curhatibu.com

Naylatul Izzah..

Nama yang muncul begitu saja. Hmm... bukan juga sih, tepatnya, terinspirasi dari Naylatul Izzah Universitas Diponegoro. Ya, sejak sore itu kami dipertemukan, maka nama itulah yang menjadi putusan.

Setahun, dua tahun.. hingga hampir sudah kami ditempatkan (entah dimana), masih bersama, meski hanya (tersisa) enam orang, namun, inilah keluarga ku di sini. 

Mereka (termasuk Mbak dan Umi mentornya) memberikan satu dua pelajaran dan hikmah setiap pekannya. Ada saja. Bahkan hanya hal-hal kecil, entah sekedar berkisah bagaimana pusingnya kami (saya khususnya) dengan ujian. Atau cerita ingin pulang kampungnya kami, atau berkisah amanah-amanah yang temen2 pegang, berikut suka dukanya. atau kisah tentang anak-anak (mentor) atau keponakan-keponakan kami yang lucu-lucu, malah saingan! Dan kisah yang lain, pokoknya banyak lah...

Tak jarang juga kita jalan-jalan bareng lhohh... Riyadhah (olahraga) di kampus, atau mabit bareng ke masjid Bank Indonesia, atau buka bersama bareng, i'tikaf, jalan-jalan ke puspiptek serpong, bogor. Ah, banyak lah... 

Tak jarang, di suatu waktu, kita menangis di dalam pertemuan kami. Menangis atas sebuah perpisahan. Atau menangis atas suatu ujian yang sedang dialami salah satu dari kami. Mungkin juga menangis haru, karena kebahagiaan yang sedang dialami salah satu dari kami juga. 

Aku, dan mereka. Kami tidak sempurna satu sama lain, tapi saling menyempurnakan di antara kami. Mungkin kami belum sepenuhnya saling mengenal, namun, kami mencoba saling mengenal hingga nanti, hingga (semoga) tahapan ukhuwah kami saat ini bukan lagi ta'aruf, melainkan sudah lebih tinggi dari pada itu. 

Mengingat beberapa saat lagi.. Kami sudah akan magang, penempatan, dan sebagainya. Masih banyak hal yang belum kita lakukan bersama, masih banyak janji yang belum kita tunaikan semua. Namun, semoga kenangan dan hikmah yang selama ini ada, tetap ada di hati kita. Tersimpan rapi, bersama memori-memori indah lainnya. Karena semua itu pasti tak dapat terulang, hanya mampu terkenang dalam serpihan zaman. Tetap saling mengingat dan menasehat, semoga kita dipertemukan kembali, dalam kondisi lebih baik.

mbak diah + sepedanya.. eh? sama mbak ama (salma)..
umi eti + dedek opi...:)

Bila kita dapat memahami, matahari menemani kita dalam kehangatan, hingga sang rembukan bersenandung menina bobokkan seisi dunia dalam lelap setia, tanpa terpaksa.
Bila engkau dapat mengerti sahabat adalah setia dalam suka dan duka, kau kan dapat berbagi rasa untuknya.
Begitulah seharusnya jalani kehidupan, setia dan tanpa terpaksa..
Lihat segalanya lebih dekat, dan kau akan mengerti... (sherina munaf)

 Rumah Cahaya, 6 Desember 2011.

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)