curhatibu.com

Say no to UJUB!

Ujub adalah merasa kagum dengan amalannya, atau kelebihan dengan apa yang diberikan Allah padanya. Ujub adalah awal dari kesombongan. Makhluk pertama yang ujub adalah iblis. Ia merasa diciptakan dari bahan terbaik, sehingga ia menjadi sombong saat disuruh sujud pada Adam.

Ujub terhadap kelebihan
Ujub terhadap amalannya
Ujub terhadap hafalannya, dll

Hampir semua orang yang diberikan kelebihan, kecuali yang telindungi dengan rahmatNya, pasti terkena penyakit ujub ini.

"Siapapun kalian, baik yang berkulit hitam ataupun putih, yang memiliki kebagusan amal, maka aku ingin seperti kalian", kata seorang dari 10 orang yang dijamin surga. Kita? Baru sedikit amal, ujubnya luar biasa.

"Aku bukanlah anak terbaik, bukan pula anak dari orang terbaik. Aku hanyalah makhluk Allah, hamba Allah, hanya takut pada Allah. Demi Allah, kalian memuji-muji seseorang sampai kalian membinasakannya", kata Ibnu Umar, seorang yang dipuji.

Orang yang berharap hanya kepada Allah = tak akan terserang ujub Karena ia tahu apa yang dilakukan hanya karena Allah berbaik padanya. 

"Aku lebih senang, semalaman aku tidur, lalu di waktu pagi aku menyesal atas dosaku. Daripada aku semalaman tahajud, tapi kemudian aku berbangga pada diriku..." - tidak akan beruntung orang yang merekomendasikan dirinya sendiri, atau ujub pada dirinya sendiri.

Hafalkan dariku 3 perkara ini:
  1. jauhi oleh kalian hawa nafsu yang diikuti
  2. jauhi dari kalian teman yang buruk
  3. jauhi merasa bangga pada dirinya sendiri
"Aku takut kalau majelis ini dimurkai Allah. Aku membawakan hadits-hadits bagus, dan kamu membawakan hadits2 bagus. Dan aku merasa telah membaguskan diriku dengannya"

Mungkin kita sering merasa demikian. Menyelesaikan suatu penjelasan, kemudian, kita senang karena telah menyelesaikan kalimat-kalimat indah kehebatan ilmu kita. 

Imam Syafi'i memberikan kiat agar selamat dari Ujub:
  1. ingat, siapa yang kamu inginkan keridhaan-nya. Ia bukan bil-lisan, melainkan dalam hati dan amal. keridhaan manusia adalah bagai lautan yang tak ada pantainya. Kita tidak mungkin mendapat keridhaan manusia terus menerus, karena bisa jadi ia akan benci pada kita. Ridha manusia bukan tujuan, bukan juga keinginan.
  2. ingat, kenikmatan apa yang kita inginkan? Bukan kenikmatan dunia, kan? Melainkan kenikmatan akhirat yang kekal. 
  3. ingat, siksa siapa yang kamu takutkan? siksa manusia hanya paling keras adalah kematian. tapi siksa Allah, luar biasa menyakitkan. 
Ia akan merasa kecil amalannya, jika mengingat 3 hal itu. Berapa banyak amal kita dalam usia paling 60-an tahun, berapa yang bersih dari ketidakikhlasan? Perjalanan kita sangat jauh, dan bekal yang masih sangat sedikit. Sudah sedikit, terkena ujub! Apa yang diharapkan lagi?

"Bila seseorang berbicara dalam majelis, lalu berbicaranya itu membuatnya kagum, maka segeralah pada waktu itu hentikan. Kalau diamnya membuatnya ujub, bangga dengan diamnya, maka lebih baik ia berbicara"

Berkata Sa'id bin Abdurrahman, 'Seorang hamba beramal kebaikan, lalu merasa bangga dengan amalannya, akhirnya ia menganggap punya kelebihan di banding lainnya. Lalu bisa saja Allah membatalkan amalannya. tapi seorang hamba, ia beramal keburukan, dan ia susah dengan buruknya. Allah tanamkan padanya rasa takut. dan rasa takut itu masih ada dalam hatinya"

(resume kajian akhlaq dari Ust. Abu Yahya)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)