curhatibu.com

Tegurlah aku, saudariku...


Ada apa denganmu, saudariku?
Apa kau sedang ada masalah denganku?
Adakah perbedaan yang kemudian nampak, sehingga tersebutlah perbedaan sikapmu saat menghadapiku?
Yang kutahu, kita sahabat, kita teman, kita saudara. Yang ku tahu seperti itu. Namun, mengapa terlihat, dan terasanya kita bak musuh..
Sepertinya ada satu dua masalah yang tak ku paham…
Atau ada satu dua salah yang tak ku sadar, hingga kau memilih memalingkan muka tatkala harus berhadapan denganku, atau kau memlih berjalan terlebih dahulu, atau melambatkan jalanmu saat kita tak sadar beriringan.
Memang benar, inilah beda kita mengenal sosok seperti Rasul dan sahabat lebih dalam, dan mengenal sahabat kita lebih dan lebih dalam.
Saat mengenal rasul, lebih dalam, kita akan semakin menemukan begitu banyak kebaikan yang tersembunyi yang belum kita tahu. Dan itu menambah selalu rasa cinta kita pada beliau… sungguh, beliau pribadi yang sempurna dan memesona akhlaqnya…
Namun, saat kita mengenal manusia, selainnya, apalagi manusia zaman-zaman sekarang, seperti aku, dan kamu… semakin mengenal, semakin dekat, mungkin kebaikan yang terlihat sebelumnya menjadi tak lagi tampak. Karena telah tertutup keburukan yang satu per satu kita temukan padanya…
Ah, manusia… kita manusia, yang tak selalu benar, dan tak melulu salah. Kita bukan malaikat, kita bukan syetan. Kita, dan sahabat kita, sama seorang insan.
Masing-masing dari kita punya beda, pada sifat, karakter, kepribadian, kebiasaan,. Yang tentunya, UNIK.. entah itu mengarah pada kebaikan atau pada ketidakbaikan.
Dia unik, karena setiap karakter yang dimilikinya akan menjadikan kita belajar menyelami dalamnya liku pribadinya…
Dia unik, karena setiap kebiasaannya membuat kita belajar menerima, menyesuaikan, dan terkadang harus maklum jika nyatanya tidak sesuai dengan baiknya kebiasaan-kebiasaan kita..
Dia unik, karena setiap sifatnya, terkadang membuat kita harus berpikir untuk mencari cara dan pendekatan yang tepat dalam bergaul dengannya…
Dia unik, karena setiap kepribadiannya, selalu membuat kita mampu mengambil hikmah… pribadi yang memesona dengan aneka kebaikannya, atau pribadi yang butuh didekat dengan obat sayang kita karena ada luka ketidakbaikan yang butuh disembuhkan…
Ya, demikianlah… memang, sekali lagi, tidak mudah hidup bersama seorang yang lain, apalagi tuntunan yang ada adalah menyambung kasih sayang pada semuanya. Maka biarkan ketidakbaikan yang ada menjadi sarana menasehat, dan biarkan kebaikan yang ada menjadi sarana pemicu motivasi diri menjadi sama baik, atau lebih baik….
Kembali ke pembicaraan awal, teruntuk saudariku…di mana saja berada saat ini….
Sampaikan lah resahmu jika itu berkait denganku..
Bukan untuk diam dan hanya merubah sikapmu padaku..
Mungkin aku yang kurang peka, sehingga tak melihat sudut pandang yang membuatmu kurang nyaman atas ku…
Atau terkadang aku berlebihan dalam berperasaan, hingga sesungguhnya, semua itu hanya berputar pada prasangka ku saja… dan pastinya itu membuatmu tak nyaman, bukan? Tergurlah aku, sayang….
Aku ingin kembali berkisah padamu… sepertinya, dulu  tak sulit aku mencari topic pembicaraan kala bersamamu… tapi, entah sejak kapan, hal itu terasa sulit, hingga topic yang berputar-putar hanya mengenai perubahan di antara kita…
Bukankah kita sering saja berjalan bersama, tak mengapa. Tapi, entah sejak kapan ada enggan darimu yang kurasa… atau itu semua lagi-lagi hanya perasaan dariku saja?
Astaghfirullah…ini hanya perasaan dan prasangka tak baikku bukan?
Tak ada bukan, perasaan-perasaan seperti itu darimu?
Sungguh, aku hanya ingin menanyakan ini, agar tak ada lagi prasngka yang berklebat dalam pikir…
Aku sedih, sungguh. Perubahan sikap yang sama kita tunjukkan, mungkin hanya aku yang merasa, atau kau merasa demikian, tidak baik bagi hubungan persahabatan kita bukan?
Tegurlah, karena jika tidak, mungkin ia akan mengurang keakraban di antara kita. Meski teguran itu akan terasa sakit dan ada bantahan terlontar, tapi aku akan menyadar (entah mungkin suatu waktu) bahwa aku salah, dan tak seharusnya demikian.
Senyumlah, dengan senyum tulusmu padaku… mungkin itu akan meruntuhkan tembok pembatas yang tanpa sadar terbangun di antara kita…atau tembok yang sesungguhnya aku bangun sendiri…
Izinkan aku duduk di dekatmu, atau berjalan seiring denganmu.. agar kita dapat berbincang tentang rasa, tentang semangat, dan kisah yang mampu saling membangkitkan…
Sahabatku sayang, mohon maafkan jika diri tersalah, entah suatu yang sengaja, atau hal tak senagaja ternyata menyakitimu… maafkan…
Semoga persahabatan ini bisa kembali berbisik baik, seiring perbaikan diri kita masing-masing.. maka semoga saling menyemangat itu dapat kembali hadir, hingga semakin bertambahlah sumber penyalur motivasi pelejit perjuangan kita…
Fatimah’s Room
16 November 2011



Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)