Seandainya mereka mengenal Islam...

Baru saja menyaksikan sebuah film drama korea, mengisahkan kehidupan dokter dan aneka aktivitasnya. Yang diceritakan ini tentang dokter yang spesialisasinya menangani operasi pasien. Menarik, ku bilang. karena ada ilmu yang mereka sampaikan. Apalagi untuk anak-anak kedokteran, pasti sangat menantang bagi mereka. Ya, paling tidak, melihat pengalaman-pengalaman operasi yang dilakukan dokter. Membayangkan aku adalah mahasiswa kedokteran, sebagaimana beberapa tahun lalu sudah berada di genggaman. Meski kemudian, ternyata aku lebih bersyukur, karena sekarang kudapati kehidupanku dan keluargaku lebih baik...

Well... Ada hal lain yang lebih menarik ingin kusampaikan di sini. Apakah? Ada satu potongan percakapan dokter dan pasiennya. Ku ambil berikut ini,
"Dokter, mengapa kau menyelamatkanku?", kata seorang pasien, yang saat itu masih terlampau lemah karena baru saja tersadar dari bius operasinya. Dalam kisah tersebut, pasien ternyata ingin bunuh diri dengan meminum cairan yang mengandung amonia.
"Tadi, ketika kami mengoperasimu, tiba-tiba saja pembuluh darahmu terputus. Hal itu karena amonia merusak organ tubuhmu! Tapi kemudian, kami mencoba menjahitnya, dan berhasil, organ tubuhmu kembali berjalan seperti semula. Meski kau sudah ingin mati, tapi tubuhmu masih ingin hidup dan bekerja kembali...", begitulah penjelasan dokter tersebut.

Taukah apa yang menyebabkan pasien tersebut ingin bunuh diri? Ya, dia punya hutang hanya sebesar 5000 won. Ehm...hingga dia ingin mengakhiri hidupnya.

Hal kedua yang kita lihat, dokter mengatakan bahwa "Tubuhnya masih ingin hidup.." sebagai alasan pasien belum mati karena bunuh diri.

Okey, nanti kita akan melihat apa yang ingin kita simpulkan di sini... Kita beralih dulu pada kasus kedua,
"Dokter, tolonglah berpura-pura mengoperasi saya. Saya ingin berat badan saya turun, tapi saya sangat takut dioperasi. Saya berada di sinipun karena suami saya yang menyuruh. Tak akan sanggup saya menolak permintaannya, Dok, karena bisa-bisa dia akan menceraikanku... saya tak akan bisa hidup tanpanya...! Ku mohon....", bujuk seorang ibu paruh baya berbadan "cukup besar" (obesitas).
"Maaf, kami tidak bisa melakukannya, Bu. Kami tidak bisa berpura-pura untuk itu...!", kata sang dokter. Dokter itu sudah mulai gusar, karena sedari tadi, hal itu yang dikatakan oleh sang Ibu. Padahal, waktu operasi tinggal sebentar lagi.
"Dokter, saya takut ditinggalkan oleh suami saya.", kali ini sang Ibu mulai lebih tenang. Dokter yang mendengar penjelasan itu bergerak lebih dekat ke arah Ibu, dan kini tengah duduk pada sebuah kursi di sebelah tempat tidur pasien.
"Sebenarnya, saya tahu bahwa suami saya selingkuh. Tapi saya tidak pernah bertanya padanya. Sekali lagi, saya sangat takut dia akan menceraikan saya. Pun operasi saya ini adalah karena saya tidak ingin suami saya punya alasan untuk menceraikan saya dengan tubuh saya, Dok", sang Ibu tertunduk, dan dokterpun mencoba lebih menenangkannya.

Sudah...demikian saja tulisan kali ini. Jadi, apa simpulan yang bisa diambil? Seandainya manusia menyadari benar bahwa ada yang mengatur kehidupan ini, maka kupikir hal itu tidak akan terjadi. Tidak mungkin seorang bunuh diri hanya karena mempunyai hutang. Apalagi, jika dia tahu bahwa hal itu sangat dibenci oleh Tuhannya.

Selain itu, jika seorang manusia tahu ada Allah yang mengatur hidup matinya, maka seorang dokter yang berhasil menyembuhkan seorang pasien akan mengajak pasien untuk bersyukur karena ternyata masih diberi kesempatan untuk hidup, memperbaiki diri. Bukan karena hal yang kebetulan, atau karena tubuhnya masih ingin hidup, apalagi karena kehebatannya dalam mengoperasi si pasien, bukan. Melainkan karena Allah yang telah menyelamatkannya.

Seorang istri, tidak akan sepenuhnya menggantungkan dirinya pada suami, hingga menyandarkan hidupnya. dan seorang suami pun tak akan mungkin menceraikan istri hanya gara-gara istri sudah tidak cantik lagi. ah, niat pernikahannya pasti salah. Apalagi sampai suami selingkuh. Seandainya manusia mengenal ajaran Islam, bahwa hanya pada Allah kita menggantungkan diri, bukan pada suami atau manusia lain. takut apa? miskin? Allah maha Kaya. Takut tak punya tempat tinggal? Allah yang mempunyai bumi seisinya.

Dalam Islam pun diajarkan bagaimana seorang itu menjaga harga dirinya, yaitu dengan menikah. Menikah pun dengan pasangan yang memiliki agama bagus, bukan sekedar wajah, kekayaan, atau keturunan. Islam pun tidak membolehkan adanya perselingkuhan. Bahkan Islam memberi kesempatan untuk poligami dengan berbagai syarat yang tentu tidak mudah, untuk menghiindarkan perselingkuhan.

Ah, ingat sebagian orang, malah menghalalkan perselingkuhan dan sangat mengutuk poligami. Orang pun banyak yang menghalalkan pacaran hanya dengan alasan ingin mengenal lebih jauh, daripada nantinya cerai. Ah, cerai adalah hal yang paling dibenci Allah, meskipun tidak menutup kemungkinan hal itu dilakukan. Tapi tidak dengan menghalalkan pacaran dan zina!

Yah, begitulah... Mungkin bisa mengingatkan kita semua... Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari setiap apa yang terjadi, kita lihat, kita dengar dan kita alami... Dan tetap dengan memurnikan kembali aqidah kita, membenarkan ibadah kita, dan memperbagus akhlaq kita... Demikian...

Blora, 18 September 2011