curhatibu.com

Perasaanmu, perasaanku, sahabatku...

“Maka biarlah ianya menjadi satu pertemuan yang mengesankan, hingga nantinya selalu tersyiarkan dalam hati bahwa kita adalah saudara yang dipertemukan dan terpisahkan oleh hal-hal kebaikan…” (gerbang UGD RS Karyadi Semarang; 12 September 2011, 16:40)



Suatu hari mencoba kembali merenda sebuah jalinan cinta di antara kami. Jalinan cinta yang ter-eratkan oleh pertemuan demi pertemuan yang dahulunya menghiasi setiap langkah dan tutur perjalanan kita. Ya, mungkin bolehlah saya menyebutnya sebagai skenario ukhuwah yang begitu cantik, indah. Biarlah, mungkin tidak untuk yang lain, tapi cukuplah untukku saja rasa ini. Meski saya berharap pula untuk yang lain merasai hal yang sama.



Dua kata yang kemudian disatukan menjadi sebuah akronim. Pendek, singkat. Namun nyatanya, mampu memberikan warna-warni yang teramatlah indah untukku. Tentang akronim ini, biarlah hanya saya, dan orang-orang tertentu saja yang tau, bukan hal yang utama terbahaskan di sini.



Ada hal lain yang ingin tersampaikan di sini, yakni mengenai persahabatan itu sendiri, mengenai persaudaraan. Saya yakin bukan hanya saya yang kerap merasakan hal ini, melainkan beberapa kawan lain, ataupun Anda yang membaca tulisan ini.



”Status akal seseorang tergantung pengalaman terakhir yang dirasakan... Setiap kali memikirkan seseorang, Anda akan teringat pada perasaan terakhir Anda terhadapnya”



Ya, kira-kira seperti itu kutipan yang saya ambil dari buku Dahsyatnya Berperasaan Positif, tulisan Dr. Ibrahim Elfiky. Mengenai kutipan itu, nyatanya ada yang bisa kita ambil pelajaran di dalamnya.



Pernahkan kita merasakan cinta pada sahabat, saudara, kawan, teman kita? Ehm..cinta yang saya maksud bukanlah cinta yang ’tidak halal’ ya.. Mestinya pernah. Merasai sayang pada seorang, dua, atau tiga orang sahabat, bahkan lebih. Banyak pengalaman indah, menarik, menyenangkan bersama mereka. Terasa bahagia tatkala membersamainya ke suatu tempat. Merasa mendapatkan kepercayaan tatkala ianya berkenan berkisah tentang kisah, kasih, hingga keluh yang sedang dirasanya. Mendapat bantuan tatkala diri kesusahan dengan aneka beban yang sering membuat ingin gunungan pikiran tersemburkan semua. Yah, dan semuanya... terlalu banyak jika harus disebutkan satu per satu di sini. Yang pasti, telah begitu banyak hal yang membuat kita mencintai, menyayangi, merindui mereka, sahabat-sahabat kita...



Namun, entah mengapa, kadang, semua itu hilang. Luntur seketika menjadi satu pemikiran dan perasaan baru, yang seolah melupakannya. Saya sebut kutipan lain pada buku yang sama.



”Scotoma terbilang berbahaya, karena membuat seseorang memberi perintah langsung kepada akal bahwa dia tidak bahagia. Scotoma itu perasaan yang menyebabkan lupa, yang seolah memberi perintah langsung kepada akal tentang ada atau tidak adanya sesuatu. Misalnya saja, kita ribut mencari kacamata, padahal kita sedang memakainya. Semacam perintah langsung kepada akal bahwa seseorang tidak melihat apa-apa, padahal ada di hadapannya. Akal mengabaikan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebahagiaan. Ia pun sedih. Sebab, akal hanya bisa fokus pada satu informasi dalam satu waktu”



Ya, kadang atau mungkin sering, ada hal-hal yang membuat kita dan sahabat kita berselisih. Apapun itu. Banyak alasan untuk itu, mungkin. Dan terkadang, itulah yang terjadi sebagaimana kutipan yang saya ambil, yaitu akal kita tergantung pada perasaan terakhir kita pada seseorang. Dan hal tersebut seolah melupakan rentetan perasaan dan peristiwa yang terjadi sebelumnya.



Itulah yang sering terjadi. Persahabatan yang telah terjalin erat, sangat erat, harus terputuskan hanya karena satu persoalan saja. Satu persoalan ringan, atau sederhana, yang akhirnya sangat mampu mengacaukan perasaan yang telah dibangun selama ini.



Maka itulah yang menjadi harap saya, bahwa, saya ingin setiap pertemuan terakhir kita menjadi hal yang mengesankan. Hingga akan senantiasa tersyiarkan dalam hati hati kita, bahwa kita adalah sahabat, saudara, kawan, atau apalah itu namanya. Dan hubungan yang telah dengan baik kita bangun adalah bukan atas dasar apapun, melainkan hanyalah kebaikan. Karena yang ingin kita bangun dan pertahankan adalah hanyalah kebaikan-kebaikan yang dipunya oleh sahabat kita, dan di antara kita.



Jagalah perasaanmu, perasaan sahabatmu... jagalah pertemuan di antaranya...hingga saat terpisahkan, hanyalah kebaikan yang teringatkan di antara keduanya.... Semoga mampu seperti itu....



-lama sekali tidak mengeluarkan apa yang sedang dipikirkan dalam bentuk tulisan. Dan ternyata itu tidak baik untuk ’kesehatan’... –



Semarang, 13 September 2011; 03:34

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)