curhatibu.com

Mereka, the GREAT MUSLIMAH!!!


“Mereka adalah orang-orang yang punya keimanan dan istiqamah kepada Allah… Itu benang merahnya!”

Begitulah kiranya yang disampaikan beliau, Ustadz Salim A. Fillah, mengenai wanita-wanita hebat para shahabiyah. Asiyah, Khadijah, Fatimah, dan Ummu Sulaim. Mereka orang-orang luar biasa!

“Tidak ada satu hal pun yang menghalangi kemuliaan seorang perempuan (muslimah), betapapun keadaan mereka!”. Contoh nyata diberikan oleh keempat shahabiyah tersebut. Mereka mengalami fenomena agung yang menjelaskan mengenai pernyataan ini.

Khadijah, jika boleh kita sebut sebagai sahabat paling bersahabat dari Nabi. Ia adalah wanita mulia. Sebelum ia menikahi Rasul, bunda Khadijah telah menikah dengan dua orang laki-laki yang kemudian meninggal. Bunda Khadijah adalah seorang wanita kaya, punya banyak harta. Sehari-harinya, bunda Khadijah berdagang dengan cara musyarakah. Suatu ketika, paman beliau, Abu Thalib, yang pada waktu itu membersamai Muhammad, meminta bunda Khadijah untuk memberikan modal kepada Muhammad untuk dagang dengan musyarakah ini.

Muhammad pun melakukan perjalanan dagang. Pada waktu itu, usianya dua puluh lima tahun. Muhammad berdagang bersama pembantu Khadijah bernama Maisarah ke Negeri Syam. Dalam perjalanannya itu, Maisarah menemukan kepribadian luar biasa dari beliau (Muhammad), mengenai sifat-sifat beliau, kecerdikan dan kejujuran beliau. Selain itu, keuntungan perdagangannya melimpah dan tidak pernah sebanyak ini sebelumnya. Melihat hal tersebut, bunda Khadijah sangat mengharapkan menikah dengan Muhammad. Ia pun meminta Nafisah binti Munyah untuk menyampaikan perihal ini kepada Muhammad. Muhammad pun menerima, dan melamar bunda Khadijah.

Satu hal yang telah dipikirkan oleh bunda Khadijah adalah mengenai mas kawin. Bunda Khadijah mengetahui kedudukannya yang tinggi, sehingga ‘mengharuskan’ ia mendapat mas kawin lebih. Padahal, waktu itu Muhammad masih dalam masa awal dagang. Karena khawatir memberatkan, maka bunda Khadijah menghadiahkan 100 ekor unta kepada pamannya, abu Thalib. Unta inilah yang akhirnya diberikan kepada Khadijah sebagai mahar.

Sakinah, demikian kita menyebut bagaimana pernikahan mereka. Di dalamnya ada ketenangan dan kedamaian yang mampu membuat satu sama lain melejitkan potensi. Dan memang demikianlah adanya.

Bunda Khadijah luar biasa. Ia sangat paham apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh Rasulullah Saw. Tatkala Rasulullah menerima wahyu pertama kali, beliau shock karena menerima beban sangat bera, seolah bumi langit ditaruh di pundaknya. Ketika itu, beliau pulang, dan berkata pada bunda Khadijah, “Selimuti aku, Selimuti aku!!”. Kita semua tahu apa reaksi bunda Khadijah. Bukan menyerang suaminya dengan berbagai pertanyaan, melainkan beliau diam dan menyelimuti Rasul sebagaimana diminta.

Bunda Khadijah, paham psikologi seorang laki-laki, yang berbeda dengan wanita. Laki-laki jika ada masalah tidak akan bisa langsung menyampaikan apa yang dialami. Ia akan berkisah di akhir dengan maksud mencari solusi. Berbeda dengan wanita, ia akan berkisah di awal untuk meringankan beban masalahnya.

Bunda Khadijah, wanita istimewa. Beliau beriman saat yang lain belum beriman. Ia memberi harta saat yang lainnya kikir. Ia memberi keturunan saat hal itu tidak diberikan oleh istri nabi yang lain. Putra-putri yang terlahir dari pernikahan bunda Khadijah dan Rasulullah bernama Al Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fathimah, dan Abdullah. Abdullah ini dijuluki Ath-Thayyib dan Ath-Thahir. Semua putra beliau meninggal waktu kecil.

Ada hikmah dengan meninggalnya anak laki-laki mereka tatkala kecil. Ya, supaya tidak ada pengkultusan sang anak sepeninggal Nabi Muhammad. Sepertinya, hal itu dipastikan terjadi, menantunya saja (Ali bin Abi Thalib) sudah teramat diistimewakan oleh satu golongan, apalagi anak Nabi Muhammad.

Tentang bunda Khadijah, beliau pernah ngerjain malaikat Jibril, lho… Kita semua tahu kan, kalau malaikat itu mempunyai rasa malu saat di kamar mandi, suami istri sedang berduaan, serta saat kita menanggalkan pakaian, sedang syetan memiliki sifat sebaliknya. Nah, suatu ketika, rasul mengatakan kepada Khadijah bahwa Malaikat Jibril akan datang membawa wahyu. Maka, bunda Khadijah meminta Rasul duduk di pangkuannya, dan beliau pun memeluk rasul. Demikian hingga Rasul bertanya kepada Khadijah, “Koq malaikat jibril tidak juga datang ya, bun?”

Lalu, bunda Khadijah meminta Rasul duduk di sisi tempat tidur, agak jauh dari Khadijah. Dan tak beberapa lama kemudian Jibril datang membawa wahyu.

Rasul heran, “koq bisa begitu ya, bun?”

Bunda Khadijah mengatakan, “Iya, saya hanya ingin mengetahui apakah yang hadir itu benar-benar Malaikat atau bukan. Dan ternyata, ia memang malaikat Jibril”

Hhe… dan bunda Khadijah pernah mendapat salam dari malaikat Jibril melalui Rasulullah, dan bunda menjawab, “Wa’alaika ‘alaihissalam warahmatullahi wabarakatuh”

Ya, banyak lah kalau kita mau berkisah tentang bunda Khadijah, dan segenap kemuliaannya. Tapi, kita lanjut dulu yaaa, ke sosok great muslimah yang lain, yaitu Fathimah.

Seandainya Fathimah berkenan meminta apapun kepada Rasul, maka pasti akan dikabulkan. Begitu juga mengenai keadaan diri dan keluarganya bersama Ali bin Abi Thalib. Fathimah adalah sosok teladan yang memiliki fenomena serba kekurangan dalam kehidupannya. Tentang fathimah, bisa dilihat lebih lengkap pada tulisan berikutnya.

Fatimah az Zahra, hidup dalam kesulitan. Dia menggiling gandum dengan alat penggiling hingga berbekas pada tangannya. Dia mengangkut air dengan qirbah hingga berbekas pada dadanya. Dia menyapu rumahnya hingga berdebu bajunya. Ali r.a telah membantunya dengan melakukan peerjaan di luar, yaitu mengambil air dan membantu pekerjaan di luar.

Inilah fenomena agung yang dialami oleh Fatimah. Dengan keterbatasan dan kekurangannya tersebut, sedikitpun tidak menghalangi kemuliaan Fathimah az Zahra.

Begitu juga dengan kisah dua orang berikutnya. Kemuliaan tidak terhalang sedikitpun pada seorang Asiyah, bahkan dengan ia nya mempunyai seorang suami yang sangat ingkar pada Allah. Tidak menghalanginya beribadah pada Allah, beriman dan bertaqwa padaNya. Maryam juga begitu. Meski dengan kehendak Allah, ia melahirkan dengan tanpa ada suami di sisinya, teta tak menghalangi kemuliaannya di hadapan Tuhannya, apalagi di hadapan manusia.

Ya, mereka berempat, dengan segala latar belakang dan taqdir yang digariskan oleh Allah pada mereka, tak sedikitpun mengurangi nilai kemuliaannya. Hal itu karena mereka punya dua kunci hidup, yaitu KEIMANAN pada ALLAH dan ISTIQAMAH. Iman sebagai warna yang indah, dan istiqamah sebagai pijakan untuk bergerak dan bertahan. Inilah yang mereka miliki, hingga kemuliaan itu tetap ada pada masing-masing mereka.
Izinkan saya menyampaikan satu lagi sosok wanita luar biasa, yang layak dijuluki pula “The Great Muslimah!”. Beliau adalah Ummu Sulaim. Wanita ini sangat berkah. Ia, mempunya seorang anak bernama Anas bin Malik. Suatu ketika Rasul akan melakukan perjalanan hijrah, ummu Sulaim menyedekahkan anaknya untuk ikut membantu perjalanan Nabi.

Nah, ketika sang anak mengikut jejak perjalanan Nabi, Ummu Sulaim yang kala itu sendirian, dilamar oleh Abu Thalhah. Tahukah apa yang disampaikan oleh Ummu Sulaim kepada Abu Thalhah? “Engkau lelaki yang aku tidak menemukan alasan untuk menolakmu melainkan satu hal saja, yaitu engkau seorang musyrik, dan aku seorang muslimah. Maka, jika memang demikian niatmu, jadikanlah keislamanmu sebagai mahar untukku”

Akhirnya, Abu Thalhah menikah dengan Ummu Sulaim dengan Islam sebagai maharnya. Mereka dikaruniai seorang anak lelaki yang tampan. Suatu saat, si anak sakit keras. Abu Thalhah yang waktu itu hendak melaksanakan suatu urusan menjadi ragu apakah akan pergi atau tidak. Maka ummu sulaim berkata pada beliau, “Wahai suamiku, Demi Allah, berangkatlah. Jika kamu di sini, tidak ada manfaat atau kemudharatan yang kita dapatkan. Namun jika kamu pergi, maka kamu menjadi musafir, sehingga kamu bisa mendoakan anak kita, karena semoga doanya makbul”. Maka pergilah Abu Thalhah.

Selang beberapa saat kemudian, sakit anaknya tambah parah, dan akhirnya malaikat Israil mencabut nyawa anak tersebut. sungguh sedih. Namun, tak berlanjut kesedihan dengan kesengsaraan. Segera ummu sulaim mengurus jenazah anaknya tersebut, dimandikan, dan ditidurkan di tempat tidur. Kemudian beliau membersihkan rumah sebersih-bersihnya, serapi-rapinya. Lalu beliau memasak masakan favorit suaminya, dan ia kenakan pakaian istimewa yang dipakainya saat pengantinan pertama dahulu.

Sang suami akhirnya tiba di rumah. Sedikit kaget dengan kondisi rumah dan istri yang sangat baik. Abu Thalhah menanyakan kabar anaknya. Apa kata ummu sulaim? “Dia sekarang sudah lebih tenang…”

Benar saja, menurut Abu Thalhah, ketika ia menengok sang anak yang sedang tidur tenang di tempat tidur. Setelah itu, Abu Thalhah kemudian mendapatkan pelayanan special dari istrinya. Mulai dari kondisi rumah, sajian makan malam, dan mereka melakukan pengantinan lagi di malam itu.

Usai semua pelayanan dilakukan, dan suami bahagia dan tenang, Ummu Sulaim bertanya kepada Abu Thalhah, “Bagaimana jika kita dititipi barang yang sewaktu-waktu diambil oleh pemiliknya?”, “Ya sudah, harus rela dikasih dunk, kan bukan milik kita!”. “Ya, dan Allah telah mengambil anak kita…”

Kaget, Abu Thalhah berkisah pada Rasul, “Tenang, kalian semalam pengantenan kan? Semoga Allah memberi keturunan terbaik..”

dan singkat kisah, mereka dikaruniai seorang anak bernama Abdullah bin Abi Thalhah. Anaknya ini kemudian mempunyai 5 orang anak yang masing-masingnya hafidz, faqih, menjadi rujukan, dan mati syahid. Kelima anaknya ini juga masing-masing melahirkan 5 anak, yang juga hafidz, faqih, menjadi rujukan, dan mati syahid.

Sungguh, luar biasa. Betapa Allah memuliakan wanita-wanita tersebut karena keimanan dan istiqamah mereka. Sungguh, betapapun kondisi mereka, kerja-kerja mereka, tidak akan sedikitpun menghalangi kemuliaan yang ada pada diri mereka akibat keimanan pada Allah, dan istiqamah. Ini luar biasa! Semoga kita bisa menggali lebih banyak pelajaran dari mereka, dan mampu mengambilnya sebagai pelecut semangat kita sebagai seorang muslimah.

(tulisan ini berdasarkan materi kajian cermin @universitas indonesia)

Next notes: Tips menjadi the great muslimah!

Rumah Cahaya, Hafshah’s Room, 21 November 2011

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)