curhatibu.com

Jangan Anda menyuruh saya menggunakan kacamata Anda! (Sudahkah Kita Ber-empatik?)

Judul sub-bab nya sih "Prinsip Komunikasi Empatik". Ya, salah satu sub bab dalam buku the 7 habits of highly effective people, Stephen R. covey. Tidak semua bab saya baca, hanya (baru) beberapa bab saja yang menarik menurut saya (saat ini). 

dan inilah, bagaimana kita berkomunikasi empatik. Karena komunikasi itu penting, maka kita perlu tahu bagaimana cara berkomunikasi yang empatik. Mengapa harus empatik? Hmm... Apa jawabnya ya? Kita lihat contohnya deh (di dalam buku ini)

Anda, sedang ada masalah dengan mata nih, critanya. Agak kabur pandangan. ah, sangat mengganggu lah pastinya. Padahal, Anda harus mengikuti kuliah, seminar, kajian, dan sebagainya. Tak mungkin maksimal kalau dibiarkan. Akhirnya, Anda memutuskan datang ke dokter mata. 

Setelah mendengar keluhan Anda, dokter mata itu melepaskan kaca matanya dan menyerahkan pada Anda, "Kenakanlah kacamata ini. Saya sudah mengenakan kacamata ini selama sepuluh tahun sampai sekarang, dan kacamata ini benar-benar menolong saya. Saya punya satu lagi di rumah, Anda boleh mengenakan yang ini"

Apa yang terjadi saat Anda memakainya, "Ah, mengerikan, bahkan saya semakin tidak bisa melihat!"

"Hei, cobalah lagi, berusahalah lebih keras, kacamata ini telah menolong saya, saya yakin bisa membantumu pula!", kata dokter mata meyakinkan. 

"Saya sudah coba, dokter, dan semuanya kabur!"

"Tuan, cobalah lagi, Anda harus berpikir positif, bahwa Anda bisa melihat melalui kaca mata ini!"

"Ya, saya positif tidak bisa melihat, dokter...!"

"Astaga, Anda benar-benar tidak tahu berterimakasih!", ia memaki, "sesudah semua yang saya lakuan untuk menolong Anda!!"

Dan (pasti) berikutnya, Anda tidak akan pernah lagi datang konsultasi ke dokter tersebut. "Jangan Anda menyuruh saya menggunakan kacamata Anda!"

Sudahkah kita (jika posisinya dibalik, sebagai dokter) mengerti apa sebenarnya pemasalahan pasien yang datang? Sudahkah kita mendiagnosa dengan benar sakit apa yang diderita pasien? Sudahkah kita ber-empati kepada orang lain, sehingga mampu memberikan solusi yang tepat untuk mereka, atas permasalahan yang dihadapi?

Ini baru ilustrasi kisah pertama dalam bab ini. Masih banyak kisah, yang membuat saya mengangguk-angguk membenarkan apa yang ingin tersampaikan. Ilustrasi kisah (cerita) memang lebih bagus untuk membuat pembaca paham, dibandingkan kita memberikan poin-poin ide. 

Baiklah, ini kisah untuk menyatakan, bahwa tidak seharusnya kita menggunakan kacamata kita untuk berkomunikasi (mendengarkan, mengerti dan dimengerti) dengan lawan bicara. Karena yang akan terjadi adalah pandangan buram, tak jelas, dan justru semakin merusak, karena ketidaktepatan penanganan!

Selanjutnya, kita akan belajar mengenai empati. Bagaimana ber-empati itu?

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)