curhatibu.com

Menjadi Insan ber-TAQWA


Sehat Wal Afiat – sehat yang diiring dengan perbuatan kebaikan atasnya. Jika tidak diiring dengan kebaikan, maka namanya bukan “Al Afiat”

Q.S 2:183-187
Di akhir ayat tentang shiam, kita jumpai ada hal-hal yang diinginkan Allah Swt:
  1. Allah menginginkan kita menjadi hamba-hambaNya yang bertaqwa
  2. Allah menginginkan kita menjadi hamba-hambaNya yang bersyukur
  3. Allah menginginkan kita menjadi hamba-hambaNya yang mendapatkan petunjuk

Kaitannya dengan aqidah, satu hal yang mendasari seluruh amal ibadah kita, atau satu hal yang diinginkan  dari para shaim/ah adalah MENDAPATKAN TAQWA.

Definisi TAQWA
Apa definisi taqwa? Ungkapan Abu Hurairah – saat kita berjalan di tengah jalan yang di kanan kirinya banyak duri, tapi kita mencoba menghindarinya.
Secara kata – taqwa itu menghindar, atau pertahanan. Kita punya sesuatu yang bisa menahan diri kita, tameng/benteng yang kokoh.
Taqwa berasal dari kata waw, qaf, ya – karena fisik, waw nya diganti jadi ta’, yang artinya menghindari dari sesuatu hal
Secara istilah (dari Imam Ali) : Taqwa adalah rasa takut kita kepada Allah Swt, dan beramal sebagaimana yang diturunkan oleh Al Quran dan Sunnah Rasul, dan ada rasa qana’ah (nrimo ing pandum) terhadap apa yang Allah berikan meskipun sedikit, dan melakuan perispan untuk berjumpa dengan hari di mana hari tersebut adalah permulaan perjalanan yang sangat jauh, yaitu kematian.
-nb:Sunnah Rasul adalah wahyu dari Allah. –

Taqwa adalah seorang menjadikan antara dirinya dan Allah Swt sesuatu hal yang menjadikan dirinya takut, yang dengan takut itu akhirnya kita ada rem untuk memperingatkan diri kita, menjadikan antara dirinya dan Allah sikap hati dan perasaan ”Jangan sampai kita terkena marah dari Allah” (oleh Imam Ibnu Rajab)

Selama ini, kita mendefinisikan taqwa

Tapi yang paling penting adalah bagaimana muncul dalam hati kita perasaan takut pada Allah, dan muncul perasaan kita harus beramal yangs sesuai aturan.

Disandingkan taqwa dengan kata lain yaitu Al Birru. Bertolong menolonglah dalam hal kebaikan dan ketaqwaan. Tapi ada juga kata taqwa digabungkan dengan kata siksa. Bertaqwalah kepada Allah karena adzab Allah sangat pedih. Maka benarlah apa yang didefinisikan oleh Imam Ali.

Mengapa Allah ingin kita menjadi orang bertaqwa? Apa urgensi taqwa? Mengapa taqwa menjadi title para shaim/ah?
Kalau kita kuliah untuk mendapat gelar, maka apa yang dikatakan,
Muhammad bin Huseini mengungkapkan, ”Tidak akan mencium surga jika menuntut ilmu untuk mendapat pekerjaan”. Mungkin ini yang menjadikan output orang Indonesia tidak maksimal, karena belajar itu bukan dalam rangka menghilangkan ketidaktahuan.

Mengapa taqwa penting?
1. Taqwa adalah sesuatu hal yang paling penting di dalam agama Allah Swt. Karena dengan taqwa itu adalah intisari/rangkuman dari inti ajaran Islam, sebagaimana kalimat Laa Ilaa hailallah.
Dalam Q.S Asy Syuara disebutkan bahwa ”Dan bertaqwallah kepada Allah, dan taatlah...”, yang disampaikan di awal adalah bertaqwa.
2. Taqwa adalah satu hal yang akan membersihkan hati dan jiwa kita dari hal-hal yang akan menyebabkan hancurnya ukhuwah Islamiyah. Contoh: Q.S Ali Imran 102-103. ”bertaqwallah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa. Dan berpegangteguhlah dalam tali Allah dan jangan terpecah belah. Dst.”. Allah memerintahkan kita untuk rukun, jangan terpecah belah, dst. Tapi di awal, didahului perintah-perintah tersebut dengan perintanh taqwa. Karena jika ada ketaqwaan, jika suatu saat berbeda pendapat akan dikembalikan kepada Allah, Al Qur’an dan hadist. Allah menggunakan kata ”Hati yang bertaqwa” – taqwa tempatnya di hati. Orang akan suka dan mengagungkan syiar Allah, jika didasari dengan hati yang bertaqwa. Begitu juga dengan penyambutan ramadhan.
3. Taqwa akan melindungi pelakunya dari banyak dosa. Definisi yang pertama kan ”takut”, maka kalau takut, tentu kita tidak akan berani melakukan kemaksiatan. Ada orang bertanya, bolehkah saya bermaksiat? Apa jawabnya? ”Silakan antum bermaksiat asal jangan di bumi Allah, silakan bermaksiat tanpa sepengetahuan Allah, ”. Namun kadang, kita tidak merasakan pedihnya siksa Allah. Maka kadang ada yang membakar tangannya, atau tidur di tanah (seolah dikubur) untuk mengingatkan pada siksa Allah tersebut. Membuat simulasi betapa dahsyatnya api neraka. Padahal kata Rasul, ”Sepanas api di dunia itu baru sepertujuhpuluh api di neraka!”. Panas matahari? Silakan dibayangkan.
4. Taqwa adalah cahaya untuk para da’i (orang yang berdakwah) agar dia mampu melihat kebaikan yang sesungguhnya. ”Wahai orang yang beriman, bertaqwalah, maka Allah akan menjadikan engkau orang yang mampu membedakan yang haq dan batil”
5. Wasiat dari Rasul
Ada hadist yang menyampaikan tentang taqwa, ”Di manapun kalian berada (baik di zaman Rasul maupun setelah Rasul tiada) bertaqwalah, karena kita akan selamat dari fitnah dunia ini. Umar bin Abdul Aziz (khalifah ke-5) berpesan kepada gubernur2nya untuk bertaqwa kepada Allah, karena Allah tidak akan menerima kecuali dengan taqwa. Dan tidak akan memberikan kasih sayang kecuali kepada orang yang bertaqwa. Tidaklah Allah mengokohkan pendirian, kecuali kepada orang yang bertaqwa.

Reward atas Taqwa??? Ada apa  di dalam Taqwa???
  1. Orang yang bertaqwa itu adalah wali-wali Allah. Jangan mengaku sebagai wali jika tidak bertaqwa. “Jangan heran jika di antara kalian melihat seorang mampu berjalan di atas Laut, belum tentu itu wali Allah. Lihat dulu dia bertaqwa atau tidak.”. jangan mudah terpana dengan orang yang dapat melakukan hal-hal di luar kebiasaan manusia. Dan Allah ingin menjadikan orang yang ebrpuasa sebagai walinya
  2. Allah bersama orang yang bertaqwa  (Q.S 2:194).
Maka untuk orang berpuasa ada 2 : saat berbuka dan saat berjumpa dengan Allah. Di dunia pun kita merasakan kebersamaan dengan Allah
  1. Dukungan/sokongan dengan kekuatan fisik atau jumlah pasukan tak terhingga. Sebagaimana saat perang Badar, Rasul berorasi, “Bertaqwalah kepada Allah!“. Muncul hujan rintik-rintik. Dari hujan itu membuat pasukan Islam mengantuk dan tidur sekejap mata. Dan dari istirahat sejenak itu menjadi terapi luar biasa untuk menghilangkan rasa takut dan kekhawatiran serta memulihkan kekuatan kaum muslimin. Lalu Allah juga menurunkan malaikat. Sampai sahabat heran saat ada musuh terbunuh, tapi tidak dilihat pasukan Islam di kanan-kirinya.
  2. Mendapat Hidayah dari Allah Swt, serta Allah mensucikan orang bertaqwa dengan memberikan ilmu dan kepahaman kepada orang bertaqwa. ”Bertaqwalah pada Allah, maka Allah akan memberi ilmu dan pengajaran”. Maka tak heran ulama mempunyai ilmu dan kepahaman yang luar biasa. Imam syafi’i pernah curhat, ”Kenapa saya sulit menghafal Al Qur’an. Ada apa ustadz?”, lalu apa kata gurunya, ”Bertaqwalah, dan jauhi maksiat. Ilmu itu cahaya. Dan Allah tidak akan memberikan cahaya di hati kita kecuali dengan taqwa”. Imam syafi’i mengatakan hal ini karena melihat betis yang tersingkap, yang ternyata mengacaukan hafalan kita.
  3. Taqwa akan memperbaiki amal kita. Yang tadinya amal kita karena untuk selain Allah, maka dengan taqwa, kita akan melakukan sesuatu semata karena Allah. Maka rasul bersabda, ”Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharapkan ridha dan pahala dari Allah, maka Allah akan mengampuninya/dihapusnya dosa yang lalu”

Bagaimana cara mendapatkan taqwa? Jawabnya jelas, ”BERPUASA”
  1. Melakukan thalabul ilmi (menuntut Almu). Sebagaimana hadist, ”Orang akan bertaqwa jika dia faqih terhadap agama. Maka pantas bagi yang dijanjikan Allah mendapat kebaikan dunia akhirat, Allah memberikan kepahaman padanya”. Ilmu apa saja, lebih-lebih ilmu agama.
  2. Konsisten dengan amal ibadah yang fardhu (wajib) dan memperbanyak amalan sunnah.
  3. Membaca Al Qur’an dengan tadabbur. Bukan sekedar lewat baca, tapi direnungi.
  4. Berdoalah. Jangankan kita, Rasul berdoa agar menjadi orang bertaqwa. Sebagaimana doa beliau, “Ya Allah saya mohon kepada engkau petunjuk dan taqwa. “, atau yang lain, “Ya Allah berikan pada jiwa kami taqwa”. Ramadhan adalah momen yang paling dahsyat untuk berdoa agar kita mendapat predikat muttaqin,
  5. Bersahabat dengan orang bertaqwa. Golongan apapun. Ukhuwah Islam harus didahulukan.
  6. Membaca biografi orang-orang yang bertaqwa. Tapi yang memang jelas bertaqwa.
  7. Serius dengan komitmennya. Apa saja? Yang amalan wajib, sunnah, doa, dsb. Kita tidak terjerumus dengan hal-hal yang sifatnya MUBAH. Jadi, betul2 dijaga aktivitasnya dari hal-hal yang sia-sia. Jangankan yang haram, yang mubah saja tidak dilakukan.
  8. Jauh-jauhlah dari subhat dan tempat-tempat yang meragukan.  
  9. Memperbanyak mengingat Allah dengan cara berfikir, kapan pun dan dimanapun berada

PR-nya ustadz pekan lalu: pendapat tentang shalawat nariyah, bagaimana?
Bagaimana hukumnya ya?
Di dalam bunyi shalawat ini ada hal yang tidak logis dan berlebihan.
Hukum kita bershalawat kepada Rasul adalah WAJIB hukumnya. Allah, malaikat, nabi dan penghuni langit saja bershalawat. Tapi, shalawatnya tidak berlebih-lebihan. Sebaik-bainya shalawat adalag ”Allahumma shalli ala muhammad wa’ala alaihi muhammad.” Dan shalawat yang disukai adalah shalawat ibrahimiyah, yaitu yang kita baca saat tasyahud awal dan akhir.
Lalu, bagaimana hukum shalawat selain ibrahimiyah? Apakah termasuk bid’ah?
Kata sayyidina yang dalam shalawat ibrahimiyah ketika dalam shalat, tidak boleh pake sayyidina. Karena itu ada di luar ketentuan.
Salawat nariyah ,,,,
Question/Answer:
Ciri orang yang bertaqwa (dilihat dari fisiknya):
  1. Tidak meragukan syiar Islam, tidak ragu dengan identitas kemuslimannya, misal dengan menutup aurat, kebersihan pakaian, dsb.
  2. Yang keluar dari ucapannya tidak lain adalah kebaikan. Dari ucapan akan terlihat ketawadhu’an seseorang. Dan tawadhu adalah ciri orang bertaqwa.
  3. Jama’ah ke masjid
  4. Muslim yang mampu menjaga muslim yang lain dari bahaya tangan dan lisan
  5. dsb...:)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)