curhatibu.com

Puasa (?) #14


Perlukah puasa medsos? Dan mampukah saya puasa medsos?

Tantangan 30 hari puasa medsos itu cukup menantang. Hehe.

Semoga bisa ya

Medsos nya apa saja? Medsos yang dianggap menggangu dan meresahkan sih. Hehe.. yang setelah kita evaluasi, ternyata banyak menyita waktu. Oh iya, bisa kita cek manual, perkiraan; atau liat pemakaian aplikasi dari hp masing masing. Biasanya ada tuh, berapa lama kita memakai aplikasi aplikasi tersebut. Nah, dilihat saja. Oh iya, fyi, berdasarkan penelitian, orang biasanya ngecek hape bisa sampai 300 kali per hari lho.. apakah kita bisa menguranginya?

Mari kita coba..

Kalau saya sendiri sih, medsos yang dirasa mengganggu adalah Instagram, status WhatsApp, Grup2 tidak penting, juga Facebook. Dan satu lagi : YouTube. Ternyata cukup memakan waktu juga. 

Mulai deh caranya :

1. Hapus aplikasi sosmed itu di HP. 

Jangan sekedar dihide. Hehe.. saya sudah pernah mencoba. Hasilnya : saya tetap buka, meski harus beberapa step tambahan, karena saya simpan di beberapa folder tersembunyi. Makanya, jangan sekedar dihide, tapi uninstall. Ya, meskipun bisa aja kita unduh lagi di playstore tapi setidaknya lebih butuh effort dan kuota.. wkwkwk. Jangan unduh dulu lah.. katanya mau puasa medsos..

2. Nonaktifkan notifikasi. 

Untuk aplikasi yang tidak mungkin saya uninstall, mengingat ada beberapa alasan yg membuatnya penting untuk tetap ada, seperti WhatsApp; ya solusinya matikan notif. Percaya atau tidak, notif yang muncul itu semacam dopamine yang bikin ketagihan. Jadi, ketika kita buka hp, mendapati ada 'merah merah' huaa ada rasa bahagia gimana gitu. Haha.. "ada pesan baru!!" Padahal ya ngga juga. Ini makanya, kita selalu tergoda mengecek hp. Karena perasaan itu, membuat kita ketagihan, ingin lagi dan lagi. 

Termasuk juga notif like, comment untuk aplikasi seperti Instagram. Jadi, matikan notif. Kalau memang ada yg benar benar butuh/penting, pasti mereka akan nelpon. Kalau belum terlalu penting, ya gpp. 

Nanti, kita bikin komitmen ke diri sendiri, "oh oke, saya buka WA nya nanti pas pagi, siang, malam masing masing 1kali saja. " Insyaallah ga ada ketinggalan info koq. Ya kecuali kita memang lagi ada perlu, atau butuh diskusi; nah memang perlu buka lebih banyak. Ini mengapa saya tidak bisa menghapus sama sekali aplikasi ini. 

Lagian, jika berhasil puasa WhatsApp ini, dari 300 kali ngecek, menjadi 3-5 kali ngecek aja itu sudah merupakan prestasi kan. Ada sekian detik, dikali 295x yang bisa kita pakai kegiatan lain. Keren kan? Dan kita ga gampang keganggu aja sih, dengan info/percakapan yang sebenarnya kita nggak perlu tahu

Itu aja dulu ya.. selebihnya apa? Ya nanti kita lihat saja ke depan. Apakah kedua cara itu berhasil. 

Komitmen, mau tidak mau, memang nomor 1. Kalau udah ga komit pada diri sendiri, gagal lagi gagal lagi.

Oh iya, beberapa hari saya mencoba mengurangi konsumsi medsos dan HP, saya sudah berhasil (kembali) mengkhatamkan beberapa buku. Yang mana, saya sudah lupa kapan terakhir kali menyelesaikan 1 buku. Itu prestasi bukan? 

Wow.. dan memang jika tanpa HP, kita bisa lebih fokus sih. Fokus untuk tidak pegang2 itu hp, fokus untuk tidak sibuk update story/status tentang apa yang kita baca. Saya sudah pernah jelaskan di tulisan sebelum ini.

Dan Masyaallah.. semoga bisa saya lanjutkan. 

Termasuk juga saya ada lebih banyak waktu bersama anak, bermain bersama mereka. Saya bisa membangun beberapa bangunan/bentuk dari Lego lego nya Ghuma, juga bisa ikut kejar2an atau jalan jalan bersama Hilyah. Termasuk juga, saya tidak terlalu sibuk update "melas" tentang hebohnya saya ketika hilyah sakit. Meski tetap juga ditulis di blog. Hehe.. gak papalah ya.. itulah sebenarnya manfaat blog saya : curhat.

Satu lagi : saya bisa belajar posting tulisan di blog ini setiap hari. Bukan sekedar status/story/caption yang cuma bisa sedikit karakter; tulisan saya targetkan per hari 1000 karakter . Kalau bisa sih, dalam 1 tulisan atau judul. Tapi kalau tidak bisa, ya 2 tulisan ya. Soalnya kalau terlalu pendek, kurang seru, dan kurang menantang. Ketika dipaksa menulis lebih panjang, ternyata ide nya keluar lagi dan keluar lagi. Bahkan beberapa kali kelebihan karakter. Asyik kan.. kamu merasa blog mu sudah berdebu?Cobalah untuk puasa medsos, dan beralih ke tulisan di blog. Insyaallah sangat oke lah.

Btw.. kenapa akhirnya saya menulis tulisan ini? 

Hm. Saya nulisnya di HP. (lho koq HP lagi?) Iya. Karena laptop saya sedang dipakai oleh anak saya. Jadi gakpapa pakai HP. Tapi bedanya, jika sebelum puasa medsos, setiap buka HP saya akan cek : chat WA, scroll status WA, cek notif Instagram, scroll feed, termasuk di kolom pencarian, juga di FB scroll aja dari atas sampai bawah, "ada kabar apa?". Tapi kali ini tidak. Hal hal tersebut sudah "ga ada" jadi..HP saya sepi. Trus? Ya udah, buka blogspot aja.. nulis. Lumayan bisa jadi tulisan ini.

Eh iya, saya inget, ada 1 lagi cara supaya bisa puasa medsos : logout dari seluruh aplikasi. Misal di FB logout, Instagram juga, WhatsApp web juga. Yang di laptop, yang di browser hp juga. Semuanya. Supaya kita ga terlalu mudhs ketika membukanya. Sehingga jadi males buka.

Well. Itu aja sih yang ingin saya bagi. Tapi, kenapa sih, harus repot repot melakukan ini? 

Hm.. jawabannya : rasanya ada banyak momen yang hilang, waktu yang terbuang, kenangan yang tetiba terlewatkan, dan usia yang tetiba menua kencang; karena terlalu sering menengok layar. Manfaatnya? Nihil. Terlalu sedikit sih, ketimbang mudhorotnya. Termasuk juga banyak sekali obrolan yang menjadi membosankan dan menyebalkan, karena terganggu dengan prosesi pengecekan HP di setiap kalimat yang tercakapkan. Padahal, obrolan langsung itu, sampai kapanpun, tidak akan bisa tergantikan feeling nya, dengan obrolan via media. Apalagi sekedar obrolan berupa ketikan. Pun curhat lho, kata psikolog, pak Dedy Susanto, mau nulis, ngetik berapa ribu karakter curhatan, tetap ga bisa menggantikan keluarnya kata dan curahan hati lewat lisan. Seperti itu.. jadi, kenapa yang demikian, harus tergantikan? Ayolah..

Kecanggihan teknologi jangan membuat kita jadi semakin tebal jaraknya dengan orang di sekeliling kita donk.. Teknologi seolah membuat kita bisa terhubung ke banyak orang; tapi nyatanya tidak sih. Kata motivator nasional, pak Arvan Pradiansyah, "High Technologi, High Touch". Hm.. maksudnya : makin canggih teknologi yang ada (yang bisa menghubungkan kita dengan banyak orang, di manapun dan kapanpun), itu menjadikan kita semakin butuh sentuhan langsung dengan manusia. 

Maka tidak heran, ada yg mengatakan, bahwa orang yang makin sering posting, update tentang apapun tentang dirinya di medsos itu, biasanya orang yang kesepian. Padahal, ada banyak yang interaksi dengannya. Tapi, karena bukan di dunia nyata, maka hubungan psikologis nya tidak terbangun. Dan orang banyak tertipu. Banyak hal yang kemudian membuat kita lebih memilih ngobrol via chat online, ketimbang bertemu yang bersangkutan. Padahal, dengan bertemu, face to face, komunikasi yang terjalin lebih baik, bahasa tubuh bisa terlibat, dan hubungan batin-kedekatan lebih terbangun.

Ya, masih banyak sih, hal negatif yang timbul dari sosmed itu. Di YouTube banyak yang bahas. 

Materi yang saya tuliskan juga dari pembahasan mereka, yang saya cocokkan dengan pengalaman saya pribadi.

Pertanyaan selanjutnya : saya udah tau dampak negatifnya, apakah saya bisa mengamalkan tekad puasa medsos saya? 

Mari kita lanjutkan.. bismillah. 

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)