curhatibu.com

“Sepenggal kisah akhir pekan di Senayan” - berbagi pengalaman / pesan2 kalau mau ke IBF:)


Bismillahirrahmanirrahim….
“Sepenggal kisah akhir pekan di Senayan”

Akhir pekan ini, kali kedua merasakan weekend setelah resmi menjadi Abdi Negara di dja. Memang, kerasa banget ya akhir pekannya. Hmm… Berangkat pagi, pulang malam. Padahal, belum ada tanggungjawab kerjaan, masih sebatas pembekalan. Yang pasti, akhir pekan ini, berasa akhir pekan. Hehe… Beda dengan di kampus, jaman masih mahasiswa dulu. Akhir pekan, cenderung lebih sibuk dari hari biasa.

Sudah, itu saja pengantarnya. Kali ini, saya ingin berkisah tentang akhir pekan saya di senayan, tepatnya Islamic Book Fair 2012. Bersama Novia (Ayu Anjarwati), kami berangkat dari halte Kramat Sentiyong NU. Bus trans yang datang, kebetulan yang penuh. Ketinggalan sekian detik dari bus yang kosong. Oke lah, alhasil kami berdiri. Sampai Matraman I, kami jalan kaki, transit ke Matraman II. Lagi-lagi, kami terpaksa berdiri. Hmm.. dan untuk ketiga kalinya, setelah transit di Dukuh Atas, kami naik bus menuju Blok M, yang –lagilagi- penuh, dan kami berdiri.

Ada hikmah menarik di dalam bus transJakarta. Kita ambil saja yang mudah, bahwa rezeki kita sudah ada yang mengatur. Mulai dari detik kedatangan kita di halte, lalu pada saat yang sama, bis yang kita maksud datang bareng. Padahal, belum beli tiket juga. Alhasil, harus menunggu bis berikutnya. Rezeki tempat juga! Dapat tempat duduk, atau harus berdiri. Parahnya lagi, berdiri, berdesakan, nggak dapat pegangan. Pakai ada acara keinjek lagi! Belum lagi kalau pak sopirnya ngerem mendadak! Bisa dipastikan itu oleng kanan kiri depan belakang. Itu rezeki!

Tentang pegangan di dalam bis, ini juga ada maknanya. Apes-nya itu kalau tidak dapat pegangan. Posisi yang kurang strategis untuk menjangkau pegangan di depannya, atau sampingnya. Gemesnya itu, orang-orang di bagian depan atau belakang yang deket jangkauan pegangan, malah nggak mau pakai pegangan. Tak mau maju pula. Jadilah, tanpa pegangan lagi. Itu susah, dan menyakitkan. Susah, karena harus terombang-ambing nggak jelas. Harus ketarik-kedorong-miring-oleng. Ah, penuh kekhawatiran lah.

Pelajaran yang bisa dipanggil, bahwa kita, harus punya pegangan hidup. Jika hidup diibaratkan perjalanan naik busway, ya milikilah pegangan. Supaya jelas, tidak terombang-ambing. Lagian, sakit juga di perut karena nahan tubuh saat tejadi gonjangan oleng kanan kiri gitu.

Okey, bergerak dari halte Dukuh Atas tadi, kami turun di Polda. Jalan (lagi) ke senayan. Lumayan jauh. “Ini olahraga, win!”, kata Novi.. Oh, ya ya…ini olahraga, semangat semangat!

Masuk Senayan. Sebelumnya, ke bagian INFORMASI dulu. Ada peta yang dibagikan. Lumayan, paling tidak, ngerti denahnya. Tapi, agak susah juga baca peta. Bahkan, tidak tahu posisi masuk itu di bagian peta yang sebelah mana.

this is IBF!!!

Baiklah, “yuk, muter-muter sik..”
Banyak buku di sana. *iyalah*
Aneka macam buku. Buku Islam yang paling banyak. Mulai dari golongan A sampai Z nampaknya ada. :p Mantap lah! Seharian itu, sebenarnya, rencana awal BUKAN untuk BELI BUKU. Serius! Cuma ingin menikmati rangkaian acaranya. Maka tadi kami ikut 3 talkshow dan seminar. Dari jam 10 sampai abiz maghrib kami baru pulang. Seru!

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan nih, berdasarkan pengalaman tadi. Mungkin, ada manfaatnya. Saya jelaskan ya..

Ketika berangkat! Cari jalur terdekat. Kalau perkiraan macet, ya pilih waktu yang ‘kayaknya’ sepi. Susah sih. Tapi, usaha lah. Atau, fleksibel saja. Kita masing-masinglah yang lebih tahu.

Eh ya, kalau naik bus trans, sebisa mungkin cari pegangan. Apalagi kalau nggak dapat tempat duduk. Barang bawaan diperhatikan, taruh aja di depan. Sebisa mungkin (juga) tahu arah koridor2 busway nya. Supaya lebih nyaman, dan cepat sampai, nggak mutar-mutar, apalagi nyasar.

Oh,,jangan lupa cari temen! Bahaya atuh, kalau berangkat sendiri…Meskipun, berkali juga berangkat sendiri, dan menjelajah koridor demi koridor busway. Hmm,,bukan alasan apa-apa sih, njelajah gitu. Lebih karena ‘kesasar’ alias salah jalur. Alhasil, ya sudah, sekalian jalan2 gratis..>.<

Sampai di Lokasi. Seperti yang saya sampaikan di awal, cari peta!!! Penting. Meski kemudian, kami hanya saling bertanya, “Bisa baca peta?”. Okelah. Paling tidak, kami tahu kalau di area Senayan itu ada bagian namanya Mina, Mutsdalifah, Panggung Utama, Ruang Anggrek. Tapi, tetap sih, Tanya-tanya juga kalau mau ke tempat-tempat itu.


Lihat buku? Puas-puasin deh lihat-lihat aneka jenis dan judul buku di sana. Ambil catalog yang ditawarkan di tiap stan-nya. Kalau tidak ditawarin dan kelihatan ada di meja, minta aja! Siapa tahu, dari catalog kita jadi lebih mudah menemukan judul buku yang dicari. Pun, bisa dicari di rumah juga.

Kalau mau beli? Pastikan sudah survey dulu judul dan harga buku. Biar lebih mantap. Lagian, kalau kita sudah survey, berarti kita sudah pasti menentukan beberapa judul yang ingin dibeli. Dengan begitu, mata kita tidak berkeliaran lagi ke mana-mana, yang pastinya akan membuat ‘kepengen ini,,kepengen itu..’. buku yang awalnya BUTUH kita beli, jadi terbengkalai, dan kehabisan dana karena keburu dipakai uangnya untuk buku-buku yang lainnya.

Kalau tidak sempat survey? Nggak masalah juga sih. Pun langsung beli setelah melihat langsung di sana, juga nggak papa. Sarannya, biar dapat lebih murah –meski paling Cuma selisih seribu dua ribu- belilah di tempat penerbitnya. Kan, satu judul buku bisa saja tuh dijual di setiap stan. Nah, kalau ingin murah, beli langsung di stan penerbitnya. Kalau mau murah lagi, belinya di hari terakhir Bookfair! Dijamin, -eh, kata temen dink,belum membuktikan- harga anjlok abis! Tapi ya itu, ramainya minta ampun! Iya lah,,secara, hari terakhir ada buku murah. Ingat hukum permintaan penawaran kan? :p

Mau seharian di BookFair? Boleh sekalii… Toh, agenda di sana itu disusun dari pagi sampai malam jam 21.00. Jadi, kalau mau seharian menimba ilmu di sana, monggo! Tapi yang perlu diperhatikan ya..:

suasana panggung utama saat sesi damai indonesiaku

Bekal : bawa bekal makan dari rumah deh! Serius, muahal banget di sana…! Hehe..maklum, anak baru kerja, belum dapet gaji…J. Ya, minimal, bawa buat makan siang lah.

Shalat : saya saranin, beberapa menit sebelum adzan segera mengambil air wudhu deh. Trus standby di mushola. Karena kalau udah adzan, apalagi udah ada selang waktunya sekitar 30 menit-an, malah tambah ramai. Dan antriiiiiiiiiii panjang. Mending kalau udah tahu di mana mushola dan tempat wudhu, lha kalau belum? Hmm..makin susah lagi.

Acara : pastikan, kita sudah merencanakan ‘mau ngapain aja seharian di situ?’. Penting. Misal: kita mau ikut talkshow, seminar, dan beli buku. Pastikan, kita BENAR WAKTU dan TEMPATnya. Hehe…pengalaman, kemarin salah tempat. Kami kira, di panggung utama, tenyata di ruang anggrek. Akhirnya, ketinggalan acara sekitar 30 menit. Sayang banget! Yang pasti, nggak kebagian snack gratis yang ditujukan untuk sekian pengunjung pertama. :p

Barang bawaan : mending bawa tas ransel. Tapi, dari rumah, kosongkan tas, kecuali barang-barang penting. Hehe.. kalau seharian nenteng tas yang penuh, capek juga. Apalagi belum beli buku. Wah, tambah berat lah!

Waktu pulang : ini juga penting. Jangan memilih waktu pulang ketika orang-orang ‘sekiranya’ juga mau pulang. Hehe…macet. Tahu lah, Jakarta oh Jakarta.

Bentar, mau cerita tentang talkshow dan tabligh akbarnya. Ada pesan: kalau mau lihat tabligh akbar yang di panggung utama, saya sarankan lihat di bawah saja. Atau, kalaupun lihat di atas, pilih yang tidak telalu tinggi. Huu…agak serem dengan ketinggian. Apalagi, tempat duduknya itu, miring banget. Berasa mau jatuh ke depan. J

Terus, kalau ikut yang seminar, pastikan dapatkan materi yang dibagikan. Hmm..penting ternyata. Kemarin, kami ngga dapat karena ketinggalan 30 menit, dan nggak tahu kalau ada kertas berisi diagram-diagram begitu, heu… *makanya jangan telat!

Well.. itu aja beberapa hal yang bisa saya sampaikan. Biasa aja sih ya, tapi kayanya, penting juga. Hehe.. last…kami pulang setelah shalat maghrib. Dengan menenteng beberapa buku. Dua di antaranya dapat gratis. Koq bisa? Yang satu dari stan Tarbawi. Cuma mengisi daftar hadir pengunjung, dapatlah 1 majalah. Lumayan. Trus, dapat Koran juga. Ini waktu tidak sengaja Tanya buku di sebuah stan (maaf ya, lupa nama stan nya). Kata bapaknya, “itu diambil aja mbak korannya. Gratis!”. Segera, mendengar kata gratis. Hehe…

jakarta, padat ya...
Oh ya, saya belum bilang, di bookfair itu bisa menjadi ajang menjalin silaturahmi lho… Misalnya saja, kami jadi kenalan sama mbak-mbak penjaga stan Tarbawi. Alasannya karena berkali-kali kami bolak balik ke stan itu. Hehe…J trus, saya juga mengenalkan novi sama temanku di STIS,,namanya Intan. Hehe. Siapa lagi ya? Hmm..waktu di busway, ketemu orang Blora, adik kelas SMA, yang kuliah di Jakarta. Trus, ketemu kakak kelas STAN, mbak Dewi Sulis, waktu kita shalat di mushala. Terakhir, waktu kami perjalanan pulang dan transit di Harmony, ketemu Iyang (Dian) sama suaminya yang mau pergi ke bookfair juga!

Rute pulang kami berbeda lho. Dari Polda, kami naik jurusan Harmony. Sampai harmony, naik jurusan PGC. Lewat lah ke Sentiyong. Alhamdulillah, kami pulang (sampai koasn) dengan selamat…J

3 comments

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)
  1. Beli buku apa aja, tante??
    daftar ya, jadi peminjam pertama (^_^)

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. hihi....banyak..mau tah? maen ke kosan sini2...:)

    ReplyDelete