curhatibu.com

"Umi, sekarang aku sudah menyelesaikan setoran hafalanku,30 juz..."




“Nanti biar mbak tetap ingat orang kaya aku. Kayanya kan nggak ada lagi tuh nemu orang macam aku..he he he…”, katanya pagi itu menjelang keberangkatannya kuliah.

Ya, seperti biasanya, saya memang selalu stand by di rumah ini. Tidak ada hal lain yang mengharuskan aku pergi keluar. Dengan kondisi seperti ini, aku cukup menikmati. Apalagi, ada banyak hal yang harus kulakukan juga di dalam sini.

Hmm…kali ini, kisahku tentang dia yang kubilang “Kamu itu lucu banget ya…”, hehe. Meski sebenarnya, tak jarang juga sih untuk ku bilang hal itu kepada semua orang.

Sosoknya, bagiku adalah istimewa. Ya, pastinya, istimewa dengan segala apa yang dimiliki sebagai kelebihan, dan dengan apa yang dia miliki sebagai kekurangan. Yang pasti, sejak awal dulu aku diberitahu seseorang kawan tentangnya, aku mulai mengagumi dirinya.

Kagum…ya, begitulah. Bukan perasaan berlebih koq. Hanya saja, aku selalu penasaran tiap bertemu dengannya. Hehe,,jadi ingat kala dia bilang, “Hayoo…mbak nge-fan ya, sama aku!!!”, wei, ketahuan juga. Haha…

Entah kapan itu, aku lupa. Yang pasti, seorang kawan berkata, “Ada akhwat tingkat 1 yang hafidz qur’an lho…”, oh ya?? Aku langsung terkejut. Hhe…hal seperti ini sangat amat jarang aku temui, baik di rumahku, pun di sini. Hal itu semakin membuat sahabatku yang lain “shock” karena tahu bahwa anak itu adalah mentee nya dalam kelompok mentoring yang dia pegang.
Pernah suatu waktu aku berpapasan dengan hafidzah itu di jalan. Waktu itu, aku berjalan bersama mentornya. Ketika kami menyapa, “zzzzttt…”, dalam hati ku. Koq dia datar banget ya…? Hanya sebentar menyunggingkan senyum pada mentornya, dan lalu kembali dalam diamnya berjalan pulang. Tiap kali aku “menemukan” sosoknya di jalan, selalu yang kulihat demikian. Ekspresi datar, tanpa senyum, sedikit menunduk, berjalan sendirian dengan jilbab khas nya (sepertinya Cuma dia yang punya jilbab macam itu). 

Pengakuan yang sama memang disampaikan oleh mentornya, “Ia, dia emang kaya gitu, tapi…”, dia melanjutkan, “Kalau dia sudah ngomong, terlihat ‘blink-blink’ wajahnya”. Hehe..waktu itu aku tak paham. Sosoknya masih menjadi teramat misterius, serem dan pendiam bagiku.

Pertemuan dengannya yang lain pada saat sebuah event besar di stan yang diadakan oleh keputrian lembaga dakwah kampus. Dia mendapat award sebagai mahasiswa berprestasi untuk bidang menghafal Al Qur’an. Pada waktu pemberian sertifikat, beberapa pesan disampaikannya. Kau tau, kawan, mungkin begitu ya kalau seorang hafidzah sedang berbicara. Semua audience langsung terdiam mendengarkan taujihnya.

Hingga suatu malam, aku dan dia bertatap dalam sebuah acara training, yaitu sesi setoran hafalan ayat. Ah, semestinya aku yang setor padanya malam itu. Tapi berhubung dia sebagai peserta, maka yang ada adalah sebaliknya. Agak grogi juga berhadapan dengannya, tapi mau bagaimana lagi. Tiba gilirannya menyetorkan hafalan, ku bertanya padanya, “Coba apa yang dimaksud dari ayat ini, bisa tidak menceritakannya?”. Well…saya bertanya tentang tafsir ayat yang aku sendiri pun belum begitu paham tentangnya. Namun, dia kemudian berkisah, dan bercerita tentang ayat itu. Panjang, tapi, memberikan pemahaman baru untukku dan teman sekelompoknya waktu itu. Subhanallah, bertambah lagi satu kekagumanku. Apalagi pernah juga mentornya (saat kegiatan mentoring) menyuruhnya tilawah. Dia kemudian membacakan ayat tersebut, dan juga menjelaskan terjemahnya. Apa yang istimewa? Yang istimewa bahwa terjemahannya itu full berbahasa Arab. Masya Allah…


Tak cukup hanya di sana pertemuan kami, ternyata Allah masih ingin aku mengambil banyak pelajaran darinya. Dan kami, disatukan dalam sebuah kepanitiaan menyambut Ramadhan di STAN, dalam satu bidang. Yang ku tahu saat itu, sepertinya dia tidak se’seram’ yang kubayangkan. Apalagi suatu waktu di MBM, tiba-tiba dia mendekatiku dan mengatakan, “Mbak, kamu mirip deh sama temanku! Mirip banget!”. Hehe…:D like this! Barulah aku sadar ‘blink-blink’ yang dimaksud temanku. Hehe..saat dia ngomong, tambak bercahaya sekali…:p itu efek cahaya al qur’an mungkin ya…

Well, Allah lagi-lagi masih ingin aku belajar. Belajar darinya. Hingga tak pernah terpikir sebelumnya, bahwa ternyata sekarang kita disatukan dalam satu rumah. Bahkan beberapa minggu, kita satu kamar. Di situlah semakin aku tahu lebih banyak tentangnya. Langsung dari yang bersangkutan. Tentang perjalanan hidupnya, sekolahnya dulu, hingga perjuangannya menghafal al qur’an, banyak hal. Keren.

Kekurangan, pastilah ada, namanya juga manusia. Bukan untuk kita kecewa karena mengharapkan kesempurnaan atasnya. Tapi kita singkirkan kelemahan itu, dan fokuslah pada kelebihannya untuk kita belajar lebih dan lebih darinya.

Ada satu surat yang pernah ia tulis. Waktu itu sedang agenda pelatihan juga. Surat itu untuk ibunya. Surat yang mengharukan. Pernah sekali aku menuliskannya kembali, meski tidak sama persis, tapi demikianlah kira-kira bunyinya.

“Ummi… Apa kabar ummi di sana? Baik-baik saja bukan? Pasti sedang bercengkrama dengan bidadari surga yang lain ya, Umi? Atau saat ini, Umi sedang asyik bersandar di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutera tebal itu? Ah, membayangkan itu, pasti sangat menyenangkan dan menentramkan.. Apalagi, bisa memetik buah-buah di sana dari dekat. Aku yakin, umi pasti sangat bahagia berada di sana…

Hm…aku merindukanmu… Sudah lama ya, Umi, hitungan belasan tahun lah kita terpisahkan… Sedih, pasti. Kangen, apalagi. Tapi, kerinduan akan bertemu mu di surga nanti malah justru menjadi obat dan nutrisi untukku bisa menjadi anak yang lebih baik.

Umi, sekarang aku sudah menyelesaikan setoran hafalanku. Tiga puluh juz. Alhamdulillah.. Menyenangkan sekali. Umi pasti senang, bukan? Aku senang, semoga bisa memberikan mahkota cahaya bagi umi nanti saat kita bertemu di surga…


Selain aku, adek juga sudah mulai menghafal, umi… Adek sudah mulai menghafal. Ya, sedikit-sedikit sih… tapi aku yakin, bentar lagi adek juga bisa hafal semuanya. Umi tambah senang bukan? Ah, bisa kubayangkan senyuman manismu itu. Senyuman yang selalu bisa menentramkan hatiku, apalagi tatkala aku gelisah, sedih. Senyuman yang bisa membuatku lebih kuat bertahan dan berkembang di masa kecilku dulu..
 

Ya… Lagi-lagi merindukanmu.. Selalu merindukanmu… Kapanpun itu, apapun itu. Biarlah Allah yang menjawab rinduku, dengan pertemuan kita nanti, dan Ia menjadi saksi yang membersamai kita waktu itu. Semoga Abi dan Adek pun bisa ikut..
 

Hmmm… udah dulu ya, Umi.. Mungkin lain waktu disambung lagi. Umi senang kan mendapat surat ini, dan mendengar kabar-kabar yang membahagiakan ini… semoga begitu.. Dapat salam dari abi dan adek. Salam sayang, cinta dan rindu…
 

Eh, bentar, ada yang lupa.. Kemarin kami memberi kejutan ulang tahun kepada adek, Umi.. Awalnya sih, kita kerjain dia. Pura-puranya lupa lah… Uhf, pasti ngebetein, terlihat dari gerak-gerik dan ekspresinya hari itu. Eh, waktu malamnya tiba-tiba kita memberikan kue ulang tahun kepada adek, dia malah jadi nangis… Terharu? Mungkin. Semoga saja tidak marah. Dan yang membuatku lebih merindukanmu itu waktu dia mengatakan dengan sesenggukan tangisnya, “Adek merindukan Umi…”. Apalah..…meledak pula tangisku kala itu. Tanpa basa basi lah, yang biasanya aku akan kabur saat menangis agar tidak ketahuan, tapi kali itu aku biarkan air mata berlarian di wajahku. Kuhampiri dia, dan kupeluk ia. Begitu juga Abi. Dan kami menangis bersama. Rasa-rasanya, saat itu, Umi ikut ada di sana, dan kita saling berpelukan, dalam tangis keharuan.
 

Ya..begitulah, umi.. Malah cerita lebih panjang lagi ya… hehe… tapi Umi senang kan?? Ngaku, hayo….!!!:p
 

Baiklah, ditutup dulu ya, Umi.. Lain kali, kita sambung lagi, dengan kisah menarik, dan pastinya akan membuatmu tersenyum bahagia karenanya… Doakan kami ya, Umi, agar bisa istiqamah, dan membersamaimu nanti di surgaNya…
 

Dari Anakmu ...

Ya, luar biasa bukan… Maaf, jika itu jadi sedikit saya tambah2in, soalnya surat yang asli entah sudah ada di mana.. maaf ya, yang empunya surat...:'(

Hmmm… itu saja kali ya, tentang nya. Dan kemarin, aku menyimakkan tasmi’ nya surat Maryam. Dan dia berteriak senang usai memperdengarkan ayat terakhir surat tersebut.  Barakallah, adek kecil (ponakan) ku…-dia satu2nya orang yang manggil aku dengan sebutan ‘bibi’- hhe
Semoga aku bisa meniru jejak-jejak kebaikannya… Aamiin…

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)