau ketika kita belanja, itu pas membeli itu nikmat, dan pakainya juga. Bahkan secara umum, bagian ternikmat adalah pas pakainya.

Murojaah quran itu semestinya menjadi bagian terlezat dalam menghafal quran. Jadi ibarat udah punya rumah, tinggal ngisi; udah punya ayat, tinggal baca.

Bisa jadi banyak alasan yg mengurangi kenikmatan : hafalan banyak yang lupa, telat setoran, guru sudah hadir kita ga punya ayat untuk disetorkan.

Jika niatnya sudah benar, prosesnya sudah dzikir, maka murojaah itu jika telat dikit saja menjadi kurang nikmat.

Orang yang paling membutuhkan quran untuk dibaca adalah orang yang sibuk. Siapa yang paling sibuk? Rasululullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali, Utsman adalah orang orang yang kesibukannya melebihi kesibukan orang orang di dunia ini.


Contoh Utsman, sebelum menjadi khalifah ia baca qurannya banyak, dan setelah menjadi khalifah maka baca qurannya makin banyak. Makin tambah amanah, makin banyak baca qurannya. Itu karena kesibukan demi kesibukan, amanah demi amanah, kerjaan demi kerjaan; tidak akan bisa selesai, tidak bisa terbantu Allah jika tidak baca quran. Kesibukan adalah alasan untuk memperbanyak bacaan quran. Supaya setiap aktivitas kita menjadi berayat dan datang cinta Allah hadir di sana. Kesibukan itu menjadi alasan untuk tambah baca qurannya, tambah murojaahnya. 

(link video : https://www.youtube.com/watch?v=X5zbvpH0F3g)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)